_____________________________________________________________
Cast: Lee Donghae, Han Cheonsa, Song Joong Ki
Other Cast: Member Super Junior, Han Nana, Song Hyura, Son Eun Seo, Cho family
Genre: Romance, Sad, Family, Frienship, Comedy
_____________________________________________________________
Apartement Lantai 11
Dia (Lee Donghae) menggenggam tanganku dengan begitu eratnya bahkan perlakuannya mampu membuat kedua mataku tak berhenti memandangi tangan kami yang saling bertautan dan punggungnya secara bergantian.
Mungkin jika bisa ku ibaratkan saat ini hatiku seolah kembali seperti seorang yeoja dengan usia belia yang baru pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta dengan segala perbuatannya, kami berniat kembali kekamar kami masing-masing sekarang untuk beristirahat. Habisnya jika terlalu berlama diluar rasanya aku bisa mati muda karena Hypothermia.
“Auww, appo oppa” sungutku kesal sambil mengusap keningku yang terasa sedikit ngilu karena Donghae oppa berhenti mendadak membuatku berhasil menabrak punggungnya yang terbilang kekar itu.
“Yaa, kau kemana saja. Aku menunggumu sejak tadi disini. Dan… siapa dia?” suara dengan nada menginterupsi seorang yeoja yang membuatku penasaran dan berusaha mengintip dari balik punggung Donghae oppa.
Untuk kali keduanya ini wajah yeoja itu dengan serta merta mampu membuatku terkejut setengah mati, kulihat hal yang sama juga terjadi padanya.
“Ooh, an… anyeong haseyo Han Cheonsa agashi, bangapseumnida…” sapanya sambil tersenyum dan sedikit membungkuk kepadaku.
Belum sempat kubalas sapaannya Donghae oppa langsung melepaskan tautan tangan kami dan bergegas menghampirinya Son Eun Seo. Yeoja itu kelihatan begitu terkejut dengan reaksi Donghae oppa yang menghampirinya yang masih berdiri tepat didepan pintu dorm oppadeul SuJu, tampak jelas mimik ketakutan diwajahnya.
“Yaak, kenapa kau masih berani-beraninya menampakkan wajahmu dihadapanku setelah apa yang kau lakukan padaku, menghancurkan segala yang ada padaku? Melakukan tuduhan yang menyakiti orang-orang terdekatku, orang-orang yang sangat berarti dihidupku” bentak Donghae oppa yang diahiri pukulannya pada pintu dorm dilantai 11.
BRAAAAKK~~
Pukulannya yang cukup keras itu mampu membuat yeoja itu ketakutan bahkan akupun sedikit terlonjak merasa takut karena baru kali ini aku melihatnya benar-benar marah seperti itu.
Aku tak berani mendekat barang selangkah saja, kulihat yeoja itu mencari sesuatu dari dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop putih yang berisikan seperti sebuah surat didalamnya. Dengan mata yang berkaca-kaca dan tangan yang gemetaran karena takut dia berusaha menunjukkan isi surat itu pada Donghae oppa yang langsung diterimanya dengan kasar.
“Apa ini eoh???” tanya nya kesal sambil menunjukkan amplop putih itu kedepan wajah Eun Seo.
“Itu… itu surat keterangan dokter… Kau tau… aku… aku HAMIL, aku sedang mengandung anakmu LEE DONGHAE…!!!”.
Kakiku terasa lemas sekarang, aku mulai kehilangan tulang penyanggaku saat ini, bagai tersambar petir kata-kata yeoja itu benar-benar berhasil memporak porandakan perasaanku yang baru saja tenang. Air mataku kembali lolos, aku hampir saja terjatuh hingga sepasang tangan kokoh menahan beban tubuhku yang hampir saja terperosok.
“Op… oppa” kataku sambil terisak ternyata namja yang sudah cukup lama ku kenal, Song Joong Ki temanku dia seorang aktor yang pernah menjadi lawan mainku disebuah drama korea yang sejak saat itu membuat kami jadi semakin dekat satu sama lain.
