“My Second Love is My Last Love” Part_5


Second Love Part_4 by.HaeGhie1815

Second Love Part_5 by.HaeGhie1815

_______________________________________________________

Cast : Han Cheonsa, Lee Donghae, Lee Jongsuk

Cast other : Super Junior member, Lee Family, Lee Donghan

_______________________________________________________

Cheonsa side

 

“Eonni” seru Yeonsa yang sudah berdiri didepan rumah dengan gelisah, ia segera berlari menghampiriku diikuti dengan Shin ajhumma yang membuatku semakin bertanya-tanya.

 

“Ajhumma sedang apa disini?” tanyaku langsung karena sudah terlanjur penasaran dengan kedatangannya. “Bukankah aku sudah membayar lunas uang kontrakan untuk tiga bulan kedepan?” tanyaku lagi membuatnya jadi terlihat serba salah. “Sebenarnya ada apa ini?” tanyaku pada Yeonsa yang sudah memasang tampang sedih.

 

“Aku bingung harus memulainya dari mana tapi…”

 

“Ajhumma, sepertinya lebih baik kita masuk dulu kedalam biar lebih enak bicaranya” selaku memotong kata-katanya.

 

Yang kurasakan saat ini bagaikan tersambar petir disiang bolong. Kabar dari Shin ajhumma benar-benar membuatku membeku seketika. Bagaimana tidak jika secara mendadak ia mengabarkan padaku bahwa aku dan Yeonsa harus segera pindah dari rumah yang sudah kami diami bertahun-tahun ini. Ia mengatakan padaku bahwa seseorang sudah membeli lahan disekitar tempat tinggal kami temasuk lahan yang kami tempati ini dan ia memintaku untuk segera mengosongkan rumah ini.

 

“Ajhumma… tak bisakah kau memberikan kami waktu lebih lama sedikit untuk mencari tempat tinggal baru” keluhku padanya “Aku bahkan sudah membayar untuk tiga bulan kedepan, setidaknya berikan kami waktu sekitar seminggu bukannya tiga hari seperti ini”.

 

“Maafkan aku, aku juga tidak bahwa pihak perusahaan itu berniat melakukan pembokaran lebih cepat dari yang pernah mereka rencanakan” balasnya sambil mengembalikan uang sewa yang sudah kubayarkan padanya beberapa hari lalu. “Maka dari itu aku kembalikan uangmu dan carilah tempat tinggal baru karena rumah ini harus benar-benar dikosongkan tiga hari lagi” lanjutnya dengan perasaan tidak enak padaku.

 

Hanya itu yang bisa Shin ajhumma sampaikan padaku. Kepalaku mau pecah rasanya memikirkan masalah yang datang secara berturut-turut padaku. Baru pagi tadi aku mengundurkan diri dan menjadi pengangguran sekarang harus terusir juga dari rumah yang sudah sekian tahun kutinggali bersama adikku. Rasanya seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula, pikirku.

 

Sebenarnya sudah sejak lama aku mendengar bahwa kawasan ini akan segera dirombak menjadi apartemen mewah. Hanya saja aku tidak berpikir bahwa akan secepat ini angkat kaki dari dari tempat ini. Ini terlalu mendadak dan pastinya akan sangat sulit bagiku untuk segera menemukan tempat tinggal baru dalam waktu sesingkat ini.

 

“Aku bisa gila kalau seperti ini jadinya” gerutuku sekuat tenaga menahan diri agar tidak lagi menangis dengan berusaha memejamkan mataku yang ternyata jadi semakin sulit karena otakku terus saja dipenuhi dengan berbagai macam masalah yang datang tanpa diundang.

 

“Eonni…” panggil Yeonsa yang sudah menyembulkan kepalanya dipintu kamarku yang tidak sepenuhnya dibuka olehnya.

 

“Wae?” tanyaku malas.

 

“Donghae oppa mencarimu, sepertinya ada yang tidak beres karena dia datang sendiri dengan wajah panik” jawabnya membuatku segera bangkit dari atas kasur empukku dan berlari keluar.

 

“Donghae-sshi, ada apa datang selarut ini sendiri?” tanyaku setibanya diluar karena mendapati ia datang tanpa Donghan.

 

“Sebelumnya maafkan aku karena sudah mengganggu waktu istirahatmu tapi aku tidak tau lagi harus bagaimana jadi aku segera berlari kesini untuk menemuimu”

 

“Iya tapi ada apa? Kenapa kau sepanik ini?” tanyaku karena ia terus bicara berbelit-belit membuatku semakin pusing saja.

 

“Donghan…”

 

“Iya Donghan kenapa?”

