“My Second Love is My Last Love” Part_7


part7

Second Love Part_7 by.HaeGhie1815

_______________________________________________________

Cast : Han Cheonsa, Lee Donghae, Lee Jongsuk

Cast other : Super Junior member, Lee Family, Lee Donghan

_______________________________________________________

Dua hari telah berlalu sejak malam itu. Malam dimana Cheonsa dan Donghae saling menguak masa lalu keduanya. Masa lalu yang ternyata menjadi jembatan penghubung diantara mereka. Penghubung yang mempertemukan keduanya setelahnya. Seperti sekarang.

 

“Oppa…” seru Cheonsa yang segera berlari keluar menyusul Donghae yang ternyata masih didepan pintu. “Punyamu ketinggalan” dijulurkannya sebuah amplop putih yang tadi tergeletak di meja makan kehadapan Donghae.

 

“Itu untukmu, Donghan dan Yeonsa” Donghae hanya tersenyum dan bersiap untuk pergi. “Pokoknya kalian bertiga harus datang nanti malam. Ingat ya, aku tidak ingin kalian telat datang diacara penting itu. Sampai bertemu nanti malam” katanya setelah itu menghilang dibalik pintu yang kembali ditutupnya rapat.

 

***

 

Gymnastic stadium. Disinilah Cheonsa, Donghan dan Yeonsa malam ini. Ternyata amplop yang diberikan Donghae pagi tadi sebelum ia pergi adalah tiket konser Super Junior yang bertajuk Super Show. Ketiganya duduk dibangku VIP yang berhadapan langsung dengan panggung. Berada ditengah-tengah ribuan ELF yang sudah memadati stadium untuk menyaksikan penampilan idola mereka setelah cukup lama tidak melakukan comeback.

 

“Donghan apa kau senang?” bisik Cheonsa pada bocah laki-laki yang kini duduk tenang diantara dirinya dan Yeonsa.

 

“Kapan appa dan samcheondeul muncul?” tanyanya balik.

 

“Sebentar lagi” seru Yeonsa mencoba mengimbangi suara riuh ELF yang memadati seisi stadium.

 

“Kau sudah tidak sabar ya?” Donghan hanya menganggung menanggapi Cheonsa.

 

Rasanya entah sudah berapa lama Cheonsa tidak merasakan perasaan seperti ini. Perasaan berdebar saat berada ditengah-tengah sapphire blue ocean. Berada ditengah-tengah ELF memang merupakan hal yang sudah lama tak dilakoninya lagi setelah hari itu. Hari dimana ia bersungguh-sungguh untuk berhenti menjadi seorang fangirl. Tapi entah mengapa hari itu kembali hadir malam ini.

 

Ia kembali terseret kedalam pesona sapphire blue ocean yang sebenarnya begitu ia rindukan setelah selang beberapa tahun lamanya. Perhatian dan hatinya seolah kembali kemasa-masa itu. Kembali berkat seseorang bernama Lee Donghae dan seorang bocah kecil yang begitu disayanginya, Lee Donghan.

 

“Ajhumma konsernya sudah mulai” seru Donghan menyadarkanku dari lamunan tentang masa lalu.

 

“Huwaaa, mereka benar-benar keren” Yeonsa memekik takjub dengan kemunculan member Super Junior yang tampak begitu berkilauan malam ini.

 

Cheonsa tidak mampu lagi berkata-kata setelah kemunculan mereka diatas panggung. Konser yang baru saja dimulai sudah cukup mencuri perhatiannya. Tak lagi dihiraukannya seluruh ELF yang sudah larut terbawa suasana konser. Pandangannya terus fokus pada penampilan pria-pria tampan diatas panggung itu, hanya sesekali saja ia melirik Donghan guna memastikan apakah bocah itu tidak merasa jenuh. Nyata setiap kali ia melirik kearahnya, Donghan sudah ikut larut dalam suasana konser bersama Yeonsa.

 

Hingga tanpa terasa konserpun telah usia, setelah empat jam memanjakan ELF dengan penampilan mereka yang benar-benar memukau. Membuat siapapun yang berada didalam Gymnastic stadium malam ini seperti tersihir karena terlalu terbawa dalam suasana bahagia sekaligus mendebarkan yang diciptakan para superman mereka diatas panggung.

 

***

 

“Bagaimana penampilan kami tadi?” tanya Leeteuk penuh semangat setibanya Cheonsa, Donghan dan Yeonsa di backstage atau lebih tepatnya diruang ganti Super Junior.

 

“Kalian benar-benar keren oppa” jawab Yeonsa dengan hebohnya sambil mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Leeteuk yang segera disambut bahagia oleh beberapa member yang masih belum kehabisan tenaga.

 

“Apa kau menikmati konser kami malam ini?” tanya Donghae pada Cheonsa yang datang dengan Donghan dalam gendongannya.