Donghae oppa yang sadar akan reaksiku sontak berbalik menghampiriku yang sudah kehilangan kekuatan meski hanya untuk berdiri. Aku langsung menepis tangannya yang berusaha membantuku berdiri.
“Jangan menyentuhku… jauhkan tanganmu dariku sekarang juga… jika sudah seperti ini… bagaimana aku harus bersikap terhadapmu eoh? bagaimana aku… bisa bertahan disisimu sepeti permintaanmu sebelumnya jika semenyakitkan seperti ini kenyataan yang harus kuterima? Pergilah… mungkin benar kita memang tak ditakdirkan bersama, jadi pergilah!” hanya itu yang bisa kuucapkan rasanya terlalu pahit dan sulit sekali untuk ku keluar dari mulut ini.
“Cheonsa-ya…” katanya lagi berusaha kembali membantuku dan sekali lagi kutepis dengan kasar seraya berusaha bangkit dengan bantuan Joong Ki oppa yang masih menatap kami bingung.
“Kumohon pergi… PERGIIIIIIIIII…!!!” bentakku dengan sisa kekuatan yang masih ada.
Yang dapat kulakukan saat ini hanyalah mulai berlari sekuat tenagaku menjauh menuju lift, aku sadar satu hal sama sekali dia (Lee Donghae) tak bergerak dan berusaha mengejarku justru malah Joong Ki oppa yang berusaha mengejarku namun terlambat dengan segera aku menutup pintu lift yang terbuka disaat yang tepat.
Pintu lift terbuka dilantai dasar tak sampai lima menit, tanpa pikir panjang aku langsung mencoba berlari keluar dan menjauh dari bangunan apartement ini sekarang juga. Kudengar suara Joong Ki oppa yang berhasil menyusulku melalui tangga darurat dipintu keluar aku sempat berpapasan dengan Kyuhyun oppa, dan beberapa teman segrupnya.
Yesung, Ryeowook, Sungmin dan Henry oppa yang melihatku langsung berlari mengejarku memanggil namaku tapi tak ku indahkan panggilan mereka aku terus berusaha menjauh dan malah berusaha menyeberangi jalanan untuk menghindari mereka yang berusaha menghentikanku.
Kulirik sekilas lampu lalu lintas masih hijau lalu kuputuskan untuk berlari keseberang jalan namun sayang sebuah mobil melintas bertepatan saat aku menyeberang. Aku sama sekali tidak bisa menghindar.
Yang terakhir ku dengar hanya teriakan mereka yang tak jelas dan cahaya yang menyilaukan dihadapanku kemudian sebuah benda besar yang menghantam tubuhku dengan sangat kuat.
SEOUL HOSPITAL
JOONG KI side
Sejak kejadian malam itu, kurang lebih dua pekan sudah ia belum juga berkeinginan untuk membuka matanya. Padahal rencananya aku akan mengajaknya pergi ketempat yang pasti akan membuatnya senang karena aku sudah lama tak menyapanya tapi kejadian itu menggagalkan semuanya.
Dan kini aku hanya bisa menatapinya yang masih terlelap dengan berbagai macam peralatan yang biasa ia gunakan untuk merawat pasien-pasiennya.
“Kau selalu bercerita bagaimana kau merawat pasien-pasienmu dengan alat-alat ini, tapi sekarang malah kau yang harus mengenakannya…” gumamku yang kuyakini dia tak mungkin mendengarnya.
“Mau sampai kapan kau tertidur eoh? Kau itu bukanlah putri tidur seperti di dongeng, kau itu yeoja evil yang selalu berteriak, menari, menyanyi, berlarian kesana kemari mengganggu semua orang yang ada sekitarmu…” lanjutku sambil mempererat genggamanku ditangannya yang terbebas dari infus.
