Posts Tagged With: Song Joong Ki

Never Turned Away Part_7


Never Turned Away by. HaeGhie1815

Never Turned Away by. HaeGhie1815

_____________________________________________________________

Cast: Lee Donghae, Han Cheonsa, Song Joong Ki

Other Cast: Member Super Junior, Han Nana, Song Hyura, Son Eun Seo, Cho family

Genre: Romance, Sad, Family, Frienship, Comedy

_____________________________________________________________

♥ Kau hanya sebuah memori bagiku, jadi tolong biarkan aku menyimpanmu dalam hati seperti ini saja…♥

BoA side

Entah sudah berapa jam waktu yang dihabiskan olehnya untuk terus mengurung diri dikamar berusaha terus menerus mengurasa air matanya. Aku yakin keadaannya saat ini pasti jauh dari kata baik-baik saja. Dengan ingatannya yang sudah kembali dan langsung mendapati namja yang paling ia cintai sudah resmi bersanding dengan yeoja lain tepat didepan matanya. Yeoja mana yang mampu berdiri dengan tegap untuk menghampiri kedua mempelai dengan memberikan ucapan selamat sambil terus menyunggingkan senyum terbaiknya, siapa lagi kalau bukan Cheonsa.

Aku begitu mengenal dirinya, mengenal kepribadian yang ada padanya. Cheonsa, dia tak ubahnya seperti dongsaengku sendiri.

FLASHBACK

“Mwo??? Maksud sajangnim apa???” tanyaku tak mengerti.

“Aku memintamu untuk melatih peserta trainee baru ini, dia begitu istimewa maka dari itu ia harus dilatih oleh orang yang istimewa juga sepertimu” begitulah sekiranya penjelasan dari Lee Sooman sajangnim, beliau memintaku untuk melatih seorang trainee khusus.
“Rencananya mulai besok kau sudah harus membantunya, berikan dia pelatihan yang terbaik arra” perintahnya kali ini benar-benar sulit untuk kutolak.

“Nde arrachi sajangnim” jawabku dengan pasrah.

***

“Apa kau trainee baru itu???” tanyaku setelah mendapati seorang yeoja yang tengah duduk membelakangiku di dalam ruang latihanku.

“Ohh… nde sunbaenim, anyeong nae ireumeun Han Cheonsa imnida” jawabnya kaget kemudian membungkukkan tubuhnya 90 derajat dan diakhiri dengan senyum dari wajah cerianya membuatku ikut tersenyum melihatnya.

***

Waktu demi waktu latihan yang kami lakukan bersama terasa sangat menyenangkan, ini semua berkat Cheonsa. Ia sangat bersemangat dan selalu mengaliriku dengan semangat besarnya itu. Selain itu keceriaannya juga sangat mempengaruhi, tanpa kusadari kami jadi semakin dekat bahkan tak jarang kami selalu menghabiskan waktu bersama dengan menginapnya Cheonsa diapartemenku, jalan-jalan, saling curhat. Sampai sesudah debutpun kami masing sering menghabiskan waktu bersama untuk melepas rasa rindu kami karena jadwal padat yang memisahkan. Aku sudah menganggap dirinya seperti dongsaengku sendiri begitupun sebaliknya, dia sudah menganggapku seperti eonninya sendiri. Jadi wajarkan jika kami terlihat sangat dekat dan akrab.

FLASHBACK end

Sebaiknya kubiarkan saja Cheonsa tetap sendiri sekarang, pasti hanya itu yang ia butuhkan saat ini. Lagi pula besok pagi juga sudah pasti ia akan menghampiriku dengan sendirinya dan mengeluarkan seluruh ganjalan di hatinya padaku.

BoA side end

CHEONSA side

Kepalaku terasa berputar, pandanganku kabur, bahkan tubuhku terasa sangat berat untuk sekedar duduk dengan tegak. Apa ini efek karena dari seharian kemarin aku hanya menangis tanpa henti, tak mengisi perutku dengan sesuap apapun dan tak tidur semalaman karena memang sangat sulit bagiku memejamkan mata.

“Wajahmu terlihat sangat pucat saengi, apa kau sakit???” tanya BoA eonni khawatir dan buru-buru melekatkan punggung tangannya dikeningku.

“Nan gwencaha eonni-ya” jawabku berusaha menyunggingkan senyumku yang terasa lemah.

“Yaa… suhu tubuhmu itu tinggi sekali saengi, kembali kekamarmu dan istirahatlah setelah kau menghabiskan sarapanmu ini” perintahnya sambil menunjuk-nunjuk sarapan dipiringku yang sedari tadi belum juga kucicipi.
“Apa kau mau kusuapi paksa agar makanan itu bisa memenuhi lambungmu eoh???” tanyanya kesal karena aku tak juga bereaksi menanggapi perintahnya.

“ Ne arra, ini lihatlah aku makan semuanya sampai habis” kataku berpura-pura ngambek dan mulai melahap sarapan yang sudah disiapkannya sejak pagi tadi.

***

Tubuhku terus saja menggigil kedinginan meskipun aku sudah membungkus tubuhku dengan selimut tebal sekalipun. Aigoo, sepertinya kali ini aku benar-benar sakit.

“Saengi, minumlah dulu obatnya” seru BoA eonni membawakan aku obat dan segelas air putih kemudian membantuku meminumnya.
“Saengi, sebaiknya kita kerumah sakit saja yaa???” bujuknya padaku.

“Eonni… aku hanya perlu istirahat sekarang, aku terlalu letih” tolakku dengan lembut.

“Arraseo, jika itu maumu istirahatlah” balasnya membenarkan letak selimut yang kukenakan dan berlalu keluar kamar.

“Hanya sakit seperti ini tak sebanding dengan sakit yang disini” lirihku sambil memegangi dadaku yang terasa sesak mengingat kejadian kemarin membuat air mataku yang sudah mereda kembali menguar.

Sekuat tenaga aku berusaha menghentikan cairan bening yang tak kunjung henti menguar, kupaksakan mata ini untuk terpejam.

CHEONSA side end

DONGHAE side

Matanya terpejam dengan begitu rapat sedangkan wajahnya yang tampak pucat dihiasi peluh yang terus saja membanjirinya padahal suhu ruangan ini tidak panas. Kemana wajah cerianya pergi? Kenapa yang ada dihadapanku saat ini hanya wajah pucat yang sedang tak sadarkan diri seperti ini? Apa yang telah kulakukan begitu menyakitimu Han? Jika memang aku menyakitimu, apa yang harus kuperbuat untuk mengobati lukamu? Aku tak pernah sanggup melihatmu seperti ini, apalagi aku yang menjadi sebab utamanya.

“Eomma… eomma… appo eomma… appo…” ia mulai meracau tak jelas,kuperiksa lagi suhu tubuhnya dan ternyata demamnya sangat tinggi.

“Hyura-ya” teriakku panik memanggil Hyura yang sedang berada diluar kamar.

“Waeyo oppa???” tanya Hyura yang langsung berhambur kedalam kamar diikuti BoA.

“Demamnya semakin tinggi dan… baru saja dia mengigau memanggil-manggil eommanya eottoke???” tanyaku panik yang langsung membuat Hyura dengan cekatan memeriksa kondisi Cheonsa.

***

Kubaringkan tubuhku tepat disampingnya yang masih tak sadarkan diri dan mulai kudekap erat tubuhnya yang masih menggigil seperti orang yang sedang kedinginan padahal demamnya terbilang tinggi. Igauannya belum juga reda, ia masih terus memanggil eommanya. Kenapa melihatnya seperti ini membuatku tanpa sadar menjatuhkan air mataku.

Semakin kueratkan pelukanku ditubuhnya karena takut sedtik saja aku melepaskannya maka aku akan benar-benar kehilangan dirinya.

“Tidurlah malaikatku yang cantik, lekaslah sembuh, jangan seperti ini karena ini menyakitkan untukku. Aku ingin melihatmu tersenyum kembali, aku ingin melihatmu selalu berada dijarak pandangku atau selalu berada di dalam dekapanku agar aku tak kehabisan napas karena kehilanganmu, oksigenku. Tidurlah Han, lekaslah sembuh demi aku” ucapku lirih kemudian mengecup puncak kepalanya dan ikut memejamkan mata.

DONGHAE side end

CHEONSA side

Kepalaku masih terasa begitu berat, mataku mulai terbuka perlahan menyesuaikan cahaya matahari yang mengintip dari balik tirai yang menghalangi jendela kamar.

CHU~~

Mataku langsung melebar seketika saat kurasakan bibir seseorang menyentuh permukaan bibirku.

“O… oppa???” seruku kaget dan berulang kali mengerjap-ngerjapkan mataku mendapati bahwa tubuhku sedari tadi ternyata sedang dipeluk olehnya (Donghae oppa).

“Morning chagi” sapanya dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya yang selalu terlihat tampan dimataku meskipun dalam keadaan belum mandi sekalipun.

CHU~~

Lagi untuk yang kedua kalinya ia berhasil membuat jantungku hampir melompat dari tempatnya.

“Apa kau begitu takjub dengan kemunculanku chagi???” tanyanya masiih dengan senyum manisnya yang membuat jantungku sebentar lagi benar-benar akan keluar.

CHU~~

“Yang kali ini apa semakin menghipnotismu???” tanyanya untuk kesekian kalinya sambil mengeratkan pelukannya dan berhasil membuat wajahku terasa panas, mungkin saat ini warnanya menjadi merah padam.

“Yaaakk… cukup oppa, kau bisa membuatku mati kehabisan napas nanti” jeritku sambil berusaha mengelak saat ia akan kembali mengulangi aksinya.

“Chagi… sekali lagi…” bujuknya dengan aegyo yang bisa membuat fansnya diluar sana berteriak histeris dan akan berebut untuk memilikinya.
“AAAAAAAWWWW… chagiya, apa yang kau lakukan??? Ini sakit tau” teriakan dan protesan darinya saat aku dengan sengaja mencubit absnya.

“Apa itu benar-benar terasa sakit oppa???” tanyaku ragu.

“Tentu saja, siapa yang tidak akan menjerit kesakitan jika dicubit sekeras itu” jawabnya dengan kesal.

CHEONSA side end

DONGHAE side

Cheonsa langsung memelukku dengan sangat erat, membuatku terkejut dengan perlakuannya setelah baru saja memncubitku dengan kuat.

“Oppa… ternyata kau nyata” gumamnya diselingi isak tangisnya yang tiba-tiba.
“Ternyata kau bukanlah halusinasiku semata, kau sungguh nyata” lanjutnya yang kini air matanya mulai kurasakan membasahi kemeja putih yang kukenakan karena ia menangis dalam dekapanku.

“Hemm… ne chagi, aku benar-benar nyata, aku berada disini karenamu, untukmu, hanya untukmu” balasku sambil mengelus punggungnya yang terus bergetar akibat tangisan yang melandanya.

Kutahan air mataku yang mulai mengambang menyesaki pelupuk mataku agar tak tumpah begitu saja. Aku harus terlihat kuat dihadapan Cheonsa agar ia bisa memberikan kekuatan baginya untuk terus bertahan dan yakin bahwa aku akan segera mengakhiri semuanya agar kami dapat kembali bersatu lagi, selamanya.

DONGHAE side end

KYUHYUN side

Kulajukan mobilku sesegara mungkin meninggalkan apartemen BoA setelah melihat Donghae hyung dan dongsaengku Cheonsa berdua dikamarnya. Sekarang aku benar-benar mengerti rasa sakit yang mereka berdua derita. Rasanya begitu menyesakkan.

“Mianhae… mianhae” lirihku seketika dan tanpa sadarku pipi ini sudah dibanjiri oleh cairan bening yang dengan sekuat tenaga menyeruak keluar dan sulit kubendung lagi.
“Aku benar-benar babo karena sudah berusaha memisahkan kalian berdua tapi sekarang aku sudah mengerti bahwa sulit bagiku untuk menyangkal lagi karena takdirlah yang sudah mulai bicara” penyesalan atas perbuatanku yang berusaha memisahkan hyung dan dongsaengku dengan mempersilahkan pihak ketiga hadir ditengah-tengah mereka.