 

“Donghan mengalami demam sejak semalam dan sampai saat ini demamnya belum juga turun. Ia terus saja mengigau dan memanggil namamu” jelasnya.

 

“Memangnya kau tidak membawanya kedokter?”

 

“Aku sudah memanggilkan dokter untuknya, bahkan aku sudah memberikannya obat tapi tetap saja tidak ada perubahan makanya aku datang kemari” katanya membuatku harus mendengus kesal karena pria bodoh ini benar-benar tidak bisa mengurus putranya dengan baik.

 

“Baiklah kau tunggu sebentar, aku akan segera berganti pakaian dan ikut denganmu” kataku sebelum kembali kedalam dan berganti pakaian.

 

***

 

Aku segera berlari ke kamar Donghan dimana sudah ada Leeteuk dan Eunhyuk disana menunggui Donghan yang masih mmejamkan matanya diatas tempat tidurnya dengan kompresan dikeningny.

 

“Donghan-ah” seruku segera memeriksa kondisinya dan benar saja demam cukup tinggi.

 

“어떻게? (Eotteokhe?) Bagaimana?” tanya Donghae yang kini sudah berdiri disebelahku bersama dengan Yeonsa yang terpaksa kuajak karena tidak tega membiarkannya sendirian dirumah.

 

“Kenapa kau mengompresnya dengan air dingin?” tanyaku kesal “Kau harusnya mengompresnya dengan air hangat agar dia tidak menggigil karena kedinginan. Yeonsa-ya, ambilkan aku air hangat sekarang” perintahku pada Yeonsa yang segera dibantu oleh Eunhyuk.

 

“Ruangan ini terlalu pengap, kenapa pendingin ruangannya harus dimatikan. Ruangan ini harusnya dibiarkan tetap sejuk dan jangan membungkus tubuhnya dengan selimut setebal ini kalau begini caranya wajar saja demamnya tidak bisa turun” lanjutku membuat Leeteuk segera menghidupkan AC dan kusingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuh Donghan dari ujung kaki hingga sebatas bahu.

 

“Ajhumma” rintih Donghan sembari menggenggam tanganku erat.

 

“Aku haus” katanya dan Donghae segera keluar kamar untuk mengambilkan anaknya minum.

 

“Ini eonni” kata Yeonsa yang sudah kembali dengan baskom berisi air hangat.

 

“Yeonsa kau bisa membuat bubur kan?” tanyaku pada Yeonsa yang segera mengangguk paham.

 

“Tentu saja” jawabnya dan segera melirik kearah Eunhyuk bermaksud untuk meminta bantuannya yang langsung mengekori Yeonsa.

 

“Leeteuk-sshi, bisa kau bantu aku memijat telapak kaki Donghan?” tanyaku pada Leeteuk yang sedari tadi hanya berdiri memperhatikanku. “Gunakan ini untuk memijatnya” kataku sambil menyerahkan baby oil yang sengaja kubawa langsung dari rumah karena aku berpikir disini pasti tidak ada.

 

“Ini air minumnya” kata Donghae menyerahkan segelas air putih padaku.

 

“Jika anakmu demam seperti ini kau harus banyak memberinya minum karena jika tidak dia bisa mengalami dehidrasi. Memberikan pijatan ditubuhnya itu juga penting karena itu akan merelaksasikan tubuhnya. Sebentar lagi juga panasnya pasti turun” ujarku sambil membantu Donghan minum.

 

“Cheonsa-sshi, kau sangat pandai dalam hal merawat anak” puji Leeteuk yang segera membuatku terkekeh karenanya.

 

“Aku hanya belajar dari pengalaman karena selama ini aku sendiri yang mengurus adikku” jawabku padanya.

 

“Oh ya, kudengar dari Yeonsa katanya kau pernah kuliah di fakultas kedokteran. Apa itu benar?”

 

“Mwo?” pekik Leeteuk setelah mendengar pertanyaan Donghae.

 

“Hemm, aku memang sempat berkuliah hingga tahun keduaku tapi akhirnya terpaksa berhenti” jawabku berusaha mengulas senyum mengingat masa itu sedikit menyedihkan.

 

“Pantas saja kau paham betul bagaimana mengatasi demam Donghan” kata Leeteuk menanggapi. “Nah selesai, berhubung Cheonsa sudah datang aku harus kembali ke dorm sekarang untuk beristirahat” serunya setelah selesai memijit kaki Donghan. “Beberapa hari ini aku tidak bisa tidur karena terlalu banyak kegiatan” imbuhnya sebelum keluar kamar.

 

“Ajhumma…” panggil Donghan lagi kembali membuka matanya.

 

“Ada apa?” tanyaku.