“…kau tau aku begitu merindukanmu, merindukan keceriaanmu, maka dari itu bangunlah, buka matamu… aku berjanji akan membuatmu kembali ceria asalkan kau mau membuka matamu dan juga… hatimu untukku…” kali ini dengan suara lebih lirih diahir kalimatku, kukecup tangannya yang kugenggam tadi seolah putri tidur dihadapanku ini akan terbangun dari tidurnya jika kulakukan hal ini.
Kudengar suara pintu terbuka aku langsung berdiri dan sedikit membungkuk “Aah, anyeong ahjumma” ucapku sopan kepada wanita paruh baya, eomma dari yeoja yang terbaring tak sadarkan diri ini.
“Kau masih disini rupanya, apa kau tidak punya jadwal hari ini?” jawabnya ramah sembari tersenyum kepadaku.
“Ye ahjumma, kebetulan aku sedang tidak ada jadwal jadi kuputuskan untuk menemaninya, jawabku sembari membalas senyumnya.
Cho ahjumma duduk ditepi ranjangmu kemudian mengusap lembut tanganmu aku masih berdiri diposisi tadi, “Tunggu sebentar chagiya, eomma akan menyiapkan air hangat untuk membasuh tubuhmu ya” ucapnya.
“Hemm kalau begitu… sebaiknya aku keluar dulu ahjumma mencari minum”, pamitku sopan karena aku tahu ini kegiatan rutin eommamu untuk merawatmu.
“Aah nde, kau belum makankan, makanlah bekal yang kubawa tadi, aku sengaja membuatnya untukmu yang sudah menemani putriku yang manja ini” jawabnya sembari menunjuk bekal makanan yang tergeletak dimeja.
“Nde gamsahamnida ahjumma” kataku yang kemudian mengambil bekal yang dibawa Cho ahjumma lalu berjalan keluar ruangan.
Kudapati seorang namja yang kukenal tengah berdiri disamping pintu ruangan tak jauh dari kamar rawat Cheonsa sepertinya hendak pergi menjauh.
“Lee Donghae” gumamku memperhatikan punggungnya yang berjalan gontai dan terus menghilang dari pandanganku.
Sejam setelah aku berhasil menghabiskan bekal buatan Cho ahjumma aku berniat masuk kembali keruangan sepertinya Cho ahjumma sudah selesai tepat saat akan masuk Cho Kyuhyun datang bersama kakak dan appanya aku tersenyum dan sedikit membungkuk kepada mereka.
“Kau masih disini ternyata?” tanya yeoja berambut cokelat yang dikuncir ekor kuda itu padaku dan kujawab dengan anggukan kemudian kami semua masuk kedalam bersamaan.
“Yeobo-ya bagaimana keadaannya?” tanya lelaki paruh baya appa dan kepala keluarga Cho itu kepada istrinya sembari mendekatinya yang masih duduk ditepi ranjang sambil mengusap perlahan wajah si putri tidur itu dengan penuh kasih. Yang ditanya hanya menghela nafas panjang yang lemah.
JOONG KI side end
KYUHYUN side
“Hey nona pemarah… mau sampai kapan kau tertidur seperti ini eoh? Apa kau tak rindu bertengkar denganku, menggangguku, merengek padaku, dan menjahiliku, Han Evil Princess ku, kau tak merindukan couplemu ini…?” sapaku pada dongsaeng kesayanganku yang masih terus memejamkan matanya.
Kuusap keningnya lembut merapihkan poninya yang tampak sedikit berantakan. Kalau ia dalam keadaan sadar saat ini ia pasti sudah meracau tak karuan karena ia akan menganggap aku mengacaukan penampilannya, aku tersenyum sendiri mengingat tingkah lucunya.
Kuraih tangannya yang halus dan kudekap dengan erat kuperhatikan tangan mungilnya yang terlihat putih pucat. Tangan ini adalah tangan yang tak pernah bisa berhenti menggangguku, jemarinya yang lentik selalu ia tarikan diatas tuts pianoku dengan asal, menimbulkan suara bising yang mengganggu telingaku. Tapi sekarang hanya terkulai lemas tak berdaya. Tu… tunggu dulu, mataku sedikit terbelalak kaget saat kulihat jemarinya yang mulai bergerak, telapak tangannya membalas genggamanku.