 

“Tentu saja, penampilan kalian sangat menghibur. Kalian berhasil menghipnotis seisi stadium” jawab Cheonsa menyerahkan Donghan kedalam pelukan Donghae untuk segera direbahkan diatas sofa. “Donghan sampai ketiduran beberapa menit sebelum konser usai, itu semua karena ulah Yeonsa yang mengajaknya heboh selama konser berlangsung” cibir Cheonsa sembari melirik kearah Yeonsa yang masih asik berkelakar dengan member lain diujung ruangan.

 

“Baguslah kalau kau senang. Kau juga pasti lelah karena menggendong Donghan sampai kesini” Donghae membelai pipi Donghan pelan kemudian mengecupnya penuh kasih sayang.

 

“Hyung kalian ikut makan malam bersama malam ini kan?” tanya Ryeowook yang kini menghampiri Donghae dan Cheonsa.

 

“Sepertinya kami tidak bisa ikut, aku harus segera mengantarkan mereka pulang. Lagian mereka sepertinya sudah kelelahan” jawab Donghae setelah melirik Donghan dan Cheonsa bergantian.

 

“Baiklah kalau begitu” Ryeowook hanya mengangguk tanda ia mengerti.

 

“Lebih baik kau ajak Yeonsa, sepertinya gadis itu masih memiliki cukup energi tapi kau harus mengantarnya pulang dengan selamat” usul Donghae membuat wajah Ryeowook bersemu.

 

“Oppa, kau harus menjaga adikku dengan baik. Antar dia pulang dalam keadaan utuh, kalau sampai berkurang seujung kuku saja aku akan benar-benar mengulitimu nanti” gurauan Cheonsa berhasil membuat Ryeowook sedikit kekurangan nyalinya.

 

“Aku ganti baju dulu baru setelah itu kita pulang” Cheonsa hanya menanggapi dengan senyum sebelum Donghae bergegas keruang ganti yang satunya lagi.

 

***

 

“Lusa aku akan berangkat ke Jepang untuk melangsungkan konser disana” Donghae dan Cheonsa sudah berada didalam lift menuju ke lantai 11 apartemen mereka dengan Donghan yang masih lelap dalam gendongannya.

 

“Iya aku sudah tahu, kau sudah mengatakannya berkali-kali. Lantas kau mau katakan berapa kali lagi” balas Cheonsa mengingatkan Donghae bahwa ia terus saja mengingatkan hal yang sama berulang kali.

 

“Aku hanya ingin memastikan bahwa kalian akan baik-baik saja selama aku tidak ada” dalihnya tidak terima dengan reaksi Cheonsa yang seolah mengatakan bahwa Donghae mulai pikun.

 

“Tenanglah, kau tidak perlu cemas, kami akan baik-baik saja selama kau pergi. Aku akan menjaga putramu dengan baik seperti aku menjaga Yeonsa selama ini” tegas Cheonsa sambil berjalan keluar lift setelah mereka sampai dilantai 11. “Menurutku malah justru kau yang seharusnya menjaga dirimu baik-baik selama tour nanti”

 

“Memangnya aku kenapa?” tanya Donghae tak mengerti.

 

“Kau tidak sadar oppa?” balas Cheonsa.

 

“Entahlah, aku tidak mengerti maksudmu” Donghae tampak mengedikkan bahunya.

 

“Aigoo, oppa kau tidak ingat berapa umurmu sekarang ini. Jangan terlalu lincah saat berada diatas panggung. Kau sudah semakin tua oppa, jadi kau harusnya menghawatirkan dirimu sendiri bukannya sibuk mengkhawatirkan kami” terang Cheonsa setelahnya ia tertawa terpingkal-pingkal mendapati reaksi Donghae yang setengah tidak percaya karena dan setengahnya lagi kesal karena gurauan Cheonsa.

 

“Yak Han Cheonsa, awas kau ya” jeritnya yang sedikit tertahan karena takut Donghan terbangun dalam gendongannya sedangkan Cheonsa sudah lebih dulu berlarian dikoridor menuju apartemen mereka.

 

***

 

“Oppa kau sedang apa? Kenapa jam segini belum juga tidur?” tanya Cheonsa mengejutkan Donghae yang masih berada diruang tengah.

 

“Yak, kenapa kau selalu saja mengejutkanku sih…” pekik Donghae karena benar-benar kaget dengan kemunculan Cheonsa yang begitu tiba-tiba.

 

“Maaf” dengan sedikit aegyeo berhasil membuat Donghae tidak jadi melanjutkan kalimatnya.

 

“Aku sedang membereskan isi koperku” jelas Donghae yang duduk dilantai kembali sibuk berkutat dengan koper berwarna hijau dihadapannya membuat Cheonsa yang sedari tadi penasaran segera mendekat dan mulai duduk disofa memperhatikannya.

 

“Kau sendiri kenapa belum tidur? Katanya tadi kau mengantuk” tanya Donghae.

