“My Second Love is My Last Love” Part_3


Second Love Part_3 by. HaeGhie1815

Second Love Part_3 by. HaeGhie1815

_______________________________________________________

Cast : Han Cheonsa, Lee Donghae, Lee Jongsuk

Cast other : Super Junior member, Lee Family, Lee Donghan

_______________________________________________________

Hari senin, berarti hari yang sangat padat dan berat karena semua orang kembali memulai aktivitas mereka setelah kemarin menghabiskan waktu akhir pekannya. Hari dimana Cheonsa harus kembali dihadapkan pada ketidak beruntungannya setiap kali bertemu dengan atasannya Park Jung In yang menurutnya sedikit kejam itu.

“Kau melewatkan tiga menit empat puluh tujuh detikmu hari ini” sapanya pada Cheonsa yang masih kesulitan mengatur napas karena ia berlarian sepanjang perjalanannya menuju kemari. “Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang paling panjang dan melelahkan untukmu” lanjutnya sambil membolak-balikkan kertas-kertas yang menumpuk diatas mejanya.

“Apa aku akan lembur lagi?” tanya Cheonsa takut-takut.

“Tentu saja, kenapa sih mereka sulit sekali diatur. Berapa kali lagi harus kuperingatkan untuk tidak membuat skandal yang akan merugikan sekaligus memusingkan perusahaan dan tentunya padaku” amuknya seketika membuat Cheonsa yang kini sudah duduk disalah satu sofa diruangan itu mengkerut sebelum ia sempat membereskan berbagai macam benda yang berserakan dihadapannya.

Park Jung In berperan sebagai wakil direktur disini. Ia sangat perfectionis dan tentunya sangat diktator terhadap seluruh artisnya juga seluruh pegawainya. Dia termasuk yang paling rajin dan selalu stand by di kantor ketimbang petinggi lainnya. Dia begitu mengutamakan kedisiplinan yang menurut Cheonsa lebih mendekati berlebihan atau pendisiplinan militer.

“Hanya karena dirinya mulai naik daun itu bukan berarti dia bisa seenaknya membuat skandal seperti ini” lanjutnya kini sembari mengurut keningnya yang semakin membuat wajahnya terlihat angker dimata Cheonsa.

“Mau kubuatkan teh?” tawar Cheonsa segera untuk menghindar sejenak agar tak menjadi sasaran kemarahannya.

“Ka…” katanya sambil melambaikan tangannya seolah mengusir Cheonsa yang dengan senang hati melangkahkan kakinya keluar ruangan untuk mengurangi sedikit ketegangannya.

“Empat hari sudah dalam seminggu ini wanita itu terus saja membuat otakku tegang seperti sekarang” gerutu Cheonsa sambil berjalan menuju pantry untuk membuat teh.

“Berhentilah menggerutu dipagi hari, karena tidak baik untuk kesehatanmu” sapa Jongsuk yang langsung mengembalikan moodnya seketika.

“Sepagi ini kau sudah datang?” tanya Cheonsa sambil menyeretnya untuk ikut menuju pantry.

“Karena aku merindukanmu” jawabnya cepat dan langsung menghadiahi Cheonsa dengan sebuah kecupan hangat dibibirnya. “Morning kiss”

“Yak, jangan sembarangan menciumku ditempat seperti ini” protes Cheonsa dengan wajahnya yang sudah merah merona karena ulah kekasihnya itu.

“Memangnya kenapa? Biar saja mereka tau kalau kau itu kekasihku” katanya cuek dengan volume suaranya yang sedikit dibesarkan membuat Cheonsa segera membekap mulutnya.

“Oppa, pelankan suaramu atau aku bisa mati mendadak sekarang” bisik Cheonsa kesal tapi Jongsuk tak peduli ia justru memeluk Cheonsa dengan erat seolah tak ingin melepaskannya tmembuat gadis itu dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan diri meski tetap saja tidak berhasil.

“Diamlah, biarkan aku memelukmu sebentar sebagai ganti yang kemarin, karena kemarin ada seorang bocah yang sudah berani menggagalkan waktu kencanku” keluhnya membuat Cheonsa akhirnya hanya bisa pasrah menerima perlakuan kekasihnya yang manja itu.