Ia mulai membuka matanya perlahan membuat aku, appa, eomma, nonna dan Joong Ki hyung terkejut dan berusaha mendekatinya yang masih terbaring lemah.
Joong Ki hyung bergegas lari keluar ruangan sepertinya hendak memanggil dokter dan benar saja dugaanku karena tak berapa lama ia kembali bersama dokter dan seorang perawat yang ku kenal, Hyura asisten Cheonsa dirumah sakit ini.
Mereka mulai terlihat sibuk memeriksa keadaan dongsaengku yang mulai sadarkan diri kami tidak diperkenankan mendekat kami semua hanya dapat menunggu diluar ruangan, kami menunggu dengan risau. Bahkan beberapa kali appa harus menyuruhku untuk duduk diam seperti yang lainnya karena aku terus saja mondar-mandir tak jelas.
Tak lama kemudian Hyura keluar dengan wajah sedih, matanya berkaca-kaca ia menghampiri kami “Ahjussi, ahjumma, uisanim sepertinya…” katanya perlahan membuatku penasaran dan berusaha mendekat kearahnya, “…sepertinya dia kehilangan ingatannya, uisanim mengalami Amnesia…” lanjutnya bersamaan dengan mengalirnya cairan bening dari pelupuk matanya.
Aku yang begitu terkejut langsung menarik lengan Hyura agar mengahadap kearahku dan memastikan ucapannya barusan, “Yaak, apa maksudmu eoh??? Ini semua bohongkan…???” eomma dan nonnaku semakin khawatir dan terlihat appaku yang mulai berusaha menenangkan mereka. Hyura hanya mengangguk membenarkan apa yang ia katakan barusan.
Dokter yang kemudian keluar tak lama dari itu langsung mengajak appa dan eomma untuk membicarakan keadaan Cheonsa diruangannya. Sedangkan aku , nonna dan Joong Ki hyung langsung bergegas masuk untuk memastikan keadaan Cheonsa disusul Hyura yang masih belum berhenti menangis.
Aku dan Joong Ki hyung berusaha mendekati Cheonsa yang berbaring menyamping memunggungi kami sedangkan Ahra nonna berdiri agak jauh dan berusaha menenangkan Hyura.
“Cheonsa-ya” panggilku ragu kemudian perlahan ia mulai membalikkan tubuhnya dan berusaha duduk dengan susah payah sambil memegangi luka dikepalanya yang tertempeli plester juga perban yang melilit kepalanya, aku dan Joong Ki hyung berusaha membantunya tapi ekspresinya terlihat aneh ia merasa ketakutan juga berusaha menghindar seolah kami orang asing dihidupnya.
“Ka… kalian, kalian siapa?” tanyanya ragu aku dan Joong Ki hyung saling melihat satu sama lain bingung harus menjawab apa.
“Kau tak ingat siapa kami?” tanya Joong Ki hyung yang berusaha tersenyum padahal aku tahu dia juga pasti merasa sangat khawatir dengan keadaan Cheonsa saat ini.
“Nde??? A… aniya aku sama sekali tak mengenal siapa kalian” pernyataannya begitu menohok direlung hatiku, membuat mataku berkaca-kaca. Kenapa dia jadi seperti ini.
KYUHYUN side end
JOONG KI side
Kuperhatikan ia yang sekarang tengah tertidur pulas setelah beberapa pemeriksaan yang berlangsung cukup lama hari ini guna memastikan kondisinya tadi, kugenggam erat tangannya yang tampak pucat dan terasa dingin itu, rasanya tak ingin kulepaskan barang sedetikpun.