 

“Tadinya sih, tapi sekarang rasa kantukku lenyap karena Yeonsa belum juga pulang” jawab Cheonsa masih asik memperhatikan Donghae yang memunggunginya.

 

Tiba-tiba saja tangan Cheonsa terulur kedepan bergerak-gerak seolah hendak menggapai punggung Donghae. Namun sedetik kemudian ia berhenti dengan tampang kecewanya.

 

“Mungkin sebentar lagi juga mereka pulang…” ujar Donghae “Nah, akhirnya selesai juga” serunya kemudian berbalik dan mendapati Cheonsa kini tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikannya.

 

“Kalian berdua sedang apa?” aksi saling tatap keduanya segera berakhir dengan kekikukan diatara mereka setelah detik berikutnya Yeonsa muncul tanpa mereka sadari. “Kenapa kalian belum tidur?” tanyanya lagi.

 

“Kau pikir karena apa aku belum tidur selarut ini? Tentu saja karena menunggumu yang belum juga pulang” jawab Cheonsa ketus.

 

“Lalu oppa, kenapa kau juga belum tidur?” tanyanya lagi berusaha menginterupsi Donghae yang sedari tadi terus menggaruk tengkuknya yang sepertinya tidak gatal.

 

“Aku… aku sedang membereskan koperku… sekalian menunggumu pulang” jawab Donghae tampak gugup membuat Yeonsa segera memicingkan matanya yang sipit. Menatap kedua makhluk dihadapannya dengan penuh kecurigaan.

 

“Hahahaha, kalian ini seperti orang tua yang sedang menunggui anak gadisnya pulang larut malam saja” tawa Yeonsa meledak sudah dihadapan keduanya.

 

“Enak saja, aku belum setua itu untuk memiliki seorang anak gadis seusiamu” protes Cheonsa tidak terima tapi ia memilih untuk melirik kearah Donghae.

 

“Terus maksudnya aku yang sudah pantas memiliki anak gadis seusia Yeonsa” protes Donghae setelah sadar makna dibalik lirikan Cheonsa.

 

“Iiish sudah-sudah, kenapa kalian jadi meributkan usia dimalam selarut ini, sebaiknya sekarang kita kekamar eonni dan oppa sebaiknya sekarang kau istirahat saja. Aku tahu kau sangat letih setelah seharian beraktivitas. Besok kan kau harus berangkat pagi-pagi” Yeonsa segera menarik Cheonsa untuk kembali kekamarnya atau mungkin lebih tepatnya segera melerai keduanya agar tidak terjadi perang dunia akibat meributkan masalah usia.

 

***

 

“Kalian yakin tidak mau mengantarku sampai kebandara?” tanya Donghae berusaha memastikan tapi lebih terdengar sebagai sebuah permohonan.

 

“Tidak oppa, sebaiknya kau berangkat saja dengan member lain” tolak Cheonsa. “Lagian manager kalian sudah lama menunggu di bawah, jadi sebaiknya kau berangkat sekarang sebelum ketinggalan pesawat. Aku juga harus bersiap-siap mengantarkan Donghan sekolah, jadi kau berangkat sendiri saja ya”

 

“Appa annyeong” Donghan jadi ikut-ikutan mengusir Donghae membuat pria itu diliputi rasa kecewa yang menghiasi wajah tampannya.

 

“Kenapa wajahmu begitu kusut hyung?” tanya Ryeowook setibanya Donghae didalam van mereka.

 

“Cheonsa dan Donghan benar-benar tega padaku…” keluh Donghae segera menempati tempat kosong disebelah Eunhyuk. “Mereka seperti mengusirku pagi ini padahal sebelumnya mereka bilang mau ikut mengantarku kebandara tapi nyatanya pagi ini mereka langsung berubah pikiran begitu saja”

 

“Hahahaha, biasanya juga kau berangkat kebandaran sendiri tapi kenapa sekarang kau jadi merengek sperti anak kecil begini” komentar Eunhyuk dengan tawa renyahnya membuat Donghae jengkel seketika pada couplenya.

 

“Kau sudah memberitahu eommamu bahwa hari ini kau akan berangkat kan hyung?” ingat Kyuhyun.

 

“Hemm, aku sudah menghubungi eomma kemarin, mungkin hari ini ia akan datang untuk menjaga mereka selama aku tidak dirumah” ujar Donghae.

 

“Wah, kau semakin berlebihan Hae. Kita ini hanya pergi tour selama tiga hari tapi kau harus memanggil eomma mu untuk datang dari Mokpo ke Seoul hanya untuk menjaga seorang bocah laki-laki beserta satu wanita dewasa dan satu wanita nyaris dewasa” cibir Heechul tanpa mengalihkan perhatiannya dari gadget kesayangannya.

 

“Aku tidak sedang berlebihan hyung, aku hanya mengantisipasi kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi selama aku tidak ada bersama mereka” protes Donghae yang malah dihadiahi tatapan sanksi dari Heechul, Eunhyuk, Ryeowook dan Kyuhyun yang berada satu van dengannya.