“Yak, lepaskan aku harus segera membuatkan teh untuk Park sunbaenim” seru Cheonsa setelah berhasil mengingat tujuannya datang kepantry. “Dia akan memarahiku lagi kalau aku terlalu berlama-lama diluar ruangannya” lanjutnya membuat Jongsuk dengan berat hati melepaskannya.

“Baiklah kalau begitu selamat bekerja, sampai jumpa lagi” pamitnya dengan sekali lagi mengecup bibir Cheonsa sebelum ia berlalu meninggalkan Cheonsa dengan aktivitasnya kembali.

***

“Oh kepalaku rasanya mau pecah” keluh nona Park membuat Cheonsa kembali melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

“Sudah hampir jam sepuluh malam” gumamnya sedih karena lagi-lagi harus pulang larut malam.

“Kita lanjutkan pekerjaan ini besok saja, sekarang kau bisa pulang” serunya membuat Cheonsa segera mengulas senyum diwajahnya dan bergegas merapihkan berkas-berkas yang masih berserakan dihadapannya.

“Aku pulang dulu dan ingat besok aku ingin kau datang tepat waktu jangan seperti hari ini. Aku tidak ingin melihatmu datang terlambat meski hanya sedetik saja” lanjutnya memperingati Cheonsa agar tidak terlambat besok.

Ia hanya bisa menganggukan kepala patuh meski sendirinya tidak yakin bisa menyanggupi perintahnya dengan baik atau tidak.

***

Jongsuk side

 

Segera kubunyikan klakson mobilku saat melihat Cheonsa tengah berjalan dengan lesu menuju halte terdekat. Kutepikan mobilku dan ia segera menghampiri. Ia segera membuka pintu mobilku dan masuk kedalam tanpa perlu berpikir panjang lagi karena sudah begitu hapal siapa yang menghampirinya.

“Kenapa kau bisa ada disini?” tanyanya sambil memasang seatbelt ketubuhnya.

“Managerku yang memberitauku bahwa malam ini kau lembur, kebetulan aku sudah menyelesaikan syutingku untuk hari ini jadi kuputuskan untuk segera menjemputmu tapi kau sudah pulang dan ternyata benar dugaanku bahwa kau belum pergi jauh” jawabku panjang lebar menjelaskan padanya yang kini mulai menghela napas panjang.

“Baiklah sekarang kau mau kemana?” tanyaku mulai melajukan mobilku dijalanan yang malam ini cukup ramai.

“Antarkan aku pulang oppa, aku butuh istirahat ekstra malam ini karena besok aku harus datang pagi-pagi buta sebelum penyihir tua itu kembali mengutukku menjadi seekor kodok buruk rupa” jawabnya terlihat kesal sekali yang justru malah membuatku tertawa geli karenanya. “Oppa, aku ini sedang serius” protesnya yang berarti aku harus segera menghentikan tawaku sebelum ia marah padaku.

“Ya… baiklah tuan putri” jawabku sambil mengacak poninya seperti biasa.

Ponselnya tiba-tiba berdering tepat saat aku hendak membuka mulutku untuk bertanya padanya yang kini sudah mengangkat tangannya memintaku untuk bersabar sejenak selama ia menanggapi panggilan yang masuk ke ponselnya.

“Donghan…” serunya.

Mendadak ada rasa cemburu yang menjalari dadaku setelah mendengar nama bocah itu keluar dari mulutnya. Bukan karena bocah itu sedang menghubunginya, tapi lebih karena aku merasa bahwa sebentar lagi perhatiannya padaku akan semakin berkurang. Gadis ini mungkin akan segera membagikan perhatiannya kepada bocah itu setelah ini.

“Maaf ya sayang, sepertinya ajhumma tidak bisa. Bagaimana kalau lusa saja…”

Sayang? Sejak kapan ia menggunakan kata sayang pada anak orang, pikirku mulai curiga.

“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa” katanya menyudahi panggilannya.

“Sejak kapan kau memanggil anak orang lain dengan sebutan sayang?” tanyaku tanpa meliriknya.