Melihatnya tadi, menjerit histeris menahan rasa sakit sambil memukuli kepalanya saat semua orang diruangan ini berusaha mengingatkan beberapa kenangan terhadapnya membuat hatiku terasa sakit dan teriris tapi aku tetap berusaha sekuat tenaga untuk tetap terlihat tenang dihadapannya. Dia benar-benar tak mengingat apapun bahkan dirinya sendiripun tak ia ingat.
Tapi setidaknya aku merasa sedikit lega karena dia sudah terbangun dari tidur panjangnya dua pekan ini. Saat ini hanya ada aku yang menemaninya, eomma dan eonninya sudah pulang karena harus membereskan beberapa perlengkapannya dan beristirahat sebelum kembali lagi kerumah sakit guna menemaninya. Sedangkan appa dan oppanya harus mengurus pekerjaannya yang sempat mereka tinggalkan untuk menemaninya.
Aku tak menyangkal sedikitpun bahwa hari ini terasa cukup melelahkan bagiku yang terus menjagamu, sampai-sampai aku mulai merebahkan kepalaku yang terasa sedikit berat dipinggiran tempat tidurnya masih sambil menggenggam tangannya erat takut kalau-kalau dia akan melarikan diri dariku.
Aku mulai membuka mata entah sudah berapa lama aku tertidur kemudian betapa terkejutnya aku ketika tempat tidur dihadapanku sudah kosong.
“Eodiya… aissh” kataku sambil mengacak rambutku sebal kemudian aku berlari keluar berteriak kesana kemari, bertanya pada siapapun yang melintas, membuat semua orang terheran-heran dengan kelakuanku. Bagaimana tidak orang-orang yang mengenaliku sontak akan riuh jika melihatku dalam keadaan seperti ini.
Tapi aku sama sekali tak memedulikannya yang terpenting sekarang ini aku harus sesegera mungkin menemukan Cheonsa. Aku terus berlari keluar rumah sakit hingga berada ditaman dan langkahku terhenti ketika kulihat sosok seorang yeoja yang tampak sedang duduk sendiri di salah satu bangku taman diluar rumah sakit besar ini. Aku mencoba melangkahkan kedua kakiku mendekatinya dan sudah kupastikan itu memang benar orang yang kucari Han Cheonsa.
Kuperhatikan ia dari belakang bahunya sedikit bergetar, tampaknya kedinginan bagaimana tidak dia hanya mengenakan pakaian rumah sakit dan menggunakan sandal ruangan yang begitu tipis. Kulepaskan jaket yang ku kenakan dan kusampirkan ke tubuhnya dari belakang kemudian duduk disebelahnya ia terkejut dengan perlakuanku dan tak berhenti memandangku dengan wajah bingungnya.
“Kenapa kau keluar tidak memberitahuku, aku itu mengkhawatirkanmu… kupikir kau melarikan diri tadi?” tanyaku sambil tersenyum padanya.
“Ooh, mana mungkin aku melarikan diri. Bisa-bisa aku terdampar disuatu tempat karena tak tau arah nanti. Lagi pula kau… tadi kelihatannya sangat lelah jadi aku tidak tega membangunkanmu” jawabnya pelan.
Kucondongkan sedikit wajahku mendekat kewajahnya kuperhatikan wajahnya dengan seksama dia terlihat salah tingkah dan itu terlihat sangat lucu juga menggemaskan.
“Wae… waeyo?” tanyanya gugup.
“Sudah berapa lama kau diluar eoh? Wajahmu sampai pucat seperti itu, kau kedinginankan?” tanyaku lagi.
“Mo… molla, aku… bosan berada dikamar terus jadi… aku butuh udara segar. Memangnya sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?” balasnya.
Sepertinya sifat aslinya tidak ikut hilang dan sudah mulai keluar banyak bertanya membuat aku semakin tersenyum dan dia menunjukkan wajah bingungnya lagi.
“Sebaiknya kita masuk sekarang, kau tahukan betapa dinginnya disini apa lagi aku tidak mengenakan jaket” kataku seraya menunjuk jaket yang kukenakan padanya.