 

***

 

“Eonni aku pergi dulu, mungkin aku tidak pulang malam ini karena akan menginap dirumah Hyerin. Donghan, nuna pergi dulu ya” pamit Yeonsa pada Cheonsa yang sedang sibuk menyiapkan bekal Donghan yang masih duduk sambil memperhatikan Cheonsa.

 

“Hati-hati dijalan” balas Cheonsa dan detik berikutnya terdengar suara pintu yang kembali ditutup.

 

“Ajhumma, kalau Yeonsa nuna tidak pulang berarti malam ini kita hanya berdua ya?” tanya Donghan polos.

 

“Kenapa? Apa kau tidak senang hanya berdua saja dengan ajhumma?” balas Cheonsa.

 

“Tidak, aku justru sangat, sangat senang, itu berarti aku bisa puas bermain dengan ajhumma sepulang sekolah nanti” Donghan tampak turun dari kursinya dengan seruan riangnya membuat Cheonsa tidak bisa menahan kekehannya karena bocah dihadapannya itu semakin menggemaskan dari hari kehari.

 

“Yeonsa, kenapa kau balik lagi…” seruan Cheonsa berhenti tepat setelah mendengar suara pintu yang kembali terbuka dan detik berikutnya seorang wanita paruh baya tengah berdiri dihadapannya lengkap dengan senyum hangat yang menghiasi wajahnya yang terlihat ramah.

 

“Halmeoni” Donghan segera berlari menghampiri wanita tersebut dan memeluknya.

 

“Aigoo, cucuku. Kau semakin tampan dan tumbuh dengan baik. Rasanya sudah cukup lama aku tidak mengunjungimu. Halmoni sangat merindukanmu” seru wanita yang ternyata adalah ibu Donghae, nenek dari Donghan itu segera membalas pelukan cucu laki-lakinya dengan erat.

 

Cheonsa masih berdiri ditempatnya, matanya sampai tidak berkedip sedikitpun saking kagetnya dengan kedatangan nyonya Lee yang tiba-tiba seperti ini. Ia masih memperhatikan nenek dan cucu itu saling melepaskan rindu diantara keduanya.

 

“Annyeong Cheonsa-ya” sapaan nyonya Lee segera mengembalikan kesadaran Cheonsa dari lamunannya.

 

“Ye… ye… annyeong haseyo Samonim/nyonya!” balas Cheonsa kikuk.

 

“Samonim?” wanita itu tampak terkekeh mendengar sebutan yang diberikan Cheonsa padanya “Kau tidak perlu memanggilku seformal itu, panggil saja Eommoni” lanjutnya dengan senyum yang hangat yang kembali menghiasi wajahnya.

 

“Ah ye… eommoni” balas Cheonsa gugup.

 

“Tapi… bagaimana… anda bisa mengetahui namaku… aku bahkan belum memperkenalkan diri?” tanya Cheonsa segera setelah kesadarannya kembali dari keterkejutannya tadi. “Ah, pasti Donghae oppa” serunya setelah berhasil menemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri.

 

Sesuai permintaan Donghae kepada eomma nya. Hari ini nyonya Lee benar-benar datang ke Seoul atau lebih tepatnya datang ke apartemennya untuk menemani Cheonsa, Donghan dan Yeonsa selama ia menjalani tournya. Dan nyonya Lee dengan senang hati menyanggupi permintaan putra bungsunya itu, apalagi ia memang sudah sangat merindukan cucunya Donghan sekaligus ingin segera bertemu dengan Cheonsa. Donghae secara diam-diam sudah bercerita cukup banyak tentang Cheonsa pada eomma nya, itulah yang membuat nyonya Lee semakin bersemangat untuk menemui Cheonsa.

 

“Senang bisa bertemu denganmu, ternyata kau benar-benar cantik” pujinya membuat Cheonsa sedikit salah tingkah.

 

“Ye eommoni, senang juga bisa bertemu dengan anda” balas Cheonsa dengan wajah bersemunya.

 

***

 

Cheonsa side

 

Setelah selesai mengantarkan Donghan ke sekolahnya aku tidak langsung pulang ke apartemen karena jika segera pulang begitu saja rasanya akan sangat canggung berdua saja dengan nyonya Lee disana. Meskipun wanita itu bersikap hangat padaku itu tidak menjadikan rasa canggungku hilang dengan mudah. Alhasil aku justru tertarik untuk jalan-jalan sebentar dikawasan Apgujeong ini sambil menunggu jam pulang Donghan.

 

Rasanya lumayan lama aku tidak berkeliling menyusuri jalanan ini, pikirku. Jalanan yang selalu ramai dengan pejalan kaki yang selalu terburu-buru disetiap pagi saat jam masuk kantor, siang hari di jam makan siang dan sore hingga malam hari saat jam pulang kantor. Berjalan menyusuri jalanan ini kembali membawa ingatanku pada hari-hari sibukku dulu saat masih bekerja pada nona Park.