 

“Ajhumma 가지마요 (Kajimayo) jangan pergi, temani aku” rengeknya membuatku tersenyum melihat tingkahnya yang manja.

 

“Eumm, sekarang tidurlah dulu sambil menunggu Yeonsa nonna sedang membuatkan bubur untukmu. Ajhumma akan tetap disini menjagamu” bujukku berhasil membuatnya kembali memejamkan mata dan mendekap tangan kananku erat kedepan dadanya.

 

“Malam ini menginaplah disini, aku sudah meminta Eunhyuk untuk membereskan kamar untuk kau dan Yeonsa” kata Donghae yang kini sudah duduk ditepi tempat tidur Donghan.

 

“Tenanglah, aku akan tetap disini menunggui Donghan sampai demamnya reda” balasku sambil menepik-nepuk tangan mungilnya yang memeluk tangan kananku.

 

Cheonsa side end

 

 

Donghae side

 

Gadis ini benar-benar baik hati dan begitu memperhatikan Donghan dengan sangat baik meskipun ia sedikit keras kepala. Aku sempat kaget tadi saat ia memarahiku karena membuat banyak kesalahan dalam merawat Donghan yang akhirnya menyebabkan demamnya tidak bisa cepat reda.

 

Seandainya istri masih hidup. Aku yakin ia juga akan melakukan hal yang sama seperti yang Cheonsa lakukan saat ini pada Donghan, batinku masih memeperhatikannya yang kini sudah tertidur sambil memeluk Donghan erat.

 

“Omo” pekikku kaget saat berbalik mendapati Yeonsa masih duduk diruang tengah dengan wajah murungnya setelah aku keluar dari kamar Donghan bersiap hendak kembali ke kamarku. “Kenapa kau disini? Kenapa tidak tidur dikamar tamu yang sudah disiapkan Eunhyuk tadi?” tanyaku bingung.

 

“Aku tidak bisa tidur oppa” jawabnya lesu.

 

“Kenapa? Ada apa? Ceritakan saja padaku, siapa tau aku bisa membantumu” kataku yang kini ikut duduk disofa yang berada tepat diseberangnya. “Ceritalah, setidaknya dengan sedikit berbagi cerita denganku itu akan mengurangi bebanmu” kataku lagi membuatnya menghembuskan napasnya yang terasa berat.

 

“Apa tidak apa jika aku menceritakannya kepadamu?” tanyanya ragu.

 

“Tentu saja. Jika sebuah rahasia maka aku akan menjaga rahasiamu dengan baik. Percayalah padaku, aku janji” janjiku padanya membuatnya tersenyum senang.

 

***

 

“Appa” seru Donghan yang saat ini sudah berada dimeja makan sibuk dengan semangkuk bubur didepannya.

 

“Huwaaa, jagoan appa sudah sembuh ternyata” kataku sambil memeluk dan mengacak rambutnya.

 

“Selamat pagi” sapa Cheonsa dan Yeonsa yang sedang sibuk memasak didapur hampir bersama.

 

“Selamat pagi” balasku sembari mengacak poni Yeonsa saat hendak mengambil gelas didapur. “Tidurmu nyenyak semalam?” tanyaku yang dijawab anggukan olehnya.

 

“Ada apa ini? Kenapa kalian berdua terlihat jadi semakin akrab?” tanya Cheonsa penuh selidik melihat kami berdua yang memang terasa makin akrab setelah sesi curhat semalam.

 

“몰래 (Mollae) Rahasia” jawab Yeonsa sambil menjulurkan lidah mengejek kakaknya.

 

“Iish, baiklah aku tidak akan bertanya lagi” balasnya sambil menata meja makan yang segera dipenuhi dengan berbagai macam makanan untuk kami sarapan pagi ini.

 

Melihat meja makan yang sudah dipenuhi oleh masakan Cheonsa yang selau enak membuatku tak sabar untuk segera memanjakan cacing-cacing yang saat ini sudah bersorak didalam perutku.

 

“잡수세요 (Japsuseyo) Mari makan” seru Yeonsa yang sudah menempati bangku disebelah Donghan yang masih belum menyelesaikan sarapannya.

 

“Yak, kau harus mencuci muka dan tanganmu terlebih dahulu sebelum makan” pekik Cheonsa sembari memukul tanganku yang sudah hampir berhasil meraih sumpitku dengan. “Sebagai seorang appa kau harus mengajarkan hal-hal yang baik pada putramu” nasihatnya membuatku patuh dan segera bangkit menuju kamar mandi dengan enggan.

 

“Donghan-ah, kau tidak boleh meniru sifat buruk appamu itu ya” nasihat Yeonsa menambahi membuatku semakin jengkel dengan keduanya yang terlalu kompak untuk menasihatiku agar menjadi appa yang baik bagi Donghan.