“Molla, panggilan itu mengalir begitu saja tapi kurasa mungkin karena dia seorang anak kecil yang butuh kasih sayang” jawabnya gamblang.

“Benarkah?” tanyaku masih tak percaya.

“Oppa, kau tidak sedang mencemburui bocah berusia lima tahun kan?” balasnya yang langsung membuatku mendelik kesal padanya. “Yak, kau mana boleh cemburu padanya. Donghan itu hanya seorang anak kecil yang butuh perhatian dan kasih sayang” imbuhnya.

“Ya tapi kan dia punya keluarga sendiri” kataku berkeras.

“Iish, dia hanya memiliki appa yang sibuk dan jarang memiliki waktu luang untuk mengasuhnya” terangnya.

“Tapi apa harus kau yang memberikannya perhatian seperti ini?” tanyaku lagi membuatnya diam tampak berpikir sejenak.

“Entahlah… mungkin saja iya mengingat bocah itu merasa nyaman disisiku” jawabnya yang langsung membuatku menepikan mobilku dan berhenti seketika membuatnya sedikit terkejut.

“Yak, kau mana boleh terlibat terlalu jauh seperti ini. Walau bagaimanapun juga dia masih memiliki keluarga, kau tidak boleh terlibat terlalu jauh hanya karena alasan tak berdasar seperti ini. Kau harus mengerti batasanmu. Aku tidak ingin melihatmu merasa kecewa nantinya jika sampai terbawa arus terlalu jauh yang nantinya bisa saja menimbulkan dampak terhadap hidupmu pribadi” semburku kesal.

“Oppa… kau terlalu berlebihan. Tanpa kau beritahupun aku mengerti batasanku yang sesungguhnya, jadi tenanglah. Percayalah padaku bahwa aku akan baik-baik saja. Aku hanya tidak tega saja pada anak itu, aku tidak mungkin mengabaikannya begitu saja saat ia datang padaku” balasnya santai. “Aku janji tidak akan terlibat terlalu jauh” lanjutnya sambil mengacungkan kelingkingnya.

“Baiklah…” katanya menyerah dan segera mengaitkan kelingkingku. “Cara ini terlihat kekanak-kanakan” cibirku.

“Kau kan memang kekanak-kanakan” balasnya sebelum akhirnya memelukku. “Jangan cemburu lagi pada anak kecil” tambahnya yang membuatku segera melepaskan pelukannya dan berpura-pura merajuk.

Jurus terampuhku yang selalu berhasil mendapatkan sebuah kecupan manis darinya sama seperti saat ini. Ia mengecup pipiku, membuat moodku kembali baik.

“Kajja” seruku kembali melajukan mobilku dengan penuh semangat.

Jongsuk side end

 

 

***

“Wah sebuah keajaiban rasanya bisa melihatmu sudah berada dikantor lebih awal dari kedatanganku” seru nona Park setibanya diruangannya.

Hari ini Cheonsa berangkat pagi-pagi buta dari rumahnya karena tak ingin mendapati cerama panjang dari wanita itu yang akan menimbulkan efek samping mengalami tuli mendadak. Ia bahkan sudah menyiapkan teh kesukaan wanita itu dimeja kerjanya dan perbuatannya itu membuat wanita itu tersenyum puas untuk pertama kalinya diminggu ini. Senyuman paling tulus pertama yang didapati Cheonsa setelah sekian lama bekerja padanya. Membuat Cheonsa tak percaya dan harus berkali-kali mengerjapkan matanya untuk memastikan bahwa penglihatannya masih sepenuhnya bagus.

“Oh ya, bagaimana sekolah adikmu? Apa adikmu jadi melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran?” tanyanya pada Cheonsa.

“Ye? Ah… itu… lusa ia akan mengikuti ujian masuk” jawab Cheonsa terbata.

Sebenarnya nona Park memang tidak seburuk yang biasanya Cheonsa kira. Tak jarang juga Cheonsa  bisa merasakan kebaikan hatinya tapi mungkin karena ia cenderung menunjukkan sikap antagonisnya, hal itulah membuat Cheonsa tak henti-hentinya berpikir bahwa wanita ini kejam dan melupakan sisi baik yang dimilikinya.