Sungguh rasanya aku benar-benar sadar sepenuhnya bahwa ternyata mereka begitu saling mencintai. Sebesar apapun usaha yang aku lakukan untuk memisahkan mereka tapi kenyataannya mereka tetap tak bisa dipisahkan. Yang kulakukan sama halnya dengan menorehkan luka pada dua orang yang begitu kusayangi. Aku terlalu bodoh karena sudah mengacuhkan cinta mereka yang begitu kuat.

***

“Kyu…” seru Hyura terkaget begitu mendapatiku sudah berdiri dengan lusuh didepan pintu apartemennya.
“Gwenchanayo???” tanya bingung sambil memperhatikan penampilanku.

“Boleh aku masuk sekarang, aku sudah tak memiliki tenaga lagi sekarang ini” pintaku yang langsung menerobos masuk kedalam apartemennya tanpa menunggu jawaban darinya.

Kujatuhkan tubuhku yang memang sudah tak mampu lagi berdiri tegap karena terlalu kehabisan tenaga setelah menangis menyesali kesalahanku. Perlahan kurebahkan tubuhku diatas sofanya yang terasa begitu nyaman untukku. Kubenarkan posisi tubuhku dan mulai memejamkan mata. Kudengar derap langkah kaki Hyura yang mulai berjalan mendekat.

“Kau mau kubuatkan sesuatu???” tanyanya yang kurasa saat ini tengah berdiri dalam jarak yang begitu dekat denganku karena aku masih memejamkan mataku.
“Kalau begitu kuambilkan air dingin saja agar kau bisa sedikit lebih tenang” lanjutnya yang hendak berbalik meninggalkanku namun segera kutahan pergelangan tangannya.

“Bisakah kau tetap disini menemaniku???” pintaku seketika tanpa membuka mata dan merubah posisiku.
“Tetaplah disini, aku tak membutuhkan apapun, yang kubutuhkan saat ini hanya teman, jadi kumohon temani aku jangan beranjak kemanapun” kurasakan ia merendahkan tubuhnya dan kulihat ia duduk dilantai tepat disebelah sofa yang kutempati.

“Kalau begitu tidurlah, kau istirahatkan pikiranmu sejenak, mungkin setelah kau bangun nanti semuanya akan jauh lebih baik” katanya sambil menyunggingkan senyum kepadaku.

“Gomawo Hyura-ya” ucapku yang kembali memejamkan mata mulai memasuki alam bawah sadarku sambil terus menggenggam erat pergelangan tangannya yang kini kulatakkan didadaku seolah aku begitu takut ditinggalkan sendiri olehnya.

KYUHYUN side end

DONGHAE side

“Han… aku pulang dulu ya???” tanyaku padanya yang masih terus memelukku dengan begitu erat berjam-jam lamanya.

“Shirreo” serunya mendongakkan kepalanya memperhatikanku dengan memanyunkan bibirnya yang mungil seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk karena tak dibelikan permen oleh eommanya.

“Ini sudah begitu siang, aku harus kembali ke kantor SM lagi masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan” bujukku lembut.

“Tapi aku takut” balasnya sambil menarik kerah kemeja yang kukenakan dan mulai mensejajarkan wajahnya dengan wajahku sampai-sampai hidung kami saling bertemu.

“Apa yang kau takutkan? Bukankah kau tidak sendirian disini? Lagipula ada eonni kesayanganmu itu kan yang akan menjagamu eoh?” tanyaku bingung.

“Aku… aku takut kalau kau tidak kembali lagi… aku takut jika aku melepaskanmu saat ini maka aku takkan bisa mendapatkanmu lagi” kata-katanya begitu lirih namun masih bisa ditangkap dengan baik oleh kedua telingaku.

“Kau tidak perlu takut chagi, aku pasti kembali. Selama kau terus mempercayaiku, atau bahkan sampai kau tak mempercayaiku lagipun aku akan tetap kembali padamu, dihadapanmu, dihati dan dipikiranmu Han. Jadi percayalah padaku, aku pasti kembali” kataku berusaha meyakinkannya yang terus saja menghembuskan napas hangatnya yang terus menyapu wajahku dengan frustasi.

“Dangsineun yagsoghae oppa???” tanyanya dengan sedikit keraguan yang jelas terpancar di kedua bola matanya.

“Yagsoghae” jawabku mantap berusaha sekuat tenaga meyakinkaannya meskipun rasanya begitu berat meninggalkannya setelah ia mulai kembali padaku untuk yang kesekian kalinya setelah berulang kali aku berhasil menyakitinya.

“Arrayo oppa, aku selalu mempercayakan hatiku padamu, hanya padamu” tatapan matanya tepat dimanik matanya menampakkan bahwa ia benar-benar masih mempercayaiku dan memberikankku kesempatan lagi untuk yang entah keberapa kalinya.

“Gomawo Han” kukecup jemarinya yang terus membelai lembut wajahku sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat tidurnya untuk meninggalkannya. Meskipun hanya untuk sejenak waktu namun rasanya terlalu berat meninggalkannya sendiri.

“Pergilah oppa, aku akan baik-baik saja, bukankah kau hanya sebentar” ia tersenyum menatapku yang masih mematung tak berselera untuk melangkah pergi.

CHU~~

“Apa itu cukup meyakinkanmu bahwa aku akan baik-baik saja???” tanyanya setelah secara mendadak berhasil mengejutkanku dengan sebuah kecupan kilat dibibirku.
“Yaa… palliwa” jeritnya mengusirku yang masih kehilangan kesadaran karena perbuatannya barusan keluar dari kamarnya.

DONGHAE side end

CHEONSA side

BRAAAKK~~~

Kututup rapat pintu kamarku dan langsung bersandar pada pintu kamar sambil memegangi dadaku. Jantungku berdetak dengan hebohnya. Pipiku terasa sangat panas sekarang. Kurasa saat ini sudah muncul semburat kemerahan disana. Aigoo, apa yang kulakukan barusan? Kenapa aku jadi menciumnya lebih dulu?

“Chagiya… aku akan segera kembali untukmu asal kau mau berjanji memberiku surprise lagi seperti barusan” teriaknya dari luar kamar yang langsung berhasil membuatku semakin menggila dibuatnya.

Terdengar suara tawa kekanak-kanakannya dari luar. Omo, ikan narsis itu pasti sekarang semakin besar kepala dia. Arrgggh aku malu, jeritku dalam hati sambil mengacak rambut panjangku yang kubiarkan terurai.

Tak bisa kupingkiri memang ada rasa bahagia yang mulai menyusup masuk menyeruak kedalam relung hatiku. Aku sungguh merasa bahagia karena ia tetap kembali padaku. Kembali meyakinkan hatiku yang sebenarnya sulit untuk meragukannya. Sebegitu percayanya kah diriku padanya? Entahlah, meskipun berulang kali aku menyangkali. Namun hati ini tetap meyakinkanku untuk terus mempercayai dirinya. Sebesar inikah cinta kami? Apa kami takkan bisa terpisahkan? Aku yang terlalu mencintainya atau dia yang tak pernah mampu melepaskanku?

Sulit melepaskannya meski hanya sekejap mata. Aku selalu merasa takut bila bayangannya menjauh dariku. Aku takut setiap melihat punggungnya menjauh dariku. Ingin rasanya selalu berada dalam dekapan hangatnya agar aku tak perlu merasa takut sendirian.

Lee Donghae, mungkin aku terlalu bodoh untuk terus berusaha sekuat tenaga berdiri tegak menantimu. Tapi inilah cintaku, cinta yang sulit kuleburkan dalam hitungan detik, menit, hari bahkan tahun. Cinta ini terlalu memabukkanku, membuatku tak mampu lagi berpaling darimu. Orang lain mungkin akan menganggapku begitu bodoh. Tapi aku tak perduli, aku hanya akan tetap berdiri menantimu. Hanya seorang saja, yakni kau Lee Donghae.

CHEONSA side end

– TBC –

Categories: Fanfiction | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Never Turned Away Part_6


Never Turned Away by. HaeGhie1815

Never Turned Away by. HaeGhie1815

 

_____________________________________________________________

Cast: Lee Donghae, Han Cheonsa, Song Joong Ki

Other Cast: Member Super Junior, Han Nana, Song Hyura, Son Eun Seo, Cho family

Genre: Romance, Sad, Family, Frienship, Comedy

_____________________________________________________________

 

♥ Kau hanya sebuah memori bagiku, jadi tolong biarkan aku menyimpanmu dalam hati seperti ini saja…♥

 

JOONG KI side

TING TONG~~~ TING TONG~~~

“Ada apa lagi dengannya baru juga keluar dan sekarang sudah kembali lagi?” ocehku kesal dan berlalu kepintu masuk untuk membukakan pintu.
“Cheonsa…” kataku kaget setelah mendapatinya didepan pintu apartemenku yang ku kira tadinya adalah managerku yang baru saja pulang.

“Oppa… bolehkah aku masuk???” tanyanya perlahan membuatku yang tadinya tengah bingung setengah mati memperhatikannya.

“Ooh… tentu saja, ayo masuk diluar dingin” ajakku meraih tangannya yang terlihat begitu ringkih.
“Duduklah dan tunggu sebentar disini, aku segera kembali untuk mengambilkanmu handuk” perintahku yang dibalas anggukan lemah darinya.

Penampilannya benar-benar terlihat sangat menyedihkan, tubuhnya terlihat lemah dengan keadaan basah kuyup, wajahnya pucat dan tangannya terasa sangat dingin. Apa yang sudah terjadi padanya? Melihatnya seperti itu membuatku sedih.

“Kemarilah… kubantu kau mengeringkan rambutmu agar kau tak masuk angin” kataku duduk disebelahnya berusaha membantunya mengeringkan rambutnya yang lurus panjang berwarna hitam.

“Gomawoyo oppa…” ucapnya lirih.

***

Aku membuatkannya teh hangat untung menghangatkan tubuhnya yang terlihat sangat pucat setelah kehujanan diluar sana saat ia tengah mandi dikamar mandiku. Beruntung tadi aku menemukan baju milik adik sepupuku yang kebetulan tertinggal disini sewaktu ia menginap beberapa hari yang lalu.

CKLEEKKK~~~

“Ooh… kau sudah…” kata-kataku mengambang setelah melihat penampilannya yang baru saja keluar dari kamarku dia terlihat sangat cantik.

Cheonsa terlihat sangat cantik dengan dress putih selutut milik adik sepupuku. Dress itu kelihatan sangat pas membungkus tubuhnya yang kecil itu.

“Ipuda…” ucapku tanpa sadar.

“Nde???” tanyanya bingung.

“Aah… a… aniya” jawabku salah tingkah.
“Ehmm, ini… aku sudah membuatkanmu teh hangat… cepat diminum sebelum dingin” kataku mengalihkan kegugupanku.

“Ooh… ne, gomawo oppa” katanya seraya menempatkan tubuhnya duduk disebelahku.

Kami hanya berdiam diri sibuk dengan pikiran masing-masing, aku sibuk dengan kecanggunganku karena ia ada disisiku saat ini sedangkan dirinya… aku sama sekali tak bisa membaca pikirannya yang entah berada dimana meskipun matanya kini tengah tertuju kepada tontonan yang tengah ditayangkan ditelevisi saat ini.

“Apa… kau lapar???” tanyaku mencoba mengusir keheningan diantara kami.

“Nde???” tanyanya yang seperti tak mengdengar pertanyaanku barusan.

“Kau mau kubuatkan sesuatu? Sekarang sudah hampir jam makan malam, apa kau tidak merasa lapar?” tanyaku lagi membuatnya menghela napas.
“Kau tunggu saja disini aku akan memasak ramyeon untukmu” kataku dan beranjak bangkit.

“Oppa…” panggilnya membuatku kembali berbalik menatapnya yang masih berada diposisinya semula.

“Wae… waeyo???” tanyaku terbata.

“Boleh aku membantumu???” tanyanya dengan nada memohon yang langsung kusetujui karena melihat dirinya yang sedang dalam mood yang tidak enak.

Dengan cekatan ia membantuku… Aah… aniya lebih tepatnya Cheonsa yang mengerjakan dan aku yang membantunya. Tak perlu menunggu lama ramyeon buatannya sudah terhidang diatas meja kami duduk saling bersebrangan.