 

***

 

Cerita Yeonsa semalam terus saja mengusik pikiranku. Entah mengapa aku jadi merasa cukup terganggu mendengar musibah yang kini tengah menimpa mereka. Aku harus melakukan sesuatu untuk membantu mereka tapi apa yang harus aku lakukan, pikirku sambil mengacak rambutku frustasi.

 

“Appa kau kenapa? Apa kepalamu pusing?” tanya Donghan yang ternyata sudah mengalihkan perhatiannya dari acara TV yang ia tonton.

 

“Tidak, appa hanya sedang memikirkan sesuatu” jawabku.

 

“Appa aku bosan” keluhnya “Harusnya ajhumma tetap disini menemaniku sampai aku benar-benar sembuh, bukannya dirumah bersama appa seperti sekarang. Ini membosankan” tambahnya lagi sambil berjalan menuju kamarnya.

 

“Yak, apanya yang membosankan? Harusnya kau senang appa bisa meluangkan waktu untuk menemanimu. Bukankah dulu kau selalu mengeluh karena appa terlalu sibuk bekerja” protesku sambil mengekorinya ke dalam kamar.

 

“Itu dulu sebelum ada ajhumma” balasnya cuek kemudian berbaring diatas tempat tidurnya sambil memunggungiku.

 

“Coba ajhumma bisa seperti Kim ajhumma, Yoo ajhumma atau Seo ajhumma, pasti saat ini aku tidak akan kesepian karena ajhumma akan selalu menemaniku” ujarnya menyebutkan satu persatu mantan pengasuhnya yang sebelumnya pernah bekerja disini untuk menjaga Donghan setiap kali aku tak berada dirumah.

 

“Donghan-ah…” panggilku seketika mendapatkan ide cemerlang berkat dirinya.

 

“Waeyo appa?”

 

“Apa kau ingin ajhumma terus bersamamu, menjagamu dan selalu menemanimu?” tanyaku segera mendekat dan duduk di atas tempat tidur Donghan.

 

“Tentu saja aku mau” jawabnya kini penuh semangat.

 

“Baiklah kalau begitu, appa akan segera mengabulkan keinginanmu” balasku.

 

“Benarkah? Benarkah appa bisa melakukannya?” tanyanya lagi.

 

“Pasti bisa” jawabku dengan bersungguh-sungguh.

 

Donghae side end

 

 

Cheonsa side

 

“Maaf nona, sekarang sudah tidak ada tempat yang kosong lagi untuk kusewakan. Dua hari yang lalu sudah terisi” kata seorang ajhumma padaku saat aku dan Yeonsa mendatangi rumahnya setelah menemukan brosur yang bertuliskan menyewakan tempat tinggal yang ia iklankan.

 

“Oh begitu, kalau begitu terima kasih ajhumma, kami permisi” pamit kami sopan.

 

“Eonni, sebaiknya kita pulang dulu sekarang. Ini sudah larut malam dan sudah puluhan tempat kita kunjungi tapi tak ada satupun tempat yang kosong, semuanya sudah ditempati oleh penghuni baru” keluh Yeonsa yang memang sudah terlihat lelah.

 

“Harusnya tadi kau pulang saja dan biarkan aku yang mencari sendiri” kataku.

 

“Mian” katanya sedih.

 

“Ya sudah, sekarang kita pulang saja. Biar besok eonni yang pergi mencari lagi, siapa tau besok kita benar-benar mendapatkan tempat tinggal yang pas dan bisa segera pindah dari sana” balasku berusaha tetep terlihat tegar dihadapannya.

 

***

“Eonni, besok biarkan aku menemanimu lagi ya?” pinta Yeonsa manja sambil terus bergelayut padaku.

 

“Shireo” tolakku.

 

“Kau mana boleh seperti ini, aku kan mau menemanimu” rengeknya seperti seorang anak kecil.

 

“Hei tuan putri, berhentilah bersikap manja dan kekanak-kanakan seperti ini. Ingat berapa usiamu sekarang. Sebentar lagi kau akan menjalani meninggalkan seragam SMAmu dan menjadi seorang mahasiswa jadi berhentilah merengek padaku” ejekku tapi ia sudah tak bereaksi dan pandangannya fokus kedepan.

 

Memperhatikan seorang pria jangkung yang kini tengah berdiri didepan rumah kami. Menyunggingkan sebuah senyum simpul yang dulu pernah begitu kugilai tapi sekarang tidak lagi karena senyum itu telah berubah menjadi senyum yang memuakan bagiku.

 

“Masuklah duluan” perintahku pada Yeonsa yang langsung menurut.