“Ini ambilah, ini gajimu untuk bulan ini dan yang ini berika pada adikmu” katanya sembari mengangsurkan dua buah amplop putih pada Cheonsa yang masih menatapnya bingung. “Sampaikan pada adikmu bahwa aku berharap ia bisa lolos tes masuk, ia harus bisa menjadi dokter yang hebat setelah ini” lanjutnya menepuk bahu Cheonsa dan mulai menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas pekerjaannya yang ia tinggalkan semalam.

“감사합냐다 (Gamsahamnida) Terima kasih sunbaenim” ucap Cheonsa dengan rasa haru.

“Yayaya, sekarang selesaikan pekerjaanmu jika kau sudah berhasil menyelesaikannya kau boleh langsung pulang” katanya lagi tanpa menengok lagi pada Cheonsa yang matanya mulai berkaca-kaca.

***

Cheonsa side

 

“Wow daebak, nenek sihir itu… ah, ani maksudku nona Park itu benar-benar memberikan ini untukku?” tanya Yeonsa bersemangat setelah aku menceritakan dan memberikan titipan nona Park padanya.

“Eoh, maka dari itu kau harus lulus tes masuk apapun yang terjadi” ancamku.

“Tenang saja aku tidak akan mengecewakanmu. Aku tidak akan menyia-nyiakan kerja kerasmu selama ini untuk memenuhi seluruh kebutuhanku” jawabnya. “Eonni besok tolong kau sampaikan ucapan terima kasihku padanya dan… ah iya tunggu sebentar…” ia segera berlari ke kamarnya sebelum menyelesaikan ucapannya.

“Ini… berikan ini padanya” serunya sambil menyodorkan syal berwarna merah kepadaku.

“Bukankah… ini kau buat untuk…”

“Tenang saja aku bisa membuatnya lagi. Ulang tahunnya masih satu bulan lagi” selanya.

“Kau yakin?” tanyaku dan ia menganggukan kepalanya dengan yakin.

“Mungkin setelah ini aku akan mengidolakan nona Park yang sudah memperhatikanku” serunya riang membuatku terkekeh.

Aku jadi geli sendiri melihat tingkah adik perempuanku ini. Padahal jelas-jelas ia sudah dengan bersusah payah merajut syal itu sebagai hadiah ulang tahun untuk idolanya tapi sekarang malah ia berikan untuk nona Park dan langsung mengatakan bahwa ia akan mengidolakan wanita itu. Oh Tuhan yang benar saja.

“Dasar bocah” gumamku masih memperhatikannya yang berguling-guling diatas kasurku sambil memeluk amplop pemberian wanita itu.

Tok~ Tok~ Tok~

Yeonsa segera beranjak dari kasurku dan berlari keluar hendak membukakan pintu karena sepertinya ada yang datang.

“Siapa yang datang?” jeritku dari kamar tapi tak ada jawaban darinya membuatku penasaran dan segera menyusulnya keluar kamar.

Seorang bocah laki-laki segera berhambur kepelukanku saat aku memunculkan diriku diruang tengah.

“Donghan-ah dengan siapa kau kemari?” tanyaku padanya “Eoh annyeong Donghae-sshi” sapaku langsung setelah Yeonsa mempersilahkan pria itu masuk kedalam rumah.

“Maaf malam-malam begini sudah mengganggumu” katanya.

“Eonni…” bisik Yeonsa dengan pandangannya yang tak luput dari wajah Donghae.

“Ah, Donghae-sshi perkenalkan ini adikku. Han Yeonsa” kataku memperkenal Yeonsa padanya.

“Lee Donghae, senang bisa bertemu denganmu” katanya memperkenalkan diri pada Yeonsa yang masih terlihat takjub.

“Donghan, kenapa datang kesini malam-malam?” tanyaku pada Donghan yang masih tidak mau melepaskan tangan kecilnya dari pinggangku.

“Donghan mogok makan karena sangat ingin menemuimu jadi aku terpaksa membawanya kemari” terang Donghae.