Dia membantuku mengisikan mangkukku dengan ramyeon yang masih mengepul. Dia melakukannya dengan sangat baik, mulai dari mepersiapkan sayuran yang akan dimasukkan kedalam panic ramyeon, memasaknya, mempersiapkan semuanya diatas meja dan mempersiapkan ramyeon didalam mangkukku. Semua yang ia kerjakan sudah seperti seorang istri yang melayani suaminya saja. Aku tersenyum senang dengan perlakuannya.

“Kenapa kau makan sedikit sekali???” protesku saat memperhatikannya yang hanya memakan ramyeon yang sudah dibuatnya dengan porsi yang sangat sedikit.

“Aku ini yeoja bukannya namja yang makan dengan porsi besar” balasnya dengan wajah polos ciri khasnya membuatku tersenyum.

***

Kami kembali menonton tv yang saat ini tengah menampilkan tokoh kartun yang sering ia tonton yang biasanya akan membuatnya tertawa terpingkal-pingkal. Tapi entah mengapa kali ini rasanya begitu berbeda, tatapannya begitu nanar.

“Han Cheonsa…” panggilanku membuat pandangannya beralih menatapku.

“Waeyo oppa???” tanyanya datar.

“Se… sebenarnya… apa yang sudah terjadi padamu… kenapa kau bisa datang kemari dengan kondisi seperti tadi eoh???” tanyaku hati-hati takut mengganggu perasaannya.

“Gwenchana oppa… apa mala mini aku boleh menginap disini???” tanyanya tiba-tiba membuatku sedikit kaget.
“Kalau tidak boleh juga tidak apa-apa, kalau begitu aku pulang dulu” pamitnya yang sudah beranjak bangkit.

“Cheonsa-ya…” cegahku yang juga ikut bangkit dari dudukku.
“Kau boleh menginap disini. Bahkan kapanpun kau mau kau boleh kemari dan menginap disini sesuka hatimu” kataku sambil tersenyum.
“Jadi kumohon pergi, tetaplah berada disini jika kau mau”.

“Oppa… kenapa kau begitu baik padaku? Kenapa kau tak pernah marah padaku sekalipun?” tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Maksudmu apa? Bagaimana aku bisa marah padamu? Memangnya apa kau melakukan kesalahan apa padaku?” tanyaku kebingungan dengan setiap pertanyaannya.

“Mianhae oppa… jeongmal mianhae… aku sudah menghianatimu… aku sudah sangat bodoh dengan mengabaikanmu oppa… mianhae” sekarang ia mulai menangis dengan histeris sembari memelukku.

Aku benar-benar tidak mengerti arah pembicaraannya, dia terus saja mengucapkan kata maaf yang ditujukannya padaku. Setahuku dia tak pernah melakukan kesalahan sedikitpun padaku.

“Maafkan aku yang telah menghianatimu… selama beberapa hari ini… aku terus saja menghabiskan waktuku bersamanya tanpa sepengetahuanmu… bersama dengan Lee Donghae… oppa… jebal mianhae… jebal” pengakuannya benar-benar menohok hatiku.

Aku bingung harus bersikap bagaimana. Bukankah seharusnya aku yang meminta maaf padanya, bukan dirinya yang menghianatiku, tapi justru aku yang sudah membohonginya. Aku memanfaatkan kondisinya agar ia bisa terus berada disisiku, sebagai wanitaku. Aku hanya bisa memeluknya erat tanpa mengucapkan sepatah katapun untuknya.

JOONG KI side end

CHEONSA side

Sedikitpun tak tampak kemarahan diwajahnya, tak ada sedikitpun kata-kata yang keluar dari mulutnya. Apa ia benar-benar tak marah padaku? Apa ia tak merasa kecewa atas perbuatanku? Kenapa tak ada satupun balasan yang terlontar atas setiap kata maaf yang kuucapkan padanya?

“Ahh… aku bisa gila jika dia tak memaafkanku, aku akan merasa sangat bersalah karena telah menyakitinya” jeritku frustasi sambil mengacak rambutku dan kembali memeluk lututku.

Bahkan ia merelakan aku menempati kamarnya, sedangkan ia tidur disofa tempat kami menonton tv tadi. Aku semakin tercekat setiap kali menerima perlakuan baik darinya. Padahala aku terus saja mengecewakan dan menghianatinya.

Sudah jam 3 dini hari, tapi mataku sedikitpun tak ingin terpejam. Pikiranku sedang kalut seharian ini dan semakin kalut membayangkannya tidur diluar sana. Kuputuskan untuk keluar kamar melihat kondisinya.

Kubuka pintu kamarnya perlahan agar tak menimbulkan bunyi berderit. Kudapati aia sudah terlelap dengan balutan selimut yang tampak cukup tebal dan hangat. Kudekati dia dengan sangat hati-hati takut membangunkannya yang tengah terjaga. Aku duduk dilantai untuk mensejajarkan pandanganku agar bisa dengan mudah memperhatikan setiap inci wajahnya yang sedang tertidur, kemudian menaikkan selimut yang ia kenakan sampai kebatas bahu.

“Aku bukanlah seorang malaikat…” ucapkan perlahan “…kau sepertinya jauh lebih pantas… lebih pantas sebagai sosok malaikat yang sesungguhnya… kau selalu berusaha menjagaku, membahagiakanku dan… kau selalu mencintaiku… mencintaiku sepenuh hatimu… meskipun dengan bodohnya kau berusaha untuk menghianatimu… kenapa kau tak marah padaku atas setiap perbuatan bodohku… kenapa kau tak maki aku saja agar aku tak merasa bersalah seperti ini padamu… oppa, aku tau kau tidak benar-benar tidur bukan?” tanyaku yakin dan perlahan ia membuka matanya dan mendapatiku yang kini tengah duduk dihadapnnya yang masih berbaring dengan mata berkaca-kaca.

***

Kami kembali duduk disofa saling diam dibawah lampu yang temaram. Beberapa kali kucoba melirik kearahnya yang terus saja duduk mematung, tak tampak sedikitpun diwajahnya keinginan untung membuka pembicaraan lebih dulu.

“Aku sudah tau alasan mengapa kau meminta maaf padaku…” katanya tepat disaat aku hendak bersuara.
“Kyuhyun… oppamu tadi yang sudah menceritakan penyebab kau datang kemari… dan dari situ… aku sudah bisa menarik kesimpulan atas semua kata maaf yang kalu laontarkan padaku tadi…” lanjutnya tanpa menatapku.

“Aku…”

“Aku tidak mempermasalahkan hal itu, bagiku itu tidak begitu penting sekarang… karena setidaknya dengan adanya kau disisiku saat ini semua itu sudah lebih dari cukup…” katanya sambil mengenggam erat kedua tanganku.

“Tapi…” selaku membuatnya tiba-tiba menempelkan telunjuknya dibibirku memintaku diam.

“Aku tidak mau mendengarkan kata maaf darimu lagi, aku sama sekali tak perduli dengan apapun itu, sekarang lebih baik kita mulai semuanya dari awal, kita ulang lagi semuanya dari awal, apa kau mau memulainya lagi bersamaku?” aku menatap kesungguhan kata-katanya dengan pilu.

Aku bingung harus bagaimana menanggapinya, aku masih merasa sangat bersalah padanya dan hati ini… hati ini tak menyisakan ruang baginya. Hanya ada Donghae yang terus saja memenuhi hatiku, seluruhnya hanya untuk Donghae. Tapi aku juga tidak akan tega terus berada disisinya tanpa perasaan apapun, karena itu sama saja aku melukainya.

Apakah ini ahir dari janji yang Donghae ucapkan padaku? Apa aku harus bersama Joong Ki oppa dan memulai segalanya dari awal lagi? Apa aku benar-benar harus melupakanmu Lee Donghae? Atau aku harus tetap bertahan dengan berbekalkan janjimu? Aku takut Lee Donghae… aku takut jika aku tak lagi sanggup bertahan sendiri tanpamu… dan aku juga takut jika keputusanku menyakiti Joong Ki oppa.

“Oppa…”

“Ne…”

“Apa kau… benar-benar mencintaiku???” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku yang begitu kelu sejak tadi.

“Hemm… aku mencintaimu… mencintaimu sepenuh hatiku hingga tak ada lagi ruang yang tersisa bagi yang lainnya… kau sumber semangatku, kau sumber kehidupanku, kau oksigenku, kau itu napasku dan tanpa dirimu hidupku sudah bisa dipastikan akan terasa hampa… disini…” katanya sungguh-sungguh kemudian meletakkan tangan kananku didadanya hingga aku bisa merasakan detang jantungnya yang berpacu.
“Disini… akan terasa begitu menyesakkan bagiku jika aku harus kehilangan dirimu… sekarang kau bisa merasakan sendiri bukan, seberapa cepatnya kerja jantungku… jantung ini hanya akan bekerja dengan cepat jika kau berada disisiku… itu bukti bahwa aku… aku begitu mencintaimu Han Cheonsa… nan jeongmal saranghaeyo Han Cheonsa” lanjutnya membuat air mataku sulit mongering.

Sulit bagiku membedakan antara cinta dan iba. Kau terlalu baik untuk sekedar tersakiti olehku oppa. Mungkin memang aku yang terlalu bodoh karena tidak bisa menentukan hatiku hingga pada akhirnya aku harus mengalami dilema seperti ini. Seandainya ingatanku bisa segera kembali, aku ingin segera mengingat semuanya agar tak terasa begitu memusingkan seperti saat ini.

CHEONSA side end

DONGHAE side

Khawatir… hanya itu yang sedang kurasakan sekarang, aku tau dengan pasti kalau saat ini Cheonsa tengah terluka setelah menyaksikan pemberitaan bodoh itu. Tapi ini semua bukan atas keinginanku, aku sendiri baru tau semalam , sekembalinya dari kencan romantis kami dipinggir danau.

Manager hyung menghubungiku untuk datang pagi-pagi sekali ketempat yang sudah ia tentukan. Dan sesampainya disana aku hanya mengikuti saja apa yang ia perintahkan tapi ternyata manager hyung menjebakku datang ke acara konfrensi pers yang sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak agency untuk mengumumkan tanggal pernikahanku dengan Eun Seo. Tidak hanya sampai disitu, yang lebih mengejutkan lagi adalah tanggal pernikahannya yang sudah ditetapkan mereka adalah seminggu lagi. Apa itu tidak bisa dibilang gila.

Sedikitpun mereka tidak memberikanku kesempatan sekedar untuk menjelaskan pada Cheonsa. Bahkan matahari pagipun akan segera terbit dan tersenyum riang, melihatku menyambut schedule-schedule menyedihkan yang tak pernah ingin kualami semasa hidupku.

“Waktu kumohon setidaknya berikan aku sedikit saja selah untuk sekedar menemukan Cheonsa dan menjelaskan segalanya padanya” jerit pasrahku dikala pagi mulai menjelang.

“Hae-ya, percayalah bahwa semuanya pasti akan berakhir dengan baik. Mungkin saat ini Cheonsa tengah menenangkan dirinya, kau sendiri yakinkan jika kau dan Cheonsa memang ditakdirkan berjodoh. Jika kau percaya akan hal itu maka kau tak perlu cemas. Aku berjanji akan membantumu menemukan Cheonsa dan sebisa mungkin menjelaskan kepadanya, membantunya mengembalikan ingatannya dan segala kenangan indah antara kau dan Cheonsa” bujuk Eunhyuk yang sejak kemarin ikut mencemaskan kondisi Cheonsa yang sampai saat ini masih tak bisa kutemui keberadaannya.

DONGHAE side end

ONE WEEK LATER

CHEONSA side

Waktu itu berputar terlalu cepat bagiku. Aku terus memperhatikan penampilanku yang terpancar dicermin besar yang ada dihadapanku saat ini. Tubuh kecilku yang terlihat semakin kurus ini terbungkus Hanbok dengan warna biru muda berhiaskan pola bunga dengan berbagai warna soft yang tergambar dengan apiknya dan beberapa perpaduan warna yang terkesan kalem. Sedangkan tatanan rambutku sengaja dibuat sedikit ikal dengan poni yang dikelabang menyamping. Tak lupa kutambahkan make up tipis sebagai pelengkapnya.

“Kau sudah terlihat sangat cantik chagi” puji seseorang yang tengah melingkarkan tangannya diperutku dari arah belakang.

“Apa aku perlu menggunakan tiara diatas kepalaku agar terlihat seperti seorang putri???” candaku padanya namja yang wajahnya terpantul dikaca sedang bergelayut manja dipundakku.