 

“Jika kau tidak tuli maka sudah bisa kupastikan bahwa kau ini bodoh” kata pertama yang kugunakan sebagai sebuah sapaan baginya.

 

“Bodoh? Yah, mungkin aku memang benar-benar bodoh” gumamnya masih tetap mempertahankan senyumnya yang jadi semakin menjijikkan itu.

 

“Harus berapa kali lagi aku mengenyahkanmu. Kenapa kau selalu datang lagi, lagi dan lagi dihadapanku. Aku sudah benar-benar muak setiap kali harus melihatmu terus datang dengan senyum yang sama seperti itu. Kau sungguh menjijikkan dimataku” nada suaraku jadi semakin meninggi tanpa kusadari emosiku kembali meluap begitu saja karena kehadirannya.

 

“Aku akan tetap datang padamu lagi, lagi dan lagi sampai kau mau mendengarkan penjelasanku” ia terlihat semakin keras kepala dari hari kehari.

 

“Pergi, aku tidak pernah membutuhkan penjelasan apapun darimu karena yang kubutuhkan saat ini hanyalah… kau enyah dari hidupku” kataku sadis.

 

“Kenapa kau memutuskan untuk berhenti bekerja?” tanyanya mengganti topik pembicaraan diantara kami yang justru malah membuat kepalaku semakin terasa mendidih.

 

“Kau masih bisa bertanya padaku padahal kau sendiri sudah tau jawabannya” sindirku semakin kesal dengan tingkahnya. “Berhentilah bicara omong kosong dan menyingkir dari hadapanku dan juga hidupku” pintaku tegas sebelum kembali kedalam rumah.

 

“Apakah aku perlu bersujud dihadapanmu agar kau mau memeberiku waktu untuk menjelaskan semuanya padamu agar tak ada lagi kesalah pahaman diantara kita” serunya menghentikan langkahku.

 

“Berhentilah mengganti topik pembicaraan sesuka hatimu dan juga… berhentilah bertindak bodoh dihdapanku karena itu sudah tidak perlu lagi kau lakukan. Aku sudah berusaha untuk merelakanmu. Aku bahkan sudah benar-benar merelakanmu untuk wanita itu, jadi kuharap setelah ini kau tidak perlu lagi datang padaku karena aku tak ingin melihatnya terluka sama seperti luka yang kurasakan karena dirimu” bentakku tanpa berbalik menghadap dirinya.

 

Kudengar derap langkahnya, ia berjalan menghampiriku yang masih tak ingin menatapnya. Tak ingin ia melihat air mataku yang kini sudah membanjiri pipiku. Aku sungguh tak ingin terlihat lemah dihadapannya. Namun nyatanya ia tetap menghampiriku dan membalikkan tubuh menghadap dirinya. Memperlihatkan air mata yang sudah dengan susah payah kusembunyikan darinya beberapa waktu ini.

 

“Orang tuamu… orang tuamu beberapa waktu yang lalu datang dan sudah menjelaskan semuanya padaku. Maka dari itu kuputuskan untuk merelakanmu” pengakuanku padanya.

 

 

Flashback

 

Malam ini tiba-tiba saja orang tua Jongsuk datang kerumahku dengan sikap angkuh sang ayah yang tak pernah berubah sejak pertama kali kami bertemu denganku. Ia selalu tampak tidak pernah menyukaiku karena aku hanya wanita biasa dan terlebih lagi karena aku seorang yatim-piatu.

 

Beliau datang bersama isterinya untuk mengancamku agar tak lagi mendekati putra sulung mereka sekaligus menjelaskan tentang pertunangan Jongsuk dan Jung In beberapa hari sebelumnya yang ternyata memang sudah direncanakan oleh orang tua Jongsuk tanpa seijinnya.

 

“Akhiri hubungan diantara kalian, jauhi putraku dan mulailah hidup barumu tanpa dirinya. Sejak awal aku memang sudah tidak mengijinkan kalian menjalin hubungan tapi kalian tetap nekad berhubungan diam-diam dibelakang kami. Berhentilah saat kau masih bisa berhenti tapi jika tidak maka aku yang akan menghentikannya. Kuharap kau mau mengerti” pesan ayah Jongsuk padaku sebelum ia kembali masuk kedalam mobilnya.

 

“Kau pasti bisa menemukan pria yang jauh lebih baik setelah ini, jaga dirimu baik-baik” ujar ibu Jongsuk “Kami pamit dulu” katanya kemudian ikut masuk kedalam mobil mereka yang segera melaju.