 

Aku terus saja berjalan sambil mengingat kenangan-kenangan itu hingga tanpa saadar kini aku sudah berdiri tepat didepan gedung Wellmade STARM. Sebuah kantor agency tempatku dulu bekerja. Jujur aku begitu merindukan tempat ini, tempat yang dulunya seperti rumah kedua bagiku. Tempat yang penuh dengan cerita suka dan dukaku. Rasanya terlalu banyak kenangan yang pernah kualami selama disini. Aku sungguh merindukan tempat ini.

 

“Eoh Cheonsa”

 

Jantungku rasanya hampir copot saat mendapati nona Park menemukanku tengah berdiri menatap gedung dihadapanku. Dan semakin diperparah setelah menyadari kehadirannya bersama pria itu. Lee Jongsuk.

 

“Oh… annyeong seonbaenim” sapaku kaku “Annyeong Lee Jongsuk-sshi” pria itu hanya membalas sapaanku dengan senyum kakunya.

 

“Kau sedang apa disini? Kenapa tidak masuk saja kedalam? Aku begitu merindukanmu, kau kemana saja? Beberapa hari yang lalu aku datang kerumahmu untuk menemuimu tapi ternyata rumahmu sudah digusur. Ada apa denganmu? Lalu sekarang kau tinggal dimana” nona Park mulai memberondongku dengan begitu banyak pertanyaan.

 

Ia tampak begitu senang karena bertemu denganku tapi tidak begitu denganku. Aku bukannya tidak senang bertemu dengannya, hanya saja mungkin kadar senangku berbeda dengan yang ia rasakan. Mataku tidak bisa luput dari tautan tangan pria dan wanita itu. Perasaanku seolah tengah digelitik. Hingga detik berikutnya pria itu mencoba melepaskan tautan dijemari mereka setelah menyadari tatapanku yang mungkin terlihat sedikit kentara dimatanya.

 

“Cheonsa, kenapa kau tidak mendengarku? Bagaimana kalau sekarang kita minum teh dulu diruanganku, kita bisa mengobrol dulu setelah cukup lama tidak bertemu?” tawar nona Park tanpa mengurangi rona bahagia itu dari wajah cantiknya.

 

Namun aku segera menolak niat baiknya itu, “Maaf seonbaenim, mungkin lain waktu saja karena hari ini aku sudah memiliki janji dengan seseorang”

 

“Ah baiklah kalau begitu, tapi kau harus janji padaku bahwa lain waktu kau mau minum teh bersamaku. Aku sangat merindukanmu” tampak raut kekecewaan diwajahnya yang sedikit membuatku jadi merasa tidak enak hati.

 

“Eumm, aku janji. Aku akan menghubungimu lain kali agar kita bisa bertemu lagi” balasku berusaha mengulaskan senyum tulusku pada wanita itu. “Kalau begitu aku pergi dulu” pamitku padanya dan segera berbalik pergi setelah sempat melihat ekspresi pria itu yang kuyakini terus saja tidak berhenti menatapku.

 

“Hati-hati dijalan Cheonsa” seru nona Park tidak membuatku berniat untuk berbalik lagi sekedar melambaikan tangan padanya.

 

Kalau tahu akan begini jadinya, sebaiknya tadi setelah mengantarkan Donghan aku pulang saja. Mungkin akan jauh lebih baik jika merasa canggung dibanding merasakan kembali kesedihan itu menjalari perasaanku setelah hampir sepekan ini berusaha ku enyahkan. Aku benci perasaan ini kembali lagi. Aku juga benci harus melihat pasangan itu hadir dihadapanku.

 

“Han Cheonsa, kau harus bisa melupakan pria itu, kau harus bisa merelakannya untuk wanita itu. Berhentilah menyakiti dirimu sendiri, bukankah ini sudah menjadi keputusanmu dan kau tidak boleh merubahnya. Kau tidak boleh goyah Han Cheonsa” gumamku pada diri sendiri karena kesal.

 

Tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti dan memotong jalanku seenaknya disalah satu gang sepi yang kulalui. Membuatku terkejut setengah mati. Rasanya kekesalanku bertambah beberapa kali lipat karena ulah pengemudi itu.

 

“Kau” jantungku semakin berdegup kencang bukan hanya karena mobil tersebut mengejutkanku. Melainkan karena mengenali pria yang mengemudikan mobil tersebut.

 

“Kita perlu bicara sekarang” katanya segera menarikku masuk kedalam mobilnya tanpa mempedulikan aksi penolakanku.

 

Lee Jongsuk. Pria itu adalah Lee Jongsuk. Pria yang baru beberapa menit yang lalu bertemu kembali denganku. Kali ini ia berhasil membawaku pergi dengan paksa. Mendudukanku dibangku penumpang yang berada tepat disebelah bangku kemudinya. Wajahnya tampak begitu serius sekarang dengan rahangnya yang tampak mengeras. Aku hanya bisa terdiam, membiarkannya melajukan mobilnya. Entah sampai kemana ia akan membawaku.