“Apapun adanya dirimu bagiku dan dihatiku kau tetap lebih cantik dari putri-putri manapun chagi” jawabnya lengkap dengan kerlingan nakal darinya.
“Sebaiknya kita berangkat sekarang sebelum terjebak macet nantinya, bukankah kau sendiri yang bilang bahwa kau tidak ingin ketinggalan sedikit saja bagian dari acara itu???” tanyanya padaku dengan perlahan.

“Ne oppa kau benar, sebaiknya kita pergi sekarang” jawabku berusaha mengembangkan senyum bahagia diwajahku.

“Jika kau tidak yakin, sebaiknya kita batalkan saja eoh???” tanyanya lagi meyakinkan.

“Tenanglah oppa, aku benar-benar yakin bisa melakukannya. Bukankah ada kau disisiku sekarang???” aku terus saja berusaha memantapkan hatiku dengan setiap keputusan yang sudah kuambil.

“Baiklah… kalau begitu kajja” katanya mengulurkan lengannya padaku yang langsung kugamit dengan cepat.

Mungki aku akan terlihat sangat bodoh karena berusaha kuat dengan menghadiri upacara pernikahan Donghae yang akan berlangsung beberapa jam lagi. Ataukah aku terlihat bodoh karena selama seminggu ini tak berani menampakkan diriku dihadapannya dan memilih untuk membuka lembarang baruku bersama Joong Ki oppa. Bagiku keduanya sama-sama terlihat bodoh.

Sesungguhnya kaki ini terasa begitu berat untuk melangkah, terlalu lemah untuk berdiri tegak dan terlalu rapuh untuk bertahan. Siapa yang akan kuat menyaksikan orang yang mereka cintainya akan segera memulai hidup barunya bersama yeoja lain.

Hingga detik inipun aku masih berharap jika semua yang terjadi padaku hanyalah mimpi buruk yang ketika aku membuka mata semuanya hilang dengan sendirinya tapi kenyataannya semua ini tetap berjalan diluar kendaliku. Menyadarkan diriku dengan pasti bahwa ini semua nyata bukannya mimpi.

CHEONSA side end

JOONG KI side

Sesekali kulirik dirinya yang terus menatap kearah jalanan diluar sana sambil menempelkan kepalanya pada kaca mobil. Aku sadar bahwa ia terus berusaha terlihat kuat didepan semua orang terlebih lagi didepanku. Satu minggu sudah kami tinggal bersama diapartemenku setelah ia berkeras tidak ingin kembali dan menyatakan diri belum mampu bertemu dengan Donghae.

Dan kemarin siang ia mengejutkanku dengan mengatakan keinginannya untuk menghadiri upacara dan resepsi pernikahan Donghae. Ia terlihat begitu antusias sehingga sulit bagiku untuk tidak mengiyakan keinginannya meskipun aku tau dengan pasti ada banyak kepura-puraan yang ia lakukan. Aku yakin dengan pasti sebenarnya ada rasa takut disudut matanya yang terus saja membayangkan upacara itu akan berlangsung beberapa jam lagi tepat dihadapannya.

Tangan kirinya terlihat bergetar cukup kuat, kuputuskan untuk menggenggamnya erat untuk menyampaikan padanya bahwa ia bisa tetap kuat karena ada aku disisinya.

“Tanganmu terasa dingin chagi???” tanyaku memecah keheningan diantara kami yang membuatnya terlihat kebingungan mencari jawaban yang tepat untukku dan memutuskan untuk kembali menatap pemandangan sungai Han yang selalu berhasil mengalihkan perhatiannya dariku setiap kali aku mengajaknya datang kesana.

BRAAAKK~~~

Suara benturan yang cukup kuat itu munculnya dari mobilku yang membentur tembok beton pembatas jalan setelah kuputuskan untuk membanting setirku kearah kanan guna menghindari pejalan kaki yang berusaha menyebarang tidak pada jalur seharusnya. Semuanya terjadi begitu saja dengan sangat spontan.

Kepalaku terasa begitu berdenyut karena berbenturan dengan setir mobil yang cukup keras menghantam kepalaku ini. Dengan susah payah kukerjapkan mataku dan berbalik untuk melihat kondisi Cheonsa, ia terlihat menggengam erat safety belt yang ia kenakan. Wajahnya terlihat begitu syok.

“Gwenchanayo???” tanyaku dengan susah payah masih sambil menahan rasa sakit dikepalaku.

Dia menatapku dengan tatapan yang sulit untuk kuartikan dan sedetik kemudian ia berhambur keluar dari mobilku sambil memandangi keadaan sekitar yang sudah sangat ramai dengan para pejalan kaki dan beberapa pengendara yang menepikan kendaraannya untuk berusaha membantu mengefakuasi kami dan ada juga yang hanya sekedar ingin tau apa yang tengah terjadi pada kami.

Sekuat tenaga aku berusaha keluar dari mobil dan segera menarik tangannya agar tak menjauh dariku. Tapi tak kusangka ekspresinya benar-benar diluar dugaanku, dia terlihat begitu kesal dengan perlakuanku.

“Lepaskan tanganku sekarang” perintahnya tegas menyuruhku melepaskan tangannya.
“Cepat lepaskan, aku sudah tak punya banyak waktu sekarang” rengeknya yang ahirnya membuatku melepaskannya yang langsung berlari ketepi jalan untuk menghentikan taxi yang terus berlalu lalang.

“Kau mau kemana???” tanyaku bingung sambil terus memegangi kepalaku yang masih terasa sakit.

“Aku harus menghentikannya sekarang jadi tolong berhentilah untuk menghalangiku” jeritnya kesal.

“Aaaaaaaa…” aku benar-benar merasa kesakitan sekarang dan hampir saja terjatuh namun Cheonsa dengan cepat menahan tubuhku dengan tubuh kecilnya.

“Yaa… neon gwenchanayo eoh???” tanya dengan nada cemas.

“Kepala sakit…” ringisku yang sudah terduduk ditrotoar dikerubungi banyak orang.

“Taxi…” teriaknya berusaha menghentikan sebuah taxi “Tolong bantu aku membawanya kedalam taxi” pintanya pada beberapa orang yang masih mengamati kondisi kami.

***

“Kau sudah sadarkan? Kalau begitu aku harus pergi dulu sekarang, aku benar-benar sudah tak memiliki banyak waktu sekarang ini” pamitnya tiba-tiba setelah aku mulai sadarkan diri.

“Tunggu… kalau begitu biarkan aku menemanimu” cegahku seketika saat ia berusaha keluar dari ruang rawatku.

“Tapi…”

“Tidak ada kata tapi, kemanapun kau pergi aku akan selalu ada disekitarmu bolehkah?” selaku berusaha memohon untuk tetap menemaninya.

***

Kami sudah berada disebuah gedung mewah dengan arsitektur uniknya khas eropa yang hari ini sengaja dipesan khusus untuk acara resepsi pernikahan heboh dua orang idol korea. Siapa lagi kalau bukan Lee Donghae salah seorang member Super Junior yang akan segera meresmikan aktris bernama Son Eun Seo menjadi pasangan hidupnya. Kehadiranku dan Cheonsa diacara ini memang bukanlah ide yang bagus tapi atas keinginan Cheonsa yang begitu menggebu-gebu kupaksakan langkah beratku untuk menemaninya kemari.

Dengan begitu tergesa-gesa Cheonsa berlarian kecil dengan sedikit mengankat hanboknya untuk memudahkannya melangkah lebih gesit. Ia terlihat berhenti sejenak menghela napasnya yang terengah-engah setelah lelah berlarian. Sedikit keraguan tampak jelas terlukis diwajah cantiknya yang berbalik menatapku meminta sedikit kekuatan dariku agar ia tak jatuh tersungkur jika hal buruk terjadi setelah pintu kayu bercat putih itu terbuka.

“Masuklah, kau tak perlu takut karena aku akan selalu ada dibelakangmu” kataku berusaha tersenyum untuk memberinya sedikit kekuatan dengan berjanji untuk selalu mendampinginya.

Ia tersenyum manis menatapku yang sebenarnyanya sudah hampir rubuh sedari tadi. Sejak kuputuskan untuk menemaninya kemari tadi, sesungguhnya aku sudah pasrah dengan segala kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Mungkin saja ia akan berusaha untuk kembali pada Donghae dengan menggagalkan acara pernikahan mereka atau apapun itu. Aku sudah benar-benar siap, siap untuk menerima kenyataan bahwa aku memang tak layak untuk memenangkan hatinya. Karena aku tau bahwa ingatannya sudah benar-benar kembali itu berarti sudah waktunya bagiku untuk melepaskannya kembali pada cintanya yang sesungguhnya.

JOONG KI side end

CHEONSA side

Dengan penuh keraguan dan perasaan yang tak karuan aku berusaha mendorongnya dengan kasar agar terbuka dan meloloskan diriku kedalam ruangan itu setelah mendapatkan sedikit kekuatan dari Joong Ki oppa.

BRAAAKK~~

Seluruh pasang mata menatap kehadirannku dengan takjub, bahkan sebagian dari mereka mulai saling berbisik dengan orang yang ada disebelahnya dan sudah pasti sedang membicarakanku. Beberapa lensa kamera berusaha mengabadikan wajahku namun tak kupedulikan sama sekali. Kyuhyun oppa yang melihat kedatanganku segera berhambur menghampiriku namun kuhiraukan. Aku justru melangkahkan kakiku denganberat kedepan altar dimana disana orang yang sedari kucari keberadaannya tengah berdiri berdampingan dengan yeoja yang tak pernah ingin kulihat untuk kesekian kalinya dihidupku.

“Cheo… Cheonsa” katanya kaget melihatku yang masih terus berjalan menghampirinya.

Mataku mulai kehilangan fokus penglihatanku akibat genangan air yang sudah bersiap meluncur deras membanjiri kedua pipiku. Aku menatapnya nanar, aku sadar apa yang sedang kulakukan ini sebuah kebodohan tapi langkahku sulit sekali untuk dikontrol. Kakiku terus saja melangkah menghampirinya.

“Chukkae…” ucapku menarik tangan kanannya untuk kujabat setelah aku berhenti tepat dihadapannya.
“Chukkae oppa…” hanya kata selamat yang mampu kulontarkan untuknya.
“Eun Seo-sshi… chukkae, kuharap kalian bisa terus bersama hingga maut memisahkan sesntuk sekedar menuai ikrar pernikahan yang telah kalian ucapkan tadi” kataku yang kali ini memberikan selamat pada mempelai wanitanya kudekap sejenak tubuhnya yang terlihat cantik dengan balutan gaun putihnya.

“Nde gamsahamnida Cheonsa-sshi” balasnya tersenyum lembut padaku dan kubalas dengan senyum yang begitu kupaksakan.

“Han…” panggilannya tak kuindahkan yang ada diotakku saat ini hanya bagaimana caranya agar aku dapat sesegera mungkin menghilang dari pandangannya.

Aku terus berjalan dengan sedikit kekuatan yang kupunya mengacuhkan setiap panggilan yang memintaku untuk tetap tinggal disana. Panggilan appa, eomma, eonni dan oppadeul juga beberapa temen satu agencyku. Aku sama sekali tak berselera menanggapi panggilan mereka dan terus berjalan keluar menjauh sejauh mungkin dari tempat ini.

Kaki ini sudah tak sanggup lagi untuk menopang beban tubuhku, tak mampu lagi berlari untuk sekedar menyembunyikan kelemahanku dari semua orang. Kujatuhkan tubuhku tepat disebuah bangku taman yang jauh dari keramaian. Menangis sepuasku, kutumpahkan sepenuhnya kesedihan yang terus saja kuredam sedari tadi.

Sakit, hatiku terasa begitu sakit. Sesak, napasku juga benar-benar sudah tercekat sekarang. Tak ada hal lain yang dapat kulakukan sekarang ini selain menumpahkan air mataku untuk mengurangi rasa sakit yang kini tengah menderaku. Memang tak ada gunanya tapi setidaknya mengurangi rasa sakitku itu jauh lebih baik.

“Ternyata kau disini saengi-ah…” sapa seseorang mengejutkanku “Aah, sudah berapa lama kau tak pernah mengunjungiku lagi eoh???” tanyanya sembari duduk dibangku yang tengah kutempati.