“Donghan sayang, kau tidak boleh tidak makan. Nanti jika kau tidak makan kau bisa jatuh sakit. Dan kalau kau sakit appamu akan sangat mengkhawatirkanmu. Kalau appa mengkhawatirkanmu maka appa tidak bisa bekerja dengan baik. Donghan kan anak pintar, jadi jangan tidak menuruti perintah appa. Kau harus makan ya” bujukku menangkupkan kedua tanganku diwajahnya sambil berjongkok mensejajarkan tinggi kami.

“Tapi aku hanya mau makan kalau ajhumma yang menyuapiku” rajuknya.

“Ajhumma juga harus bekerja sayang, jadi ajhumma tidak bisa setiap hari menemuimu. Kamu mengerti kan?” jelasku mencoba menerangkan padanya dengan lembut.

“Kenapa sih semua orang dewasa harus sibuk bekerja dan membiarkan anak kecil sendirian?” tanyanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Itu karena… karena orang dewasa harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sama seperti appamu yang bekerja untuk memenuhi seluruh kebutuhanmu, ajhumma juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan Yeonsa noona” jawabku setelah melirik sekilas pada Donghae dan Yeonsa yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.

“Tapi sekarang aku hanya butuh ajhumma untuk menemaniku” protesnya lagi. Mulai membuat kepalaku sedikit berdenyut.

“Eum, kalau kau membutuhkan ajhumma lalu bagaimana dengan appa yang membutuhkanmu lalu Yeonsa nonna yang membutuhkan ajhumma?” tanyaku padanya yang segera membuat anak itu berpikir sejenak.

“Hemm, begini saja… kalau kau tidak keberatan… bagaimana kalau aku mengajakmu dan adikmu Yeonsa pergi makan malam bersama… hitung-hitung menghibur Donghan agar ia mau makan” usul Donghae yang langsung membuatku berpikir dan menimbang-nimbang.

“그래서요 (Geuraeseoyo) Baiklah kalau begitu” kataku menyetujui.

Aku dan Yeonsa segera kembali ke kamar kami masing-masing untuk berganti pakaian. Aku terpaksa menyetujui ajakannya untuk pergi makan malam bersama demi menyenangkan hati anaknya. Kenapa aku terus saja tidak tegaan pada anak dan ayah itu, gerutuku.

Cheonsa side end

 

***

Donghae side

“Grill5Taco?” seru Cheonsa keheranan karena aku membawa mereka kemari.

“Iya, memangnya kenapa?” tanyaku bingung.

“Ah aniya” jawabnya buru-buru.

Aku meminta Donghwa hyung untuk mengosongkan lantai dua karena kami akan makan malam disini. Agar tak ada orang lain yang mengganggu. Sengaja kubawa mereka kemari untuk menghindari netizen agar tak menimbulkan berita miring nantinya.

“Tempat ini masih terasa sama rupanya” gumam Cheonsa yang tertangkap pendengaranku.

“Memangnya kau pernah datang kemari?” tanyaku.

“Eoh, tapi itu dulu, dulu sekali” jawabnya masih sambil memperhatikan kesetiap sudut ruangan.

“Benar oppa dulu eonni sering sekali kemari hanya untuk…”

Cheonsa segera membekap mulut adiknya sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.

“Untuk apa?” tanyaku penasaran tapi sepertinya Yeonsa sudah tak berniat melanjutkan kalimat karena mendapatkan lirikan dari Cheonsa.

“tidak, tidak ada apa-apa. Dia hanya asal bicara” sergah Cheonsa “Harusnya kita tidak perlu pergi keluar hanya untuk makan malam seperti ini, harusnya kau biarkan aku memasak saja dirumahku” katanya berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

“Kalau sesekali tidak salahkan?” tanyaku.

“Tapi lain kali tidak perlu repot-repot seperti ini” jawabnya.

“Anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku karena sudah mau membantuku untuk membujuk Donghan” ucapku penuh rasa terima kasih.

Donghae side end

 

 

Two Days Later

 

Cheonsa side end

“Kau boleh pulang lebih awal hari ini” kata Park sunbaenim setelah aku menerima telpon dari Yeonsa yang mengatakan bahwa ia lulus tes.