 

Flashback end

 

 

Hatiku seperti teriris-iris mengingat kata-kata orang tuanya padaku, itulah yang membuatku berkeras untuk membencinya. Jujur ini terlalu sulit bagiku, tapi aku bisa apa. Aku hanya harus melakukannya mau ataupun tidak. Harus sebelum kami semakin tersakiti satu sama lain karena hubungan kami yang takkan pernah bisa dipertahankan lagi.

 

“Kumohon… kumohon berhenti menjadikan orang tuaku sebagai alasan untuk mengakhiri hubungan kita… kumohon” mohonnya padaku sungguh-sungguh.

 

“Lalu bagaimana dengannya, bagaimana dengan wanita yang akan segera kau nikahi itu. Berhentilah bersikap egois, kau juga harus memikirkan perasaannya. Bagaimana jika ia terluka. Cukup… cukup biar aku saja yang terluka disini. Jangan korbankan perasaannya karena aku tau betapa bahagianya ia saat ini”

 

“Bagaimana denganku?” jeritnya. “Apa kau hanya memikirkan dirimu dan dia? Kenapa kau tidak memikirkan juga tentangku? Aku juga terluka karena semua ini” ada rasa keputus asaan yang kurasakan dari nada suaranya yang terdengar begitu bergetar.

 

Wajahnya sudah mulai dibanjiri air mata, inilah kali pertama aku melihatnya benar-benar menangis. Rasanya begitu menyesakkan melihatnya dalam kondisi seperti ini. Ia semakin menguatkan cengkeramannya dibahuku.

 

“Setidaknya kau harus lebih memikirkan kedua orang tuamu, selama mereka masih berada disisimu… bahagiakanlah mereka dan belajarlah untuk menerima kenyataan bahwa… bahwa kita tidak lagi ditakdirkan untuk bersama…” pesanku padanya yang dengan susah payah kuucapkan mengakhiri pembicaraan diantara kami.

 

Aku segera masuk kedalam rumah dan menutup pintu rumahku rapat. Isak tangisnya diluar sana terdengar jauh lebih keras dari sebelumnya. Terdengar jauh lebih memilukan lagi bagiku. Membuat tubuhku yang masih bersender dipintu merosot seketika, jatuh terduduk dilantai yang terasa sangat dingin. Bahkan jauh lebih dingin dari biasanya.

 

“Tuhan mungkinkah keputusan yang sudah kuambil ini tepat, jika memang tepat kumohon hilangkanlah rasa sesak yang menyiksaku ini” rintihku dengan keras mendekap dadaku yang memang terasa begitu sesak hingga kurasa aku hampir kehabisan napas.

 

 

Cheonsa side end

 

 

“Yeonsa-ya, cepatlah ini sudah cukup siang” jerit Cheonsa kesal memanggil adiknya yang masih sibuk berkutat dikamarnya. “Apa sih yang sedang kau lakukan? Cepatlah kita tidak bisa membuang waktu, kalau kau masih lama aku akan pergi sendiri dan kau tunggu saja dirumah” ancam Cheonsa setelah melihat adiknya keluar dari kamar dan menghampirinya didepan pintu.

 

“Ini salahmu eonni, kenapa tidak membangunkanku lebih awal” protes Yeonsa tak terima dengan semua omelan sang kakak yang kini sudah berkacak pinggang dihadapannya.

 

“Sudahlah jangan banyak bicara, cepat pakai sepatumu aku akan menunggumu diluar…” omelan Cheonsa segera terhenti saat ia membuka pintu rumahnya dan menemukan seorang pria dengan senyum ramahnya dibalik pintu terlihat sedang menunggunya.

 

“Donghan, kenapa kau datang sepagi ini” tanya Cheonsa segera pada bocah kecil yang masih menggandeng tangan ayahnya Lee Donghae setelah ia sadar dari keterkejutannya.

 

“Untunglah kami belum terlambat” ucap Donghae membuat alis Cheonsa dan Yeonsa saling bertautan.

 

Keduanya saling lirik satu sama lain dengan bingung karena mendapatkan kunjungan secara tiba-tiba pagi ini.

 

***

 

“Pengasuh?” seru Cheonsa kaget saat tengah bicara dengan Donghae di ruang tengah membuat Yeonsa dan Donghan yang tengah asik bermain tak jauh dari keduanya ikut tercuri perhatiannya.

 

“Iya pengasuh” ucap Donghae membenarkan apa yang baru saja didengar oleh Cheonsa.

 

“Jadi maksudmu… aku menjadi pengasuh Donghan?” tanya Cheonsa masih dengan kebingungan yang memenuhi kepalanya.