“Eon… eonni” ucapku terbata dan langsung menyambut rentangan tangannya.

“Menangislah tumpahkan semuanya jangan biarkan dirimu memendamnya” perintahnya yang kini mulai mengusap punggungku dengan penuh kelembutan membuatku semakin kencang mengeluarkan isak tangisku, meluapkan semua kesedihan dan emosi yang terus tertahan.

CHEONSA side end

DONGHAE side

Ingin rasanya aku berlari menghampirinya saat ini juga tapi, apa hal itu takkan semakin menyakitinya. Melihatnya seperti ini membuatku ikut terluka meskipun aku sadar bahwa sesungguhnya akulah penyebab dari kesakitan yang saat ini tengah dideritanya.

“Han… mianhae” gumamku.

“Hae… sebaiknya kau tetap disini” BoA yang tiba-tiba datang berusaha mencegah niatku untuk menghampiri Cheonsa.
“Saat ini bukanlah saat yang tepat, kehadiranmu justru akan semakin menyakitinya karena ia akan berusaha sekuat tenaga menekan kesedihannya sampai kedasar terdalam agar kau tak melihat kelemahannya. Jadi kumohon, biar aku saja yang menemaninya setidaknya agar ia bisa jauh lebih leluasa meluapkan kesedihannya” kata-kata itu sepenuhnya benar.

“Arrayo… kutitipkan ia padamu, memang hanya padamulah tempat dimana seharusnya ia bisa dengan leluasa menumpahkan segala keluh kesahnya. Gomawo… nan jeongmal gomawo” ucapku tulus mengiyakan usulan BoA untuk tidak berlari menghampiri Cheonsa saat ini juga.

***

BRAAAAKK~~

Aku segera membanting pintu kamarku setelah mendapati Eun Seo baru keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan sehelai handuk yang membelit tubuhnya. Dia memang sudah lebih dulu kembali kekamar hotel yang sudah disediakan untuk malam pengantin kami.

“Aaahh, sebaiknya aku tidak berada disini tempat terasa sangat berbahaya untukku” jeritku jengah mendapati kenyataan bahwa aku sekamar dengannya.
“Aku mana boleh berada sekamar dengannya sebelum memastikan bayi yang dikandungnya benar-benar darah dagingku atau bukan seperti yang dikatakan Eunhyuk padaku sebelum acara pernikahan bodoh ini dilangsungkan” lanjutnya yang pada akhirnya berencana kembali ke dorm dan tidur dikamar couple terbaikku itu.

***

Langsung kujatuhkan tubuhku diatas sofa ruang tengah dorm dan mulai memejamkan mataku sambil memijat keningku yang sedikit terasa berdenyut mungkin karena terlalu kelelahan atau terlalu banyak pikiran. Ternyata benar keputusan yang kuambil untuk pulang lagi ke dorm dan tidak menghabiskan waktuku malam ini dengan yeoja yang tak pernah kuinginkan menyandang nama margaku itu.

“Han… apa kau masih belum bisa menghentikan tangismu saat ini???” tanyaku lirih pada diri sendiri masih sambil memejamkan kedua mataku berusaha menahan dengan sekuat tenaga agar tak meneteskan air mata namun tetap saja diluar kendali air mataku menetes begitu saja melalui ekor mataku.

“Apa sakit yang kau rasa sama seperti yang kurasakan? Kuharap kau mau memaafkanku, aku akan segera mengakhirinya dan membawamu kembali padaku Han” lanjutku sebelum ahirnya benar-benar tertidur lelap.

DONGHAE side end

– TBC –

 

Categories: Fanfiction | Tag: , , | 1 Komentar

Never Turned Away Part_5


Never Turned Away by. HaeGhie1815

Never Turned Away by. HaeGhie1815

 

_____________________________________________________________

Cast: Lee Donghae, Han Cheonsa, Song Joong Ki

Other Cast: Member Super Junior, Han Nana, Song Hyura, Son Eun Seo, Cho family

Genre: Romance, Sad, Family, Frienship, Comedy

_____________________________________________________________

 

♥ Kau hanya sebuah memori bagiku, jadi tolong biarkan aku menyimpanmu dalam hati seperti ini saja…♥

 

DONGHAE side

Sebenarnya malas bagiku pagi-pagi sudah datang ke agency seperti ini apa lagi untuk menemui bos besar SMEntertaimen. Sudah barang pasti aku akan menerima ceramahnya atau ide gilanya untuk menyelesaikan persoalan pelik yang belum juga berhenti melilit kehidupan pribadiku dan juga mempengaruhi kisah cintaku bersama Cheonsa.

“Ooh… rupanya kau sudah datang. Apa kau sudah lama menunggu?” tanya bos besar SMEnt kepadaku yang tengah asik memainkan handphone ku mengusir bosan yang menjalari otakku karena menunggu kedatangannya.

“Ahh… lumayan” jawabku dengan senyum kecut.

“Langsung saja keinti permasalahannya Lee Donghae” katanya siap memulai pokok pembicaraan.
“Kami semua, aku beserta dewan direksi lainnya sudah membicarakannya rencana ini dengan sangat matang. Kau bisa lihat sendiri bukan efek besar yang ditimbulkan atas skandal yang kau lakukan diluar sana bersama aktris yang namanya…???” katanya sedikit terputus mengingat nama yang mungkin tak diingatnya dengan baik.

“Son Eun Seo, presdir” ucap manager hyung menambahkan.

“Ahh… benar Son Eun Seo, berdasarkan keputusan yang telah disepakati. Kami sudah ,erencanakan tanggal yang tepat untuk kalian berdua melangsungkan pernikahan” lanjutnya cuek tak memperhatikan aku yang sudah mendelik saking kagetnya mendengar keputusan dari mereka.

“…Kuminta kau jangan menyelaku sebelum aku benar-benar menyelesaikan setiap perkataanku…” perintahnya ketika menyadari aku mulai akan menyuarakan penolakanku.

“Hal ini mungkin akan meninggalkan efek tertentu memang tapi setelah kami melakukan berbagai macam surve ternyata cukup banyak netizen diluar sana yang beranggapan bahwa kalian memang pasangan cukup serasi. Yah, bisa dibilang mungki itu merupakan efek dari variety show yang pernah kalian bintangi dulu. Lagi pula beberapa saluran TV dari berbagai Negara besar akan berebut dan memberikan kompensasi yang terbilang sangat besar untuk bisa menayangkan prosesi pernikahan kalian keseluruh penjuru dunia nantinya. Kompensasi itu lebih dari cukup untuk menutupi kerugian perusahan atas skandal yang kau lakukan. Dengan begitu, kita juga akan menerima banyak keuntungan bukan?” sepertinya setelah ini badai besar akan semakin menelanku hidup-hidup kedalam pusaran air dan takkan membiarkanku bertahan.

“Kau tidak perlu bersusah payah menutupi skandalmu, kau tidak perlu mendapatkan hukuman dan kerugian yang besar yang akan merusak karir yang sudah kau bangun dengan susah payah bukan. Tenanglah kau akan tetap mendapatkan keuntungan dari investor itu jika pernikahan kalian bisa ditayangkan secara live” kepalaku mulai berdenyut keras mendengarkan setiap penuturan gila yang tak pernah sedikitpun terlintas diotakku.

Bayangkan saja, bagaimana mungkin aku bisa bersikap tenang dan senang dalam menjalankan rencana gila yang bpada akhirnya tetap akan menyudutkanku. Ini gila, benar-benar gila karena ide ini tercipta diatas penderitaan seseorang hanya demi keuntungan pihak-pihak tertentu.

***

“Apa yang terjadi? Bagaimana keputusan yang mereka berikan padamu? Hae-ya ceritakan padaku!” desakan dari sahabatku ini cukup membuatku limbung karena semakin merasa pusing.
“Yaa… Hae-ya neo gwenchana???” tanyanya panik saat aku mulai berjalan dengan gontai mendahuluinya menjauh dari ruangan yang mulai ku kutuk untuk selamanya sejak hari ini.
“Hae-ya… jawab aku, kau kenapa???” seru Eunhyuk yang terus membuntutiku dengan seberondong pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk kujawab.

Kepalaku terus saja berputar, rasanya sangat  sakit. Pandanganku mulai kabur dan semuanya terasa gelap…

DONGHAE side end

CHEONSA side

Dengan bersusah payah aku merengek pada oppa agar mengijinkanku kembali bekerja dirumah sakit untuk mengisi kekosongan waktuku yang hanya bisa terus menerus mengurung diri di apartemen sendirian.  Beruntungnya dia mau mengijinkanku karena eomma dan nonna bersedia membantuku untuk membujuknya.

Bukankah amat sangat disayangkan ilmu yang sudah dengan susah aku dapatkan bertahun-tahun harus membeku karena tak kugunakan, aku memang amnesia tapi pengetahuanku tidak ikut terlupakan. Buktinya aku mengingat dengan baik resep yang harus diberikan pada Sungmin oppa beberapa hari yang lalu saat ia jatuh sakit, bahkan aku sendiri yang menyuntikkan obat untuknya. Dan sewaktu kakiku terbentur, bukankah pada saat itu secara spontan aku memarahi Donghae yang salah melakukan penanganan untuk kakiku yang mengalami memar. Itu berarti aku tidak kehilangan pengetahuanku bukan.

Lee Donghae… nama itu lagi-lagi berhasil terngiang diingatanku. Bagaimana keadaannya? Sudah beberapa hari ini aku menghindarinya, bahkan saat berpapasan dengannya pun dengan sengaja kau harus mengalihkan perhatianku agar tak ada yang merasa tersakiti.

Mengingatnya seperti ini membuat napasku tercekat. Aku merindukannya, merindukan seorang namja bernama Lee Donghae. Namja yang selalu bisa mengalihkan duniaku hanya dengan menatap matanya, namja yang selalu membuatku merasa nyaman dalam dekapannya.

Lee Donghae… aku sangat merindukanmu. Jika Tuhan mau mengabulkan permintaanku, aku ingin melihatnya ada dihadapanku saat ini, detik ini juga.

“Lee… Lee Donghae” gumamku tak percaya melihat seseorang yang tengah terbaring diatas brangkar yang didorong beberapa orang perawat menuju UGD melintas tepat dihadapanku.

“Eoh… Cheonsa-ya. Kau disini rupanya???” tanya Eunhyuk yang tiba-tiba muncul dihadapanku dengan napas yang terengah-engah.

“Jadi… yang barusan dibawa kesana… benar-benar Lee Donghae???” tanyaku terbata.

“Tentu saja, kalau bukan dia mana mungkin aku bisa ada disini” jawabnya kesal.

Aku langsung berlari menuju UGD meninggalkan Eunhyuk oppa dengan segala keterkejutannya melihat tingkahku.

***

Tenyata Tuhan begitu menyayangiku, mendengarkan doa dan permintaan sederhanaku untuk kemudian dikabulkannya dalam sekejap mata.

Saat ini aku tengah mendapatimu, benar-benar menemukanmu Lee Donghae…

Sejam yang lalu aku menghentikan dokter jaga yang akan memeriksa kondisimu. Entah mengapa aku sedikit tak terima jika tangan lain yang menyentuhmu, meskipun hanya sekedar memeriksa untuk menentukan kondisimu. Akhirnya tanpa bertanya dokter itu mau membiarkanku yang menangani pemeriksaanmu.

Apa yang terjadi denganmu? Kenapa bisa asam lambungmu naik, perutmu begitu kembung? Apa ryeowook oppa tidak memberimu makan? Apa kau tak pernah memasak sendiri jika kau kelaparan? Lihatlah wajahmu kelihatan pucat seperti ini, meskipun kadar ketampananmu tidak berkurang sedikitpun tapi setidaknya jangan biarkan wajahmu sepucat ini kesannya jadi tidak enak dipandang kan?

Aku terus menggenggam erat tangnnya yang terbebas dari infus, tangannya terasa sangat dingin. Kutangkupkan kedua tanganku ketangannya yang jauh lebih besar dari tanganku, kuusap-usap tangannya untuk menghangatkan tangannya. Sesekali kuusap juga wajahnya dengan perlahan menyalurkan suhu tubuhku kekulitnya agar tidak terlalu dingin.