“Ye sunbaenim. Eumm… bagaimana kalau malam ini anda ikut makan malam dirumahku untuk merayakan kelulusan Yeonsa?” tawarku tanpa ragu.

“Sebenarnya aku ingin sekali ikut, tapi mungkin lain kali saja karena aku sudah terlanjur ada janji” jawabnya dengan wajah kecewa yang tergambar jelas diwajahnya. “Tapi lain kali biar aku yang mentraktir kalian” lanjutnya lagi membuatku merasa bertambah senang.

“Ye sunbaenim, kalau begitu aku pulang duluan” pamitku padanya.

Yeonsa lolos tes ujian masuk ke fakultas kedokteran di Universitas Seoul dengan nilai terbaik. Bahkan ia berpeluang untuk mendapatkan beasiswa jika ia mampu mempertahankan nilai-nilainya dengan baik. Aku benar-benar merasa senang sekaligus bangga padanya karena ia berhasil mewujudkan mimpi mendiang orang tua kami. Dan juga melanjutkan mimpiku yang tak bisa kucapai.

Dulu saat kedua orang tua kami masih ada, aku pernah berkuliah di universitas itu. Aku kuliah difakultas kedokteran karena aku ingin seperti appa juga seseorang yang pernah menjadi motivatorku dulu. Hingga suatu malam kedua orang kami mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang menuju rumah, setelah mereka selesai menghadiri acara reuni dengan rekan SMU mereka diluar kota.

Setelah satu tahun berlalu, dengan berat hati kuputuskan untuk berenti kuliah. Aku harus mulai bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupku dan Yeonsa yang pada saat itu masih duduk dibangku sekolah dasar. Rumah kami pada saat itu terpaksa kujual dan kami memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah kecil yang sampai saat ini kami tempati demi mengurangi pengeluaran seminim mungkin. Sedih rasanya tidak bisa melanjutkan mimpiku karena harus bisa melanjutkan hidup bersama adikku mengingat pada saat itu aku baru menikmati tahun keduaku di unversitas.

Tapi sekarang setelah Yeonsa berhasil lolos, aku tidak lagi merasa sedih karena pernah gagal. Rasa itu kini sudah berubah menjadi rasa banggaku kepada Yeonsa. Adik tercintaku. Karena itu berarti, perjuanganku selama ini tak sia-sia untuknya.

***

Sesampainya diluar kantor aku segera mengirim pesan singkat pada Jongsuk, berniat mengajaknya untuk merayakan kelulusan Yeonsa dengan makan malam dirumahku tapi dia bilang tidak bisa karena sudah ada janji yang tidak bisa dibatalkan begitu saja. Aku sedikit kecewa tapi berusaha mengerti mengingat kondisi pacaran kami yang seperti permainan petak umpet ini.

“Ajhumma” suara yang segera membuatku tersadar bahwa saat ini aku sudah berjalan sampai didepan sekolah Donghan.

Ia segera berlari menghampiriku dengan wajah cerianya.

“Kau belum dijemput?” tanyaku.

“Eoh, tapi appa sudah dijalan menuju kemari” jawabnya dan benar saja karena detik berikutnya kulihat mobil Donghae sudah menepi.

“Cheonsa-sshi, kau disini rupanya?” tanyanya kaget melihatku.

“Aku baru saja pulang kerja dan kebetulan saat lewat Donghan memanggilku jadi aku menyapanya” jawabku sambil tersenyum pada Donghan yang sedari tadi menggandengku dengan erat seperti biasanya.

“Ah kalau begitu biar kuantarkan kau pulang sekalian” ajaknya yang pasti tak bisa kutolak begitu saja karena Donghan terlihat begitu riang mendengar usulan appanya.

***

“한연사 축하해 (Han Yeonsa chukkae) Han Yeonsa selamat!” ucap Donghae yang segera membuat Yeonsa riang.

“Gomawoyo oppa” balasnya.