Ia menatap jaket yang dikenakannya dan kemeja yang ku kenakan bergantian yang sukses membuatnya bangkit dari duduk. Ia mulai berjalan mendahuluiku untuk kembali masuk kekamarnya tapi tiba-tiba ia jatuh terduduk direrumputan yang ada ditaman ini membuatku buru-buru menghampirinya.
“Kau kenapa?” tanyaku khawatir.
“Aakh, kakiku terasa keram… mungkin karena kedinginan tadi” jawabnya sambil meringis kesakitan memegangi pergelangan kakinya.
Reflex kutarik tangan kanannya dan langsung kusampirkan kebahu kiriku dan kuangkat beban tubuhnya kugendong dia ala bridal. Kulihat dia sedikit terkejut dengan tindakanku kemudian dia menutupi wajahnya dengan tangan kirinya.
“Yaak, tu… turunkan aku, semua orang sedang memperhatikan kita aku malu tahu!!!” perintahnya padaku tapi sayangnya tak kuindahkan kulihat kesekitar kami memang benar orang-orang sedang memperhatikan kami bahkan ada beberapa yang berusaha mengambil gambar kami.
Peduli apa dengan mereka biar saja dunia tahu, toh semuanya tidak akan berpengaruh terhadapku mungkin saja managerku yang akan kalang kabut karena perbuatanku. hahaa
Sesampai dikamar rawat kuturunkan ia ditempat tidurnya, kuperhatikan wajahnya yang memerah sepertinya ia benar-benar malu setengah mati gara-gara tadi. Aku hanya bisa tersenyum geli melihat tingkahnya.
“Apa kakimu masih terasa sakit?” tanyaku dia hanya menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu aku keluar sebentar ya membeli minum?” lanjutku berbalik menuju pintu keluar.
“A… agashi” panggilnya membuatku langsung menoleh kearahnya.
“Kalau aku boleh tau… si… siapa namamu?” tanyanya sedikit ragu.
“Ooh, Joong Ki, Song Joong Ki imnida…” jawabku tersenyum “Kau biasanya memanggilku dengan sebutan oppa, Joong Ki oppa” lanjutku dan dia langsung mengerutkan keningnya keheranan.
“Yak’ ekspresi macam apa itu, kau memang memanggilku dengan cara seperti itu” jawabku sedikit agak ngambek.
“Jinja, kalau begitu apa kau oppaku sungguhan??? apa hubunganmu denganku…???” tanyanya dengan penuh semangat membuatku bingung harus menjawab apa.
“Yaak, aku ini oppamu bukan dia…” teriak Cho Kyuhyun yang entah sejak kapan masuknya.
“…namja yang tidak lebih tampan dariku ini… dia ini.. NAMJACHINGUMU” lanjutnya cuek sambil menuding kerahku dengan sedikit penekanan diahir kalimatnya.
“MWOOO…???” jeritku dan Cheonsa bersamaan setelah mendengar pernyataan dari namja evil yang berhasil membuat kami berdua benar-benar kaget.
Apa maunya bocah setan ini bisa-bisanya dia memberikan pernyataan gila seperti itu. Dia hanya tersenyum puas mendapati aku dan Cheonsa yang masih kebingungan juga salah tingkah.
Ahirnya aku berhasil keluar untuk mengalihkan suasana tidak enak yang ditimbulkan bocah setan itu. Tak lama kulihat ia menghampiriku yang tengah asik menikmati kopi yang baru kupesan di kafetaria ini.
JOONG KI side end
KYUHYUN side
Kuhampiri Joong Ki hyung yang tengah duduk santai sendiri sembari menikmati minumannya yang masih mengepul. Kulihat ekspresinya yang terlihat gugup melihat kedatanganku.
“Ternyata kau disini hyung?” tanyaku cuek sembari duduk dihadapannya dan dijawab dengan anggukan olehnya.