“Dia belum juga sadarkan diri???” tanya Eunhyuk oppa yang baru saja datang dengan dua buah cangkir kopi yang masih mengepul.
“Ini untukmu… cappuccino” lanjutnya menyodorkan secangkir cappuccino untukku.

“Gomawo oppa…” jawabku.

“Kau tidak kembali mengurus pekerjaanmu???” tanya lagi yang sekarang sudah duduk santai disofa yang letaknya tak jauh dari ranjang pasien diruang VVIP rumah sakit ini.

“Aniya oppa, pekerjaanku sudah selesai saat kedatangan kalian tadi” balasku yang masih fokus mengusap telapak tangannya.

“Kalau begitu kenapa kau tidak pulang???” kali ini aku langsung menatapnya untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya itu.
“Yaa… jangan menatapku dengan cara seperti itu” teriaknya tak terima karena aku menatapnya dengan cara yang tak lazim mungkin.

CHEONSA side end

DONGHAE side

Kesadaaranku sudah sepenuhnya kembali, tapi rasanya aku malas membuka mataku untuk saat ini karena keberadaan Cheonsa dan sentuhannya yang ia tujukan padaku. Aku takut jika aku membuka mataku, aku akan mendapati Cheonsa yang kembali berusaha menghindariku seperti beberapa hari belakangan ini. Aku terus saja mendengarkan dengan seksama setiap percakapannya dengan Eunhyuk.

Satu pertanyaan Eunhyuk membuatnya terdiam seribu bahasa, aku benar-benar merasa penasaran dengan jawabannya.

“Apa… member lain tau jika kalian berdua ada disini???” tanyanya seketika melepas keheningan diruangan ini.

“Ooh… sepertinya tidak ada. Aku sengaja tidak memberi tau mereka, terlebih lagi karna kau yang menangani couple kesayanganku itu” balas Eunhyuk santai.

Apa aku tak salah dengar? Cheonsa yang menanganiku? Itu berarti dia yang merawatku saat tak sadarkan diri tadi? Huwaaaa, aku benar-benar senang sekarang. Kau begitu perdulinya padaku Han? Aku merindukanmu.

“Aah… perutku tiba-tiba saja sakit. Sepertinya cacing-cacing diperutku mulai meronta untuk segera diberikan umpan. Kalau begitu aku keluar sebentar untuk mengurus perutku, tolong kau jaga soulmate ku dengan baik ya” pamit Eunhyuk pada Cheonsa dan terdengar suara pintu yang menutup setelahnya.

“Suhu tubuhmu mulai berangsur membaik sekarang” ujarnya setelah menyentuh keningku mungkin untuk memeriksa suhu tubuhku yang sejak tadi terasa sangat dingin.

“Permisi uisanim…” suara seorang yeoja menyapanya yang langsung membuatnya melepaskan genggamannya ditanganku.
“Ini jatah makan siang pasien, uisanim” lanjutnya dan terdengar sebuah benda tergeletak diatas nakas tepat disebelah ranjangku.

“Gamsahamnida ajhumma…” ucapan terima kasih yang diucapkan Cheonsa membuatku sedikit mengintip pergerakannya.

Sepertinya sudah saatnya aku mulai membuka mataku, berpura-pura baru sadar dari pingsan yang aku alami. Kubuka mataku perlahan kulihat ia mulai panik mendekatiku.

“Aku ada dimana sekarang?” tanyaku berpura-pura bingung namun dihadiahi senyum simpul darinya.

“Kau sedang ada dirumah sakit sekarang” jawabnya lembut.
“Oh ya… berhubung kau sudah siuman dan makan siangmu sudah diantarkan kemari sebaiknya kau makan dulu sebelum ahirnya kau jatuh sakit lagi” lanjutnya yang mulai beranjak membuatku langsung duduk dan dengan cepat menarik pergelangan tangannya.

Menariknya agar lebih mendekat kearahku, wajahnya terlihat sangat kaget dengan perlakuanku.

“A… apa yang kau lakukan? Lepaskan… aku akan siapkan makan siangmu agar…”

CHU~~~

Kata-katanya terputus seketika karena aku berusaha membungkamnya dengan cara mendaratkan bibirku kepermukaan bibirnya. Tubuhnya hampir saja terjatuh mungkin karena terlalu  kaget dengan perlakuanku yang begitu tiba-tiba. Dengan segera kutahan pinggang rampingnya dengan salah satu tanganku sedangkan tangan yang satunya masih menggenggam erat pergelangan tangannya.

DONGHAE side end

CHEONSA side

Hampir saja aku terjatuh karena kaget dengan perlakuannya. Beruntung tangan kekarnya berhasil menahan beban tubuhku yang hampir saja terjatuh. Aku mulai memejamkan kedua mataku menikmati setiap perlakuannya dan lumatan-lumatan kecil yang ia lakukan dipermukaan bibirku. Itu cukup membuat jantungku bekerja melampaui batas maksimalnya, mungkin saja jantungku bisa copot dari tempat bergantungnya atas perbuatan Donghae yang tiba-tiba ini. Tanpa sadar aku mulai membalas ciumannya, melampiaskan kerinduanku padanya yang tertahan beberapa hari ini karena harus berusaha menghindarinya. Sekarang bukan hanya sekedar lumatan kecil yang saling berbalas yang kami lakukan, ciuman kami semakin lama semakin memanas. Dapat kurasakan emosi kami yang begitu menguar memepengaruhi kegiatan yang sedang kami lakukan mungkin karena sama-sama menyiksa hati untuk sekedar menahan perasaan satu sama lain yang sulit untuk kami ungkapkan. Kami melakukannya cukup lama, hingga ahirnya aku terpaksa mendorong tubuhnya menjauh setelah kurasakan aku mulai kekurangan oksigen dan mengingat seseorang.

Maafkan aku Joong Ki oppa, aku sudah menghianatimu. Tapi apa dayaku jika perasaan ini yang sudah berbicara, sulit bagiku untuk terus membohongi perasaanku sendiri. Aku tidak bisa melukaimu, namun dilain pihak aku juga tidak bisa mengacuhkan apalagi menghindar darinya, Lee Donghae…

Aku selalu kehilangan arah setiap kali berusaha menentukan perasaanku terhadapmu, aku bahkan selalu tersesat saat berusaha menuju tempat keberadaanmu. Berbeda halnya dengan Donghae, sejauh apapun daya dan upayaku untuk mengalihkan perhatianku darinya semuanya tetap akan berujung dengan sebuah pertemuan. Tuhan seolah terus berusaha mempertemukan kami dengan berbagai cara yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

CHEONSA side end

DONGHAE side

Cheonsa mulai menjauhkan jarak kami, menghentikan hasratku yang masih meluap untuk tetap melakukannya. Terlalu, bahkan begitu, aku begitu merindukannya. Jadi hal yang wajar bukan jika aku menuntun hal yang lebih padanya. Aku tersenyum simpul memperhatikan pipi chubby nya yang merah merona, memperhatikannya yang mulai mengambil napas panjang. Wajahnya jadi bertambah cantik didalam penglihatanku.

Aku kembali meraih pinggangnya lagi, agar jarak kami tak terpisahkan lagi. Ia menatapku dengan mimic wajahh kagetnya yang terlihat begitu menggemaskan.

“Saranghae… nan jeongmal saranghaeyo Han…” lirihku dengan menunjukkan tatapan eye smileku padanya membuatnya menyipitkan mata dan memperlihatkan kerutan kecil di keningnya.
“Kau harus mendengarkan perkataanku dengan baik Han… karena aku tidak akan mengulangi ucapanku lagi…” kataku penuh dengan penekanan kemudian sebelah tanganku mengesampingkan rambutnya yang menutupi daun telinganya membuatnya sedikit terkesiap.
“Saranghae… nan jeongmal saranghae Han Cheonsa… malaikat pelindungku… apapun yang terjadi dikemudian hari aku hanya akan mencintaimu, esok, lusa dan seterusnya juga selamanya… aku hanya akan mencintaimu… sesulit apapun cobaan yang akan kita jalani nantinya kumohon kau tetap mempercayaiku dan hanya menatapku… aku akan menyelesaikan semua rintangan dihadapan kita yang terus berusaha menghalangi kita, agar kelak kita bisa bersama, menyambut kebahagian kita bersama, dan hidup dengan baik bersama sesuai impianmu… impian kecil kita… aku akan menemanimu, menjagamu, melindungimu, hanya mencintaimu seorang, hidup dengan penuh kebahagian, kesederhanaan dan menjauh dari hirup pikuk yang begitu memusingkan… memiliki keluarga kecil yang bahagia hingga waktu kelak yang akan memisahkan… apa kau mau menungguku dan tetap mempercayaiku Han???” dia tetap menatap mataku dengan sendu, bibir mungil seolah terkunci tak mampu berkata-kata.

CHU~~~

“Arrayo… meskipun kau tak ada dalam memoriku, tapi hatiku takkan mungkin berbohong bukan? Kau pasti merupakan seorang yang begitu berarti bagiku… aku tak mengingat setiap perkataanmu dengan baik tapi… setiap ucapanmu begitu familiar bagiku… aku… aku akan berusaha untuk mempercayaimu, menunggumu, mempercayai hatiku… hati yang selalu mengatakan bahwa aku… juga mencintaimu Lee Donghae… nado… nado saranghaeyo Lee Donghae” ucapnya perlahan setelah mengejutkanku dengan ciuman singkatnya.

Tanpa banyak bicara lagi langsung saja kutarik tubuh mungilnya kedalam dekapanku, kubiarkan ia mengarkan setiap detak jantungku yang akan terus berdetak menyuarakan namanya disetiap detaknya dan disetiap aliran darahku juga hembusan napasku. Han Cheonsa… hanya nama itu yang akan terus ada dikehidupanku. Meskipun kelak orang lain yang berada disisiku, aku berjanji pada diriku, aku berjanji atas hidupku hanya Cheonsa yang akan terus memenuhi memori dan seluruh ruang dihatiku.

DONGHAE side end

EUNHYUK side

Sedari tadi aku terus memperhatikan percakapan kedua anak manusia itu, alasanku untuk keluar hanya untuk memberikan kalian waktu untuk lebih leluasa mengutarakan perasaan kalian berdua yang sama-sama kalian redam.

Donghae-ya, Cheonsa-ya… aku juga akan berjanji, aku akan berusaha mempersatukan kalian secepatnya. Rasa sakit yang kalian rasakan juga menyakitiku jika harus menyaksikan kebahagiaan kalian yang terus saja terhalangi oleh pihak lain.

Sesulit apapun itu, aku berjanji aku akan membantu kalian untuk kembali bersatu.

“Khususnya untukmu Hae-ya… sesak rasanya harus melihatmu seperti orang yang kehabisan oksigen kehidupanmu karena harus terpisah dari Cheonsa dan harus menghadapi cobaan beratmu seorang diri… berbagilah, bagikan juga beban itu dipundakku… agar setidaknya kau tidak terlalu tersakiti seperti sekarang ini… bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kita teman baik… kau couple terbaikku Hae-ya… maka dari itu bagilah beban beratmu padaku, kita pikul semua kesulitanmu bersama-sama” gumamku dengan gummy smile kebangganku.

EUNHYUK side end

ONE WEEK LATER

CHEONSA side

Sejak kejadian dirumah sakit waktu itu dan sekeluarnya Donghae dari rumah sakit kami selalu meluangkan waktu kami untuk bertemu diluar tak jarang juga kami bertemu dirooftop tempat favorit kami meski dengan cara sembunyi-sembunyi dan menggunakan berbagai macam alasan agar semua orang tak mencurigai kami terutama Kyuhyun dan Joong Ki oppa.

Tak jarang juga Eunhyuk oppa membantuku membuat alasan pergi keluar bersamanya, jika kurasakan Kyuhyun oppa yang mulai menatapku dengan penuh rasa curiga.

Hari-hariku belakangan ini selalu dipenuhi dengan kenangan-kenangan indah yang Donghae tanamkan dimemori otakku. Contohnya saja seperti semalam, aku yang diantarkan oleh Eunhyuk oppa dipukul 2 malam keluar dengan alasan panggilan pasien. Kami bertemu dan menjalani kencan romantis yang sudah ia persiapkan sendiri tanpa ku ketahui di suatu tempat ditepi danau.