 

Cheonsa side end

 

 

Jongsuk side

 

Aku begitu terkejut sekaligus senang dengan kehadirannya pagi ini setelah sepekan lebih aku berusaha mati-matian mencarinya. Sehingga rasanya begitu amat disayangkan jika aku kembali melepaskannya begitu saja kali ini, makanya kuputuskan untuk segera mengejarnya sebelum ia semakin jauh. Aku sengaja berbohong pada Jung In dengan mengatakan ada sedikit keperluan dengan teman dekatku Woobin. Beruntungnya karena ia belum pergi jauh dan aku jadi bisa menyusulnya.

 

Mungkin aku terlihat begitu kasar dimatanya setelah menariknya paksa untuk mengikutiku. Tapi itu semua kulakukan semata-mata agar aku tidak lagi kehilangannya. Aku butuh waktu untuk bersamanya. Butuh waktu untuk mengobati rasa rinduku setelah kehilangan jejaknya. Aku terlalu merindukannya, merindukan gadisku. Gadis yang begitu kucintai hingga detik ini.

 

“Bagaimana kabarmu?” tanyaku berusaha mengakhiri keheningan diantara kami.

 

Ia tetap diam tidak bereaksi dengan terus menatap jalanan diluar sana melalui kaca jendela mobilku yang berada disebelahnya.

 

“Kau kemana saja selama ini? Sekarang kau tinggal dimana?” tanyaku lagi.

 

Ia tetap berkeras untuk tidak menggubrisku. Rasanya begitu menyakitkan melihat perlakuan acuhnya padaku. Terlalu menyakitkan. Sungguh.

 

“Aku merindukanmu, sangat merindukanmu” lirihku kemudian berhasil mengalihkan perhatiannya sehingga ia mulai menatapku saat ini.

 

“Omong kosong” cibir Cheonsa dengan sebuah senyum sinis diwajahnya yang baru pertama kalinya kudapati.

 

Sebenci itukah dirinya padaku. Apakah aku sungguh tidak lagi mengisi hatinya. Apakah ia sudah benar-benar berhasil melupakanku hanya dalam hitungan hari. Kenapa ini jadi terasa semakin menyakitkan untukku. Segera kuhentikan mobilku ditepi jalan yang paling dekat dengan sebuah taman kecil karena saking tidak percaya mendapati reaksi seperti itu darinya.

 

“Berhentilah bicara omong kosong padaku Jongsuk-sshi” lagi, ucapannya lagi-lagi seperti menghujam jantungku dengan sebuah belati.

 

“Apa kau tidak bisa menemukan kejujuran dimataku? Aku sungguh-sungguh merindukanmu…”

 

“Tidak” ia segera menyela ucapanku dengan geram “Sedikitpun aku tidak percaya dengan ucapanmu. Bagiku semua yang kau katakan hanyalah sebuah omong kosong yang tidak berarti dan tidak pernah ingin kudengar”

 

“Percayalah, tatap saja mataku untuk membuktikannya” pintaku dengan sungguh.

 

“Berhenti, berhentilah karena aku benar-benar sudah muak sekarang. Kau aktor yang hebat jadi kurasa kau bisa saja membohongiku denganke ahlianmu berakting. Kau bisa saja membohongiku dengan semua omong kosongmu” bentaknya semakin membuat hatiku hancur berkeping-keping.

 

Ia sungguh tidak mempercayai ucapanku. Tidak mempercayai perasaan yang masih kumiliki untuknya. Sebegitu bencikah ia padaku.

 

“Kali ini kau sungguh melukai perasaanku, kau menghancurkanku dengan tidak lagi mempercayai kejujuranku. Apakah perasaanku padamu seperti sebuah lelucon bagimu?” tanyaku dengan rasa getir bersarang didadaku.

 

“Ya, kau benar. Bagiku kini semua, kata apapun yang kelak akan kau lontarkan padaku hanyalah sebuah lelucon. Lelucon yang sama sekali tidak lucu, tidak menghibur tapi justru hanya akan membuatku semakin geram” jawabnya mantap lengkap dengan nada dinginnya yang terlalu menyakitkan dipendengaranku.

 

“Tapi aku masih mencintaimu, hanya mencintaimu” kata-kataku kali ini berhasil menghentikannya saat ia hendak keluar dari mobilku.

 

Ia kembali membalikkan tubuhnya menghadapku. Kembali menatapku dengan tatapan tak percaya.

 

“Meskipun kau masih mencintaiku atau aku masih mencintaimu itu tidak akan bisa merubah segalanya. Hubungan kita sudah berakhir dan tidak akan kembali seperti sedia kala hanya karena kita masih saling mencintai. Bagiku saat ini kau tidak ubahnya seperti sebuah mimpi yang takkan pernah nyata sekalipun aku terus berusaha dan mengharapkannya. Jadi kumohon berhentilah, berhentilah Jongsuk-sshi” balasnya kemudian benar-benar meninggalkanku yang membeku karena ucapannya barusan.