 

“Eumm begitulah, minggu depan aku akan kembali sibuk dengan berbagai macam kegiatan diluar negeri dan itu berarti aku butuh seseorang untuk bisa menjaga Donghan dengan baik selama aku tidak ada dirumah dan…” ia melirik Donghan sejenak yang sudah kembali asik bermain dengan Yeonsa “…berhubung kau sedang tidak memiliki pekerjaan sekarang dan Donghan juga sepertinya akan sangat senang jika kau yang menjaganya jadi… kau mau kan menjadi pengasuhnya?” tanyanya setelah menjelaskan panjang lebar alasannya pada Cheonsa yang masih terpaku ditempatnya.

 

***

 

“Kamar ini sudah dibereskan dan disiapkan untuk kalian berdua. Kau dan Yeonsa” jelas Donghae sembari membukakan pintu kamar yang dimaksudnya.

 

“Jadi aku harus sekamar dengan eonni?” tanya Yeonsa sambil memperhatikan seluruh sudut kamar yang sukup luas itu pada Donghae yang masih berdiri diambang pintu.

 

“Yak Han Yeonsa” seru Cheonsa sudah hampir kesal pada adiknya.

 

“Tentu saja, bukankah eonnimu takut hantu makanya tidak berani tidur sendiri? Jadi kusiapkan kamar untuk kalian berdua” jawabnya polos.

 

“Mwo??? Sejak kapan…” belum sempat Yeonsa melanjutkan ucapannya Cheonsa dengan cepat membungkam mulutnya dengan kedua tangannya sambil mengisyaratkan Donghae agar segera keluar dari kamar itu meninggalkan mereka berdua.

 

Kini keduanya resmi tinggal satu di apartemen Donghae setelah Cheonsa menerima tawaran pekerjaan yang diajukan pria itu padanya. Sebagai seorang pengasuh.

 

Tawaran yang diajukannya cukup menguntungkan dan mustahil untuk menolaknya di saat mendesak seperti ini. Cheonsa hanya perlu mengurus segala kebutuhan dan keperluan Donghan, membantu membereskan rumah layaknya seorang pekerja rumah tangga biasanya. Meski awalanya Donghae hanya memintanya fokus pada Donghan tapi begitulah Cheonsa. Sebagai timbal balik karena sudah diberikan tempat tinggal sementara ia memutuskan untuk membantu ayah dan anak itu untuk bertugas membersihkan rumah dan beres-beres setiap hari termasuk mereka tak boleh sungkan untuk meminta bantuan padanya.

 

Yeonsa juga terpaksa tinggal bersamanya sebelum ia resmi memulai kuliahnya dan tinggal di asrama di universitasnya. Ia sudah memutuskan untuk tinggal dia asrama nantinya dengan alasan agar bisa lebih serius belajar dan tentunya bisa sedikit meringankan tugas Cheonsa sebagai seorang kakak.

 

“Eonni-ya, memang sejak kapan kau jadi penakut sampai kita harus tinggal sekamar seperti ini? Bukankah disini ada beberapa kamar jadi kita tidak perlu sekamar” serbu Yeonsa setelah pintu kamar kembali tertutup dan meninggalkan keduanya didalam sini dengan beberapa tas, koper juga berbagai macam barang bawaan yang mereka bawa dari rumah mereka yang masih berserakan dilantai.

 

“Itu hanya alasanku saja karena aku takut dia melakukan hal yang tidak kuinginkan jika saja malam itu aku menerima tawarannya untuk menginap dikamar ini” terangnya sembari mengingat kejadia malam itu saat pertama kali mereka bertemu karena Donghan.

 

“Ahh… jadi kau berpikiran kotor tentangnya saat itu” celetuk Yeonsa yang segera dihadiahi sentilan dikeningnya hingga gadis itu mengaduh kesakitan.

 

“Siapa yang berpikiran kotor?”

 

“Ya kau itu eonni”

 

“Aku tidak berpikiran kotor, hanya saja… walau bagaimanapun juga dia tetap seorang pria… meskipun dia baik… pokoknya tetap saja menakutkan dan aku harus bisa menjaga diriku baik-baik”

 

“Iish, kau kolot sekali eonni”

 

“Sudahlah jangan dibahas lagi, pokoknya selama kita tinggal disini, kau harus bisa bekerjasama denganku untuk menjaga Donghan dan mengurus rumah” perintah Cheonsa pada sang adik yang segera mengangguk mantap “Jaga sikapmu dengan baik, berhentilah bersikap kekanak-kanakan, berhenti merengek ataupun mengeluh seperti tadi padanya, belajarlah untuk lebih bertanggung jawab lagi setelah ini dan yang terpenting jaga mulutmu ini jangan sampai seperti tadi kau hampir saja mempermalukanku didepannya” lanjut Cheonsa sambil menarik bibir Yeonsa yang sudah mengerucut membuatnya jadi semakin kesal dengan kakaknya yang kini jadi semakin bawel dimatanya itu.