Aku benar-benar terkejut ketika mendapati sebuah meja bundar lengkap dengan sepasang kursi yang saling berhadapan lengkap dengan dekorasi diatasnya. Lilin yang apinya menari-nari seirama dengan tiupan angin malam yang terasa hangat oleh suasana romantis yang tercipta malam itu. Ditambah lagi kemunculannya dari balik punggungku dengan sebuket baby breath kesukaanku dan lagu “Y” yang ia nyanyikan dengan suara merdunya tepat dihadapanku lengkap dengan musik yang terus mengalun mengiringinya.

Ia berlutut dihadapanku mengulurkan tangannya kearahku, memintaku untuk segera menyambut uluran tangannya dan mulai berdansa mengikuti irama. Sesekali aku terkekeh geli karena kupikir berdansa dengan alunan lagu “Y” rasanya kurang pas malah kupikir seharusnya lagu “Lovely Day ver. Acapela” jauh lebih baik, tapi berhubung Donghae yang ada dihadapanku terlihat begitu antusias jadi kurasa tak masalah jika tetap mengikuti setiap gerakannya. Setelah lelah berdansa kami memulai dinner romantic yang sudah ia persiapkan dengan sangat matang, kami berdua menyantap hidangan dengan perbincangan hangat malam itu tak jarang kami saling tertawa mendengar lelucon yang terus saja ia lontarkan untuk menghiburku bahkan tak jarang ia melancarkan kalimat-kalimat picisannya yang menurutku sangat romantis meskipun dengan kadar yang terlalu berlebih darinya tapi hal itu mampu membuatku benar-benar melambung dibuatnya.

Dan sampai pagi ini kenakangan manis yang ia ciptakan untukku masih begitu terasa hangat diingatanku. Menyisak efek gila yang berdampak besar untuk tingkat kewarasanku.

“Yaa… berhentilah senyum-senyum sendiri han agashi” jeritan oppaku Kyuhyun saat mendapatiku yang tengah senyum-senyum aneh saat kami semua asik menyantap sarapan kami dimeja makan.

“Eonni-ya, gwenchana???” tanya Nana yang mulai khawatir memperhatikan sikap anehku sambil meletakkan punggung tangannya dikeningku.

“Waeyo? Nan gwenchana…” balasku yang tak terima dianggap aneh oleh dua mahluk menyebalkan dihadapanku ini.

“…Pagi ini salah satu personil dari boyband kenamaan Korea akan melakukan konfrensi pers untuk menyatakan tanggal pernikahannya yang telah ditetapkannya bersama calon mempelai wanitanya…” aku sedikit berpaling menatap layar datar yang kini tengah menayangkan pemberitaan livenya sambil terus mengunyah sandwich lezatku.

“…semua yang ada diruang ini sudah tidak sabar menantikan kabar baik yang akan segera disampaikan oleh yang bersangkutan. Kalian saat ini pastinya sedang bertanya-tanya bukan siapa orang yang sudah mengundang seluruh wartawan dari berbagai surat kabar dan media televisi penyiaran, baik dalam negeri maupun luar negeri ini” entah mengapa mengapa aku begitu antusias memperhatikan pemberitaan tersebut tak seperti biasanya.

Memang setiap paginya Nana selalu menghidupkan televisi dipagi hari bahkan disaat kami tengah asik menyantap sarapan pagi. Tapi entahlah kali ini aku seperti terhipnotis untuk terus memperhatikan layar datar yang jarang sekali kupedulikan saat sedang menyala.

“…nah itu dia orang yang sudah kita tunggu-tunggu sedari tadi untuk langsung kita dengar penuturannya secara langsung. Lee Donghae, salah seorang member  Super Junior yang akan segera mengumumkan rencana pernikahannya pada public pagi ini…”

PRAAAANG~~

Suara pecahan gelasku yang berhasil lolos begitu saja dari genggamanku pagi ini mengalihkan pandangan Kyuhyun oppa dan Nana yang tak kalah kagetnya setelah mendapati wajahnya, wajah seorang Lee Donghae terpampang jelas disana.

Kubekap dengan erat mulutku saking tak percaya memperhatikan wajahnya dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya yang terus terkena kilatan lampu kamera. Ia duduk didepan puluhan media massa dan kamera yang tak henti-hentinya menyorot wajah tampannya yang baru semalam menghabiskan waktunya bersamaku.

Mataku memanas menatap wajahnya yang berusaha tersenyum didepan kamera, dia duduk didampingi managernya dan Sooman ajhussi. Dan ada satu bangku kosong tepat disebelahnya membuatku tetap bertahan untuk menyaksikan kemungkinan-kemungkinan gila yang sepertinya hanya dalam hitungan deting saja akan mulai meporak porandakan seluruh kekuatan dan pertahanan yang kumiliki.

“Nana-ya, sebaiknya kau matikan saja tv itu…” perintah Kyuhyun oppa ketus pada Nana yang sudah hendak bangkit dari duduknya namun segera kucegah.

“Bisa kau biarkan aku mendengarkan pemberitaan itu?” pintaku pada Nana yang ahirnya membuatnya kembali duduk ditempatnya dan membuat Kyuhyun oppa mendelik sebal kepadaku.

“Kau babo Cheonsa-ya? Untuk apa kau…” ucapannya terputus setelah aku berhasil menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Bukankah oppa sudah mengetahui tentang semua ini? Apa oppa juga berencana untuk menyembunyikannya dariku? Sebesar apapun usaha yang kalian lakukan untuk menyembunyikan kenyataan ini dariku bukankah kelak aku tetap akan mengetahuinya? Justru jika aku baru mengetahuinya dikemudian hari bukankah itu akan jauh lebih menyakitkan lagi? Aku memang tak mengetahui apapun yang terjadi diantara aku dan Donghae tapi tak bisakah kalian terus berusaha membodohiku?” pertanyaan-pertanyaan bodoh itu ahirnya berhasil kulontarkan dengan susah payah padanya setelah dengan susah payah kupendam agar tak meledak setiap kali ia berusaha menjauhkanku dengan Donghae.

***

Aku berhasil melarikan diriku menjauh dari apartemen dan meninggalkan oppaku yang tadi sempat berusaha mengejarku. Duduk disebuah bangku taman yang sedikit jauh dari lalu lalang orang-orang yang tengah menghabiskan waktunya ditaman ini. Sedari tadi air mataku hanya mengambang tak dapat menguar, rasanya tertahan sulit untuk ku keluarkan menyebabkan sesak yang teramat sangat didadaku.

TES~~

Setetes air jatuh diatas punggung tanganku yang mencengkeram lututku dengan kuat. Kutengadahkan kepalaku menatap langit yang mulai dipenuhi awan kelabu.

TES~~

Sekali air dari langit itu jatuh tepat dipipi kiriku.

“Apakah langit juga ikut merasakan kesedihanku?” gumamku perlahan dan hanya dalam hitungan jari saja langit pagi ini benar-benar menumpahkan dan membanjiriku dengan air matanya.

Dihadapanku saat ini yang masih setia bermandikan hujan banyak orang berlarian kesana kemari mencari tempat untuk berteduh. Kuputuskan untuk bangkit dari dudukku dan berjalan gontai tak tau arah tujuan hanya mengikuti arah kaki membawaku.

Kini aku berhenti dihadapan dua pohon maple besar yang saling berdampingan yang letaknya tak jauh dari taman yang tadi kukunjungi. Kaki ini membawaku semakin mendekat kesalah satu pohon disisi kiriku. Kuperhatikan dahannya yang begitu kokoh, kurasa pohon ini usianya jauh lebih tua dibandingkan usiaku saat ini. Aku berjongkok dibawah pohon yang dedaunannya begitu rimbun jadi bisa kugunakan sebagai tempat berteduhku.

“Aku ingin seperti dua pohon yang berdiri kokoh ini…” gumamku cairan bending yang sedari kutahan dengan penuh kekuatan sekarang sudah benar-benar luruh, aku sudah tak kuasa menahannya terus menerus.

“…aku ingin seperti mereka yang bisa hidup saling berdampingan sampai usia tua… sampai massa yang kelak memisahkan mereka… sama seperti janji yang kau ucapkan padaku tempo hari… akupun ingin kita bisa terus bersama selamanya… setidaknya bantu aku… temani aku untuk sama-sama berdiri dengan kokoh melawan angin topan yang berusaha merobohkan kita… bukan seperti sekarang… aku sendiri Lee Donghae… sendiri… apa kau pikir dengan membiarkanku sendiri aku mampu berdiri dengan kokoh seperti pohon ini… kau memintaku untuk terus percaya dan menatapmu… apa kau memintaku menatapmu bersama yeoja selain aku… aku bisa apa sekarang… aku harus bagaimana tanpamu Lee Donghae… kumohon jangan seperti ini, jangan membiarkanku bertahan sendiri…” tangisku benar-benar pecah sekarang.

Kusembunyikan wajahku pada lutut yang saat ini tengah kupeluk dengan erat. Menyembunyikan kepura-puraanku yang berusaha terlihat tegar dibalik kesakitan dan kebodohanku ditemani rintik hujan yang justru semakin lama semakin deras.

CHEONSA side end

 

Categories: Fanfiction | Tag: , , | 1 Komentar

Never Turned Away Part_4


page

 

_____________________________________________________________

Cast: Lee Donghae, Han Cheonsa, Song Joong Ki

Other Cast: Member Super Junior, Han Nana, Song Hyura, Son Eun Seo, Cho family

Genre: Romance, Sad, Family, Frienship, Comedy

_____________________________________________________________

 

♥ Kau hanya sebuah memori bagiku, jadi tolong biarkan aku menyimpanmu dalam hati seperti ini saja…♥

 

DONGHAE side

Kaget rasanya saat aku harus melihatnya yang keluar dari kamarnya dengan digendong oleh Kyuhyun dibalik punggungnya. Apa kakinya masih sakit pikirku yang kembali menghawatirkannya.

“Oppa… aku duduk disini saja” serunya memerintah Kyu untuk menurunkannya dikursi tepat disebelahku.

Kyuhyun sempat menatapku dengan tatapan ‘jangan mencari kesempatan untuk mengganggu dongsaengku hyung’ seperti itulah kurang lebihnya. Dia tersenyum dengan amat manis kepadaku saat ia sudah duduk dengan nyaman dikursinya. Langsung kualihkan saja pandanganku sebelum terjadi perang dingin saat makan malam kami sedang berlangsung. Malam ini kami semua memang sengaja berkumpul diapartemen Kyuhyun dan Cheonsa sesuai ide Leeteuk hyung untuk melakukan pesta kecil penyambutan Cheonsa yang sudah kembali ke apartemennya setelah kecelakaannya waktu itu yang sama sekali tak ingin kuingat lagi. Karena dengan mengingatnya, hal itu berhasil membuatku merasa sangat bersalah pada yeoja yang paling kucintai setelah eommaku ini.

“Cheonsa-ya, apakah kakimu masih terasa sakit?” tanya Shindong hyung tiba-tiba.

“Ooh… sebenarnya… kakiku sudah tidak sakit, aku hanya lagi malas jalan makanya aku minta digendong oppa” jawabnya polos yang langsung membuat semuanya tertawa lepas mendengar penuturannya tapi lain halnya dengan Kyuhyun yang langsung mendelik kesal bahkan aku sampai harus menahan tawaku dan tersenyum samar melihat aksinya.

“Aigoo… untung saja titlemu itu dongsaengku… kalau bukan sudah kupastikan kau tidak akan selamat Han Cheonsa” ujar Kyuhyun sengit yang langsung mendapatkan juluran lidah dari Cheonsa yang terlihat seperti anak kecil.
“Dasar dongsaeng kurang ajar” jerit Kyu kesal sambil mengacak rambut tapi justru malah membuat semuanya tertawa senang menyaksikannya.
“Awas kau…” ancamnya pada yeoja disampingku yang masih tertawa riang karena kemenangannya.

***

@ROOFTOP

“Ehemm…” suara seorang yeoja berdeham cukup mnegejutkanku, membuatku harus memabalikkan badan untuk melihat siempunya suara yang tenyata adalah Cheonsa.
“Mianhae… apa aku mengganggumu?” tanyanya mendekatiku.

“Ooh… a… aniya” jawabku terbata tak percaya bahwa dia kembali ketempat ini lagi tepat saat aku sedang berada disini.