“Kau mau kopi?” tawarnya berusaha bersikap sewajarnya.
“Boleh juga” jawabku singkat dan dia langsung memanggil pelayanan kemudian langsung memesankan pesananku.
“Apa yang kau lakukan tadi hah?” tanyanya tiba-tiba.
“Yang mana?” tanyaku meledek.
“Ya… yang tadi itu… kenapa kau bilang aku itu… aku namjachingu dongsaengmu… eoh?” tanyanya salah tingkah.
Ingin sekali rasanya aku tertawa lepas melihat wajahnya yang sok polos itu.
“Kau pikir aku tak tahu… kalau selama ini kau menyukai dongsaengku hah?” kusudutkan saja dia dengan pertanyaanku agar mau mengaku. Tapi yang kudapati darinya malah wajahnya yang semakin salah tingkah, bukankah biasanya ia akan selalu bersikap sok cool, haha.
“Hyung…” panggilku sekarang dengan wajah serius.
“…aku tahu selama ini bagaimana perasaanmu pada dongsaengku, bahkan eomma, eonni dan appaku sekalipun menyadari bahwa kau memiliki perasaan padanya…” matanya langsung mendelik mendengar pengakuanku.
“…siapa orang yang tidak akan sadar jika sering melihat perlakuanmu padanya seperti itu, sayangnya dongsaengku memang bukan orang yang peka…” lanjutku berusaha membenahi posisi dudukku dan menyambut pesananku yang sudah datang.
“Hyung, kau sendiri sudah tahukan apa yang terjadi padanya sebelum kecelakaan yang ia alami…?” dia mengangguk paham akan arah pembicaraanku.
“Aku benar-benar menyayanginya hyung, aku selalu merasa sakit jika melihatnya terluka, kupikir sebaiknya… selama ingatannya belum kembali… kenapa tak kau gunakan saja kesempatan ini agar ia bisa membalas perasaanmu… siapa tahu dengan begitu di benar-benar bisa melupakan masa lalunya bersama seseorang yang sebenarnya tak layak memilikinya itu dan mungkin saja ini pertanda bahwa sebenarnya Cheonsa memang sudah ditakdirkan untuk berjodoh denganmu?”.
“Tapi… bagaimana jika ingatannya kembali nanti, dia mungkin akan sangat kecewa dan membenciku setelah apa yang kulakukan padanya… membohonginya mana sanggup aku melakukannya Kyu” jawabnya cepat.
Aku berpikir sejenak, memang ada benarnya juga jika ingatannya kembali bisa jadi ia akan sangat marah dan membenci Joong Ki hyung tapi… “Asalkan kau mampu memberinya kenangan indah dan mampu membuatnya mencintai dirimu sepertinya semua itu akan baik-baik saja hyung” kataku berusaha meyakinkannya.
Dan mulai menikmati kopi yang tadi dipesankan Joong Ki hyung yang sekarang tengah sibuk dengan pikirannya untuk mempertimbangkan usulanku barusan.
KYUHYUN side end
CHEONSA Side
Dikamar rawat, seorang wanita paruh baya tengah menyuapi putrinya yang sedang dirawat. Makanan rumah sakit memang tidak enak hanya bubur dan beberapa menu yang rasa sebenarnya bisa dimasukkan kedalam kategori hambar.
“Eom… eomma, sudah cukup” kataku menolak suapan buburku untuk yang kesekian kalinya.
“Tapi kau baru memakannya sedikit chagi, sedikit lagi ya biar kau bisa cepat sembuh” bujuk eommaku namun sayangnya aku memang sudah tak bernafsu lagi.
“Arra… kalau begitu sekarang kau minum obatmu chagi” lanjut eomma yang mulai menyodorkan beberapa butir obat dengan bentuk dan warna yang berbeda-beda beserta segelas air untuk membantuku menelan butir-butir obat tersebut.
KREEEEKK~~
“Aah, kalian sudah kembali rupanya” sapa eomma kepada kedua orang namja yang baru masuk.