 

***

 

“안녕, 잘잤어요? (Annyeong, jaljasseoyo?) Selamat pagi, apakah tidurmu nyenyak?” sapa Donghae yang sudah berada didapur lebih dulu dariku dan Yeonsa yang kini masih asik bergelung dengan selimut hangatnya dikamar.

 

“Kau bangun sepagi ini?” tanyaku tak percaya sembari menghampirinya yang sedang sibuk didapur.

 

“당연하지 (Dangyeonhaji) Tentu saja, aku harus bangun lebih pagi untuk membuat sarapan spesial sebuah pesta sambutan kecil untuk dua penghuni baru di apartemen ini” jawabnya dengan senyum polos yang justru semakin membuat Cheonsa kebingungan.

 

“Huwaa daebak, tak kusangka kau bisa juga bangun sepagi ini hanya untuk membuat sarapan” seru Cheonsa yang kini jadi takjub melihat aktivitas Donghae yang terasa begitu langka dimatanya.

 

“Kau tidak perlu setakjub itu padaku, begini-begini aku juga bisa memasak meskipun mungkin rasanya tidak sebaik masakan yang kau buat tapi kau harus tetap menghargai usahaku ini” protes Donghae yang menyadari tatapan Cheonsa padanya.

 

“Yayaya, aku percaya padamu dan terima kasih untuk niat baik dan usahamu ini” balas Cheonsa berusaha memberikan senyuman termanisnya pada mahluk amis dihadapaannya ini.

 

“Nah beginilah seharusnya, tersenyum ini jauh lebih baik dari pada menatapku dengan tatapan seperti tadi. Setidaknya dengan tersenyum akan mengurangi sedikit kerutan dikeningmu itu” komentar Donghae yang segera mendapatkan pukulan ringan di bahunya.

 

“Lanjutkan saja acara memasakmu daripada mengomentari wajahku” omel Cheonsa yang langsung memberengut kesal tapi justru malah membuat Donghae terbahak karena melihat ekspresi kesalnya. “Yak kenapa kau jadi tertawa seperti ini” jeritnya kesal.

 

“Wah rasanya sudah cukup lama aku tidak tertawa seperti ini dipagi hari” seru Donghae setelah berhasil menghentikan tawanya yang membuat Cheonsa berkacak pinggang dihadapannya.

 

“Berhenti tertawa atau masakanmu akan menjadi gosong nanti karena kau terlalu banyak tertawa dan kau tidak berniat menggagalkan acara penyambutanmu ini dengan hasil yang tidak memuaskan kan?”

 

Cheonsa segera membereskan meja makan dan mulai sibuk menata berbagai macam lauk pendamping disana meninggalkan Donghae yang sudah kembali sibuk dengan kegiatannya sembari menunggu Donghan juga Yeonsa keluar dari kamar mereka untuk segera bergabung dimeja makan.

 

“Sepertinya ada yang datang” kata Cheonsa yang segera menuju pintu sedangkan Donghae hanya tersenyum ditempatnya dan masih sibuk dengan kegiatannya.

 

“Annyeong haseyo”

 

 

~ TBC ~

Categories: Fanfiction | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Berani baca, berani komentar dong...^^~

Blog di WordPress.com.

S P I C Z Y

Wlcome to my Alter Ego...

Elfishy Siwonnie World

This Blog is dedicate to My Beloved Boys, Donghae & Siwon

My World Fanfic

Just My Fanfiction!!

Aprilia SapphireBlue World's

FICTION WORLD WITH MY IMAGINATION....

Sweet Caramel

My Sweety

Choniegyu Fan Fiction

Dedicate To Our Evil Magnae "Our Gyuhyun"

KPDK Fanfiction

Just For Fanfiction

The Story About Love

Love don’t cost a thing; except a lot of tears, a broken heart, and wasted years.

SpeciAll Sapphire Blue

All About Super Junior -SpeciAll-

My Room

Tempat kami berbagi imaginasi melalui fanfiction

FFindo

FanFic For Friends

Voldemort's Porch

Spoiled rich and a total bitch.

VJ Heru

Penulis humor yang kurang pamor.

Dazzlesme

Let it flow with your talent

Catatan Kika

Sebuah Catatan Kecil Dari Orang Yang Ingin Besar

== HaeLien ==

Planet for Lee Donghae the Alien

elf501

My World is Korean Pop

Superjunior Fanfiction 2010

All about fanfictions with Super Junior as the main characters!

Korean Chingu

Like Korea Love Indonesia ^^