 

Aku tahu kau masih mencintaiku. Aku tahu kau masih belum melupakanku. Kau tidak sepenuhnya membenciku Han Cheonsa. Kini aku jadi semakin yakin bahwa setidaknya aku masih memiliki setitik harapan agar kau bisa kembali padaku. Kembali kedalam hubungan yang pernah kita jalani dulu.

 

“Setelah ini aku tidak akan lagi melepaskanmu Cheonsa, aku berjanji pada diriku sendiri untuk berusaha memperjuangkanmu. Tidak peduli dengan situasi apapun yang nantinya akan kembali menghalangi kita” lirihku mulai menghapus air mataku yang mengalir entah sejak kapan dengan punggung tangan dan segera tersenyum setelah mendengar kata-katanya barusan.

 

Jongsuk side end

 

 

Cheonsa side

 

“Aiish, kau memang bodoh Han Cheonsa, kenapa kau harus berkata seperti itu tadi. Bagaimana kalau si bodoh itu jadi salah mengartikan ucapanmu. Kau harus segera melupakannya. Kau harus segera merelakannya bodoh” rutukku sembari mengacak poniku kesal setelah sadar dengan kata-kata yang kuucapkan pada Jongsuk sebelum meninggalkan pria itu tadi.

 

Give me a perfect day. Oh I’ll stay, by your side

 

Segera kurogoh saku hoddieku setelah mendengar nada dering ponselku. Segera ku terima panggilan yang masuk tersebut setelah mendapati nama Lee Donghae tertera disana.

 

“Yeoboseyo?”

 

“Kau tidak lupa untuk menjemput Donghan kan? Ini sudah hampir siang, sebentar lagi Donghan pulang sekolah”

 

Ya ampun Han Cheonsa. Segera kutepuk keningku karena hampir saja melupakan Donghan karena pria bodoh yang baru saja kutemui tadi.

 

“Ya oppa, aku sedang dalam perjalan menuju sekolah Donghan” jawabku cepat sambil berusaha menghentikan taksi yang lewat untuk mempersingkat waktu.

 

“Baguslah kalau begitu, aku baru saja sampai di Jepang. Apa kau sudah bertemu dengan eomma ku?” tanya pria itu dari seberang sana.

 

“Ya, aku sudah bertemu dengan beliau pagi tadi sebelum mengantar Donghan kesekolah” jawabku lagi sambil memasuki taksi yang berhasil kuhentikan.

 

“Maafkan aku karena tidak sempat memberitahukan padamu bahwa eomma ku akan menginap di apartemen selama aku berada di Jepang. Aku hanya merasa tidak tenang saja jika membiarkan kalian dirumah tanpa pengawasanku. Kau tidak apa-apakan?” aku masih mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya sembari memberitahukan tempat tujuanku kepada supir taksi yang kutumpangi ini.

 

“Tidak apa-apa oppa, Donghan juga kelihatannya sangat senang dengan kehadiran eomma mu aku juga senang bisa bertemu dengan beliau. Beliau sangat ramah dan baik padaku” kali ini bayangan nyonya Lee yang memang bersikap baik padaku mulai berkelebatan di ingatanku.

 

“Aku senang mendengarnya, kuharap kalian bisa lebih akrab nantinya. Yasudah hati-hati dijalan dan jaga diri kalian baik-baik” pesannya padaku.

 

“Ya oppa, kau juga jaga dirimu baik-baik. Istirahatlah yang cukup jangan terlalu memaksakan dirimu. Penampilan sempurna itu memang penting tapi kesahatanmu juga tidak kalah pentingnya. Jadi jika ada waktu untuk istirahat, pergunakanlah waktumu dengan baik untuk benar-benar beristirahat. Sudah dulu oppa aku sudah hampir sampai didepan sekolah Donghan. Annyeong oppa” balasku ikut berpesan padanya sebelum sambungan kami berakhir.

 

Cheonsa side end

 

 

Donghae side

 

“Ya oppa, kau juga jaga dirimu baik-baik. Istirahatlah yang cukup jangan terlalu memaksakan dirimu. Penampilan sempurna itu memang penting tapi kesahatanmu juga tak kalah pentingnya. Jadi jika ada waktu untuk istirahat pergunakanlah waktumu dengan baik untuk benar-benar beristirahat. Sudah dulu oppa aku sudah hampir sampai didepan sekolah Donghan. Annyeong oppa”

 

Entah mengapa mendengarkan pesan darinya mampu membuatku senang. Tak bisa kuhentikan senyum lebarku yang terus menghiasi wajah tampanku ini.

 

“Biasanya orang pertama yang akan dihubungi olehmu itu eomma mu atau Donghan, tapi sekarang kenapa jadi Cheonsa yang pertama kali kau hubungi” sindir Heechul hyung padaku.