“Tadi dokter sudah memberikan hasil pemeriksaan Cheonsa, dan dokter juga mengatakan bahwa Cheonsa sudah diperbolehkan pulang sekarang. Kyuhyun-ah, sebaiknya kau temani eomma sekarang mengurus administrasi Cheonsa agar ia bisa cepat dibawa pulang” lanjut eomma yang langsung menyeret oppaku keluar ruangan.
“Apa benar… kau sudah diperbolehkan pulang oleh dokter?” tanya seorang namja tampan yang tengah tersenyum manis kepadaku.
“Nde” jawabku singkat dengan kikuknya.
***
Oemma dan oppa sudah pulang lebih dulu ternyata, mereka meninggalkanku dirumah sakit. Mungkin mereka memang sengaja membiarkanku agar bisa pulang kerumah diantarkan oleh Joong Ki oppa. Selama diperjalan aku hanya diam, sesekali aku memjawab singkat pertanyaan-pertanyaan darinya kemudian kembali membisu menyaksikan para pejalan kaki dan beberapa kendaraan yang berlalu lalang meramaikan suasana kota yang seperti tak pernah redup. Sesekali aku harus menahan malu saat tanpa sengaja bertemu mata dengannya yang juga sedang memperhatikaku kemudian tersenyum manis dan berhasil membuatku jadi salah tingkah.
***
Kami sudah sampai didepan sebuah rumah yang cukup besar yang kuketahui adalah rumah keluarga Cho keluargaku. Aku memandang asing terhadap bangunan itu dari dalam mobil.
“Tunggu, biar aku yang bukakan pintunya untukmu” cegahnya menahan tanganku yang hendak membuka pintu mobilnya. Dengan cepat ia turun dan membukakan pintu mobil untukku.
“Silahkan turun tuan putri” katanya mempersilahkanku turun dengan aksen layaknya seorang pengawal pribadi dari sebuah kerajaan.
Yah, meskipun dia lebih cocok menjadi seorang pangeran tampan setidaknya perlakuannya cukup membuatku terkekeh geli.
Ia mengantarkanku hingga kedepan pintu besar dengan cat putih yang melengkapi warna putih gading yang mendominasi cat tembok bangun yang tebilang cukup besar ini.
“Masuklah” perintahnya padaku sambil tersenyum.
“Kau… tidak ikut masuk… bersamaku???” tanyaku ragu.
“Aniya, aku masih ada keperluan yang harus segera kuselesaikan” balasnya.
“Jadi sebaiknya kau cepat masuk, karena diluar udaranya amat sangat dingin bisa-bisa kau masuk angin nanti jika terus berlama-lama disini” lanjutnya mempersilahkan aku masuk kedalam.
“Baiklah, kalau begitu… hati-hati dijalan dan terimakasih karena sudah berkenan mengantarkanku sampai kerumah dengan selamat” kataku yang dibalas dengan anggukan dan senyumannya yang tak kunjung pudar sedari tadi.
“Hemm, tunggu sebentar” katanya tiba-tiba membuatku kembali berbalik menghadapnya dan…
CHU~~
Joong Ki oppa mengecup pipi kiriku kilat. Membuatku kehilangan kesadaran, sepertinya rohku terlepas dari raganya untuk saat ini.
“Aah, kalau begitu sampai jumpa besok… istirahatlah dengan baik… jangan lupa makan dengan teratur… masuklah diluar dingin” ujarnya kaku sambil terus mengusap tengkuknya dengan rona merah menghiasi wajah tampannya.
Tanpa pikir panjang aku langsung saja menerobos masuk kedalam rumah dengan perasaan yang tak karuan akibat perlakuan singkatnya barusan.
“Omo… apa yang terjadi denganku?” gumamku tak habis pikir bersandar dibalik pintu sambil memegangi dadaku yang terasa ada deburan ombak didalamnya.
CHEONSA side end
– TBC –
komen-komenan