“Chukkae nonna!” seru Donghan sambil menyodorkan satu buah permen lolipop kepada Yeonsa membuatnya dihadiahi pelukan erat dari Yeonsa yang akhirnya membuat Donghan memberontak dalam dekapannya, sekaligus membuatku dan Donghae tak bisa menahan tawa karena keduanya.

Kuputuskan untuk mengajak Donghae dan Donghan makan malam dirumah setelah selama diperjalanan tadi kuceritakan tentang Yeonsa. Keduanya begitu bersemangat untuk segera memberikan selamat secara langsung pada Yeonsa seperti barusan.

“Maaf ya hanya makan malam sederhana” kataku sedikit tak enak hati pada Yeonsa karena aku hanya membeli beberapa makanan dan jajanan di supermarket tadi diantar Donghae sebelum sampai kerumah.

“Eonni, ini saja sudah lebih dari cukup untukku apalagi ditambah kehadiran dua orang spesial ini” balas Yeonsa sambil kembali memeluk Donghan yang sekarang sudah tak memberontak seperti tadi.

“Oh ya, ini ada sedikit hadiah untukmu” seru Donghae menyarukkan sebuah kantung kertas pada Yeonsa yang membuat kami salaing pandang heran.

“Huwaaa daebak” seru Yeonsa mengintip isi kantung tersebut. “Oppa, kau yang terbaik setelah namjachingu eonniku” tambahnya riang.

“남자친구? (Namjachingu?) Pacar?” tanya Donghae heran.

“Iya namjachingu, memang eonni tidak pernah memberitaumu?” jawab Yeonsa bingung.

“Kau kan tidak bertanya padaku jadi aku tidak memberitaumu” kataku menjelaskan. “Lagipula hubungan diantara kami juga tidak bisa disebut sebagai pasangan” lanjutku sebelum meamasukkan sepotong teokkbokie kedalam mulutku.

Cheonsa side end

 

 

Donghae side

 

Entah mengapa darahku terasa berdesir saat mendengar bahwa ia sudah memiliki kekasih. Dadaku terasa sedikit sesak dan perasaanku menjadi aneh seketika. Aku tidak mengerti kenapa tapi rasanya benar-benar mengganggu.

“Apakah paman yang waktu itu…”

“Yap benar sekali, pria yang tempo hari kau panggil paman itu namjachingu ajhumma mu ini” terang Yeonsa sebelum Donghan menyelesaikan ucapannya.

“Nugu?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku.

Yeonsa terlihat berpikir sejenak kemudian melirik kakaknya yang masih sibuk sendiri dengan makanan dihadapannya. Ia tampak seolah enggan bersuara, sementara aku dan Donghan tampak begitu was-was menantikan penjelasannya.

“Nugu?” tanyaku lagi tanpa sadar seolah mulutku ini bekerja diluar kontrolku.

“Paman itu yang kemarin malam muncul di TV, diacara yang sama dengan Teukie samcheon” seru Donghan yang tampak mengingat sesuatu. “Yang berdiri disamping samcheon” lanjutnya membuatku langsung teringat pada MC yang semalam berkolaborasi dengan (특이) Teukie hyung.

“Lee Jongsuk” kataku setengah tak percaya.

“Ye, Jongsuk oppa memang namjachingu Cheonsa eonni…” kata Yeonsa membenarkan.

“Tapi meskipun begitu tetap saja aku dan dia hanyalah orang asing dihadapan publik” sela Cheonsa yang kemudian bangkit menuju dapur. “Mungkin itulah resikonya menjalin hubungan dengan selebriti mengingat bahwa dia harus menjaga perasaan penggemar dan popularitasnya, aku yang hanya orang biasa dan bukan siapa-siapa ini mungkin bisa dibilang lucky fans” lanjutnya kembali duduk disebelahku dengan membawa empat kaleng soda.

Ia masih bisa tersenyum lebar padaku meski aku mengerti sekali bagaimana rasanya berada diposisinya. Aku jadi tidak tega melihatnya jadi kuputuskan untuk membahas hal lain.

“Lalu kapan kau akan mulai mengurus segala kebutuhan kuliahmu?” tanyaku segera pada Yeonsa yang segera gelagapan setelah mendengarkan curhatan kakak perempuannya.