 

“Jangan senyum-senyum sendiri seperti orang bodoh hyung, kau bukan lagi remaja yang baru jatuh cinta” ledek Kyuhyun menatapku sejenak sebelum kembali sibuk dengan laptopnya.

 

“Memangnya benar ya Donghae sedang jatuh cinta?” tanya Sungmin hyung keheranan.

 

“Yak, kalian ini kenapa sih? Aku kan hanya menghubunginya untuk mengingatkan jam pulang sekolah Donghan” sewotku.

 

“Hae, akui saja kalau kau memang sudah jatuh hati padanya. Benar apa kata Kyu, kau sudah bukan lagi bocah remaja yang akan merasa tersipu dan malu-malu saat jatuh cinta” kali ini giliran Eunhyuk yang ikut-ikutan meledekku membuatku tidak bisa menahan diri untuk tidak melemparkan botol air mineral yang ada dalam genggamanku kearahnya.

 

“Sekarang aku jadi mengerti Hae” ujar Leeteuk hyung mulai bergabung.

 

“Mengerti apa hyung?” tanyaku sedikit penasaran.

 

“Aku jadi mengerti bahwa ada makna dibalik pertemuan kalian ini” jawabnya.

 

DEG~

 

Jantungku mendadak berdetak dengan cepat karena jawaban dari Leeteuk hyung seolah memang ada benarnya.

 

“Kurasa juga begitu hyung, bukankah selalu ada makna dibalik sebuah pertemuan. Mungkin saja Tuhan memang sudah menakdirkan kalian untuk bertemu meskipun baru sekarang kalian dipertemukan” sahut Siwon yang sedari tadi sibuk berselancar di media sosialnya.

 

“Jangan membuang kesempatan yang ada didepan matamu Hae, jika kau memang menyukainya akui saja. Toh saat ini kau tengah sendiri dan hubungan Cheonsa dengan kekasihnya itu bukankah sudah berakhir. Sepertinya tidak ada salahnya untuk memulainya” Yesung hyung yang sedari tadi hanya mendengarkan perbincangan ikut angkat bicara.

 

“Lagi pula Donghan juga menyukainya, jadi sepertinya tidak akan ada masalah. Sekarang yang kau butuhkan adalah usaha, jika kau menyukainya kejar dia dan dapatkan hatinya” kini Kangin hyung juga ikut angkat bicara.

 

“Sudah lima tahun lebih berlalu, kau berhak membuka lembaran baru dengan wanita lain yang sudah berhasil mencuri hatimu. Donghan masih membutuhkan figur seorang ibu. Aku yakin Hankyo disana juga tidak akan keberatan jika kau mulai membuka hatimu. Terlebih lagi ini untuk Cheonsa. Han Cheonsa. Gadis kecil yang pernah ikut mengisih hari-harinya dulu” ujar Leetuk hyung yang segera diamini oleh member lainnya.

 

“Kami akan mendukungmu Hae” Shindong hyung menghampiri dan menepuk bahuku.

 

Aku hanya bisa terdiam mendengar penuturan mereka. Mungkin yang mereka katakan memang benar adanya. Dibalik pertemuan kami mungkin memang ada maksud tersendiri. Perasaan ini, mungkin juga aku mulai menyukainya atau malah mulai mencintainya. Sepertinya memang tidak akan ada salahnya jika aku berusaha untuk memulainya. Mulai membuka hatiku untuknya. Untuk seorang gadis bernama Han Cheonsa.

Donghae side

 

~ TBC ~

Categories: Fanfiction | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Berani baca, berani komentar dong...^^~

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

S P I C Z Y

Wlcome to my Alter Ego...

Elfishy Siwonnie World

This Blog is dedicate to My Beloved Boys, Donghae & Siwon

My World Fanfic

Just My Fanfiction!!

Aprilia SapphireBlue World's

FICTION WORLD WITH MY IMAGINATION....

Sweet Caramel

My Sweety

Choniegyu Fan Fiction

Dedicate To Our Evil Magnae "Our Gyuhyun"

KPDK Fanfiction

Just For Fanfiction

The Story About Love

Love don’t cost a thing; except a lot of tears, a broken heart, and wasted years.

SpeciAll Sapphire Blue

All About Super Junior -SpeciAll-

My Room

Tempat kami berbagi imaginasi melalui fanfiction

FFindo

FanFic For Friends

Voldemort's Porch

Spoiled rich and a total bitch.

VJ Heru

Penulis humor yang kurang pamor.

Dazzlesme

Let it flow with your talent

Catatan Kika

Sebuah Catatan Kecil Dari Orang Yang Ingin Besar

== HaeLien ==

Planet for Lee Donghae the Alien

elf501

My World is Korean Pop

Superjunior Fanfiction 2010

All about fanfictions with Super Junior as the main characters!

Korean Chingu

Like Korea Love Indonesia ^^