“Eoh, mulai minggu depan… aku sudah mulai mengurusnya minggu depan oppa” jawabnya terbata.

“Yeonsa-ya, kau tidak melupakan janjimu kan?” tanya Cheonsa membuat Yeonsa lebih kelabakan lagi.

“Ah… itu… beri aku tiga hari lagi eonni… 제발 (Jebal) Please” jawabnya yang membuatku menatap Cheonsa yang kini sudah sibuk membersihkan mulut Donghan yang belepotan karena memakan (자장면) jajangmyeon.

“Dia selama ini bekerja paruh waktu di salah satu minimarket di dekat apartemenmu dan sesuai janjinya padaku jika ia lulus maka ia harus menyudahi pekerjaannya itu untuk fokus pada kuliahnya nanti” jelasnya membuatku tak percaya mendengarnya.

“Kau bekerja paruh waktu?” tanyaku kaget pada Yeonsa yang hanya bisa nyengir.

“Anak nakal ini selalu mengeluh ingin membantuku mencari uang, makanya dia ikut bekerja paruh waktu dari sepulang sekolah sampai jam sembilan malam” jawab Cheonsa sambil memukul bahu Yeonsa pelan.

“Seandainya kita bisa bertemu lebih awal…” gumamku sambil menghembuskan napas panjang.

“Memangnya kenapa kalau bertemu lebih awal?” tanya Cheonsa yang kini sedang menatapku penuh selidik.

“Yah, kalau kita bertemu… lebih awal… Yeonsa kan bisa bekerja di tempatku… Grill5Taco mungkin…” jawabku gugup karena ternyata jarak wajahnya jadi terlalu dekat denganku.

Membuatku sedikit harus mundur sebelum terkena serangan jantung, sebab saat ini jantungku seperti sedang bekerja sepuluh kali lipat dari biasanya. Napasku jadi terengah-engah karenanya atau mungkin saja wajahku sudah merah padam saat ini juga.

“Appa kenapa wajahnya jadi merah begitu?” tanya Donghan yang langsung memberikan jawaban dari pertanyaan yang kuajukan pada diriku sendiri dalam hati.

“Yeonsa-ya hidupkan kipasnya” seru Cheonsa pada adiknya yang segera menghidupkan kipas angin dan langsung dihadapkan padaku. “Kau pasti kepanasan, maaf ya dirumah kami tidak ada AC” katanya dengan sebuah senyuman yang semakin membuatku sesak napas saja.

Sadarlah Lee Donghae apa yang kau lakukan. Kenapa kau jadi seperti ini. Jangan bertingkah aneh dan mempermalukan dirimu sendiri, rutukku dalam hati.

Donghae side end

 

 

~ TBC ~

Part_2

Part_1

Categories: Uncategorized | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Berani baca, berani komentar dong...^^~

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

S P I C Z Y

Wlcome to my Alter Ego...

Elfishy Siwonnie World

This Blog is dedicate to My Beloved Boys, Donghae & Siwon

My World Fanfic

Just My Fanfiction!!

Aprilia SapphireBlue World's

FICTION WORLD WITH MY IMAGINATION....

Sweet Caramel

My Sweety

Choniegyu Fan Fiction

Dedicate To Our Evil Magnae "Our Gyuhyun"

KPDK Fanfiction

Just For Fanfiction

The Story About Love

Love don’t cost a thing; except a lot of tears, a broken heart, and wasted years.

SpeciAll Sapphire Blue

All About Super Junior -SpeciAll-

My Room

Tempat kami berbagi imaginasi melalui fanfiction

FFindo

FanFic For Friends

Voldemort's Porch

Spoiled rich and a total bitch.

VJ Heru

Penulis humor yang kurang pamor.

Dazzlesme

Let it flow with your talent

Catatan Kika

Sebuah Catatan Kecil Dari Orang Yang Ingin Besar

== HaeLien ==

Planet for Lee Donghae the Alien

elf501

My World is Korean Pop

Superjunior Fanfiction 2010

All about fanfictions with Super Junior as the main characters!

Korean Chingu

Like Korea Love Indonesia ^^