“Apa ini tempat favoritmu?” tanyanya lagi yang lansung duduk disebelahku sambil matanya tak henti memperhatikan bintang-bintang yang berbinar menghiasi langit malam.

“Ne…” jawaban singkat dariku yang tengah sibuk terfokus memperhatikan setiap gerak geriknya mumpung ia ada didekatku seperti saat ini.

“Kata oppa… ini adalah tempat favoritku sejak aku mulai menjadi penghuni tetap di apartemen ini. Bangku ini… bangku yang khusus diletakkan disini untukku yang selalu ingin menikmati malam hariku menatap langit yang dipenuhi bintang… apa benar begitu? Lalu jika tempat ini juga tempat favoritmu… apa kita sering bertemu disini?” aku cukup terkejut dengan pertanyaannya ini, aku mulai gugup dan bingung tak tau harus memberinya jawaban seperti apa.

“Kau tidak perlu bersikap setegang itu, aku hanya sekedar bertanya. Lagi pula jika kau tidak bisa memberikanku jawaban juga tidak apa-apa. Aku pasti akan mengingat semua dengan sendirinya kelak” ujarnya buru-buru, mungkin karena menyaksikan ekspresi bingungku yang tampak dengan jelas.

DONGHAE side end

CHEONSA side

Aku kembali bangkit dari dudukku dan mendekati tembok pembatas yang tingginya hampir setinggi dadaku, dari sini aku dapat menyaksikan keadaan kota yang amat sangat gemerlap dimalam hari. Tempat ini begitu indah, aku merasa sangat nyaman berada disini terlebih lagi karena keberadaannya disini. Ia cukup menarik perhatianku setelah kejadian tadi siang, apalagi tatapan matanya yang seolah mampu menyihirku membuatku kecanduan untuk terus memperhatikan matanya yang teduh itu.

“Apa kau sering mengahabiskan waktumu disi…” pertanyaanku terhenti saat kurasakan dua buah tangan kekar mendekap tubuhku dengan sangat erat dari belakang.

Tubuhku menegang seketika karena perlakuannya yang begitu tiba-tiba, seharusnya aku berusaha menolak dekapannya tapi… entah mengapa hati kecilku merasa sangat senang dan seolah merindukan perlakuannya ini. Padahal aku tak mengingatnya.

“Lima menit saja… kumohon berikan aku waktu lima menit untuk tetap seperti ini” pintanya yang langsung membuatku bersikap rileks dalam dekapannya.
“Bogoshipo…” lirihnya tepat ditelingaku lengkap dengan hembusan hangat napasnya yang berhasil membuat darahku berdesir dengan hebohnya.

Apa yang ia lakukan? Kenapa aku hanya diam dengan perlakuannya? Dia merindukanku? Mendengar kata rindu yang ia ucapkan hatiku juga seolah merasakan hal yang sama. Aku juga seperti merindukannya tapi… bukankah aku tak mengenalinya. Jangankan mengenalinya, diriku sendiripun tak ku kenali. Pelukannya begitu terasa hangat dan nyaman, dunia seolah berhenti bergerak. Aku benar-benar merasakan ketenangan berada didekatnya seperti ini.

***

Ia mulai mengendurkan pelukannya hingga sepenuhnya melepaskan tubuhku dari dekapan hangatnya. Ini sudah lebih dari 10 menit, meskipun permintaannya tadi hanya 5 menit tapi sedikitpun aku tak berusaha menghentikannya. Justru sekarang ada sedikit perasaan kecewa karena ia melepaskanku.

“Mianhae… aku terlalu lancang karena sudah berani memelukmu” ucapnya dengan amat sangat lirih namun masih sampai ketelingaku sambil menundukkan wajah tampannya.

“Gwenchana…” balasku yang sudah memperhatikannya dengan seksama.

“Kalau begitu aku permisi” pamitnya yang segera berbalik meninggalkanku.

Entah mengapa melihat punggungnya menjauh dari hadapanku terasa begitu menyakitkan. Hatiku dipenuhi rasa kekecewaan melihatnya meninggalkanku. Aku sama sekali tak rela dia pergi dari hadapanku. Ini benar-benar gila ketika ahirnya tanpa kusadari kaki ini berlari kecil mengejar punggunya yang terus menjauh kemudian menarik tangan kanananya hingga ia berbalik menghadapku. Dan seperti seseorang yang sudah kehilangan kewarasannya aku langsung saja berhambur memeluknya membenamkan wajahku didada bidangnya, memangkas habis jarak diantara kami.

Saat ini aku bisa menghirup aroma tubuhnya yang terasa sangat nyaman berlalu lalang dihidungku. Rasanya begitu menyenangkan bisa mendengar detak jantungnya yang berpacu sama seperti yang aku rasakan saat ini.

“Mianhae… mungkin aku sudah gila karena melakukan hal ini…” kataku yang hampir membuatnya membuka mulut namun langsung kusela.
“Sepertinya aku memang sudah gila… aku sama sekali tak mengenalimu bahkan wajahmu pun sama sekali tak terlintas diingatanku tapi… melihat tatapan dan senyumanmu mampu mebuatku tersihir untuk terus menatapmu… dan… kata rindumu, aku seolah merasakan hal yang sama… aku merasa bahwa aku juga merindukanmu meskipun aku sungguh tak mengenalmu… kemudian… saat kau memelukku tadi… sedikitpun tak ada niat dihatiku untuk mengelaknya, bahkan aku… aku… benar-benar menikmatinya seolah sebuah kebiasaan yang memang… sering kurasakan sebelumnya” ucapku tersendat-sendat karena mulai menangis tanpa alasan yang jelas.
“Sebenarnya kau itu siapa? Apa kau orang yang begitu berarti dihidupku? Kenapa aku jadi bersikap segila ini karenamu? Aku memang hilang ingatan… tapi bagaimana dengan perasaan… perasaanku ini seperti menguak sebuah kebenaran yang sedikitpun tak ku ketahui? Tak bisakah kau menjelaskannya padaku?” rasanya masih ada ribuan pertanyaan yang akan keluar lagi dari bibirku jika saja ia tak berusaha melepaskan pelukanku dan menatapku nanar.

CHEONSA side end

DONGHAE side

Jantungku mungkin hampir saja keluar dari sarangnya karena perlakuan Cheonsa yang begitu tiba-tiba. Menghampiriku, memelukku, kemudian menangis dan menyuarakan berbagai macam pertanyaan yang amat sangat sulit untuk ku jawab.

Kupegangi dengan begitu erat kedua sisi lengannya yang terasa begitu rapuh saat ini, kulepaskan pelukannya perlahan dan kuperhatikan wajahnya dengan seksama. Air matanya terus beranak sungai membasahi pipinya yang semakin tirus sejak terahir kali aku bertemu dengannya untuk menikmati suasana malam di tempat favoritnya ini. Tapi meskipun demikian tak mengurangi kecantikannya sedikitpun.

“Kenapa kau malah jadi memperhatikanku? Cepat jawab pertanyaanku” protesnya karena aku sama sekali tak berusaha menjawab setiap pertanyaannya.

“Cheonsa…” panggilan seseorang mengejutkan aku yang langsung bergerak sedikit menjauh darinya.
“Apa yang kau lakukan disini? Aku mencarimu dari tadi dan ternyata… kau kenapa?” tanya namja yang ternyata Song Joong Ki itu khawatir setelah mendekat kearah Cheonsa dan terkejut melihatnya yang masih tak bisa berhenti menangis.
“Cheonsa-ya, gwencahanayo?” kekhawatirannya terpancar dengan jelas diwajahnya.

“Nan gwenchana oppa… Aawww” jerit kesakitan Cheonsa yang tiba-tiba sambil memegangi kepalanya yang mungkin terasa berdenyut dan.

BRUUKK~

Tubuh ringkih Cheonsa ambruk begitu saja namun beruntung Joong Ki dengan cepat menangkap tubuhnya. Aku berusaha untuk mendekatinya namun tangan Joong Ki dengan cepat menghalangiku.

“Biar aku saja… kau tidak perlu membantunya” perintahnya berhasil membuatku mematung seketika.

Dengan ringannya ia membopong tubuh ringkih itu yang kemudian dibawanya menjauh dari pandanganku. Aku memang sudah seharusnya tak mendekati Cheonsa, harusnya juga aku tak melakukan hal apapun yang akan melukainya. Lagi-lagi aku membuatnya tersakiti.

Babo kau Lee Donghae, babo… babo…

DONGHAE side end

Joong Ki side

Melihat kejadian tadi mebuatku rasanya hampir meledak, aku kesal melihat mereka berpelukan dengan begitu eratnya. Aku takut jika tiba-tiba Cheonsa mengingat semuanya, aku takut jika Donghae berani membuka suara dan kemudian menceritakan kisah mereka, aku takut jika pada akhirnya aku harus berusaha merelakannya kembali kepelukan Donghae. Han Cheonsa, aku ingin hanya aku, hanya ada aku yang akan mengisi seluruh ruang dihatimu, seluruh memori ingatanmu, hanya aku yang boleh mengisi kehidupanmu bukan orang lain terlebih lagi Lee Donghae.

“Awww… kepalaku sakit sekali” rengeknya setelah sadarkan diri.

“Kau jangan bangun dulu, sebaiknya kau istirahat saja, lagi pula ini sudah larut malam sudah waktunya kau untuk istirahat” perintahku berusaha mencegahnya yang berusaha bangun dari posisi tidurnya.

“Tapi…”.

“Ssstt, diamlah dan tidur sekarang biar kondisimu lebih baik lagi besok” aku memintanya untuk diam dan mendengarkan ucapanku, beruntung dia hanya menurut.

Aku berbaring kesamping memperhatikannya disalah satu sisi ranjangnya. Kubenarkan letak selimut yang menutupi tubuhnya, menutupi tubuhnya yang kecil hingga kebatas dada. Dia sedikit menjaga jaraknya dariku hingga akhirnya ia membalikkan badannya berusaha untuk memunggungiku.

“Tidurlah yang nyenyak, agar kondisimu jauh lebih baik lagi besok, jaljayo… aku akan menjaga tidurmu malam ini” ucapan selamat malamku untuknya yang kuahiri dengan mengecup puncak kepalanya kemudian turun dari ranjangnya dan tidur di sofa yang ada di sudut ruangan.

Aku terus memperhatikan tubuh kecil yeoja yang begitu kucintai itu terbungkus selimut tebalnya. Sedikitpun tubuhnya tak bergerak barang sedikit saja, rasanya kesal melihat sikapnya yang seperti itu tapi aku mencintainya.

“Jaljayo… have a nice dream” dia mengucapkan selamat malam untukku membuat senyumku terkembang seketika, kupikir dia mengacuhkanku.

“Gomawo…” ucapku senang.

JOONG KI side end

CHEONSA side

Aku baru saja selesai mandi dan sudah bersiap untuk memulai aktivitasku hari ini. Ku dekati tubuhnya yang masih terjaga disofa lengakp dengan selimut tebal yang kuambil dari dalam lemari dan kupakaikan ditubuhnya semalam saat dia sudah mulai terlelap.

Mianhae… jeongmal mianhae, aku tau aku sudah bodoh karena berbuat gila seperti semalam. Aku tau bahwa aku sudah memiliki namjachingu yaitu kau tapi aku justru malah berpelukan dengan namja lain semalam. Meskipun tak sepenuhnya yakin, kau pasti semalam melihat kejadian itu kan.

Aku merasa bersalah karena telah menghianatimu, aku memang seperti orang gila semalam karena sudah nekad memeluk namja itu tanpa pikir panjang. Tapi… aku sendiri juga tidak mengerti kenapa aku bisa melakukannya. Gomawo, karena kau tidak memarahiku atas perbuatanku. Kukecup keningnya sekilas membuat tubuhnya menggeliat dibalik selimut tebal yang menghangatkannya dan langsung membuka matanya kemudian tersenyum manis kepadaku membuatku terkejut setengah mati.

“Apa yang barusan itu morning kiss darimu?” tanyanya seketika yang langsung membuatku berlari keluar kamar karena saking malu.

BRAAAKK~~

Kututup pintu kamarku dengan sangat kasar.

“Omo… apa yang aku lakukan. Ahh… bodohnya diriku” ocehku sambil mengacak rambutku yang belum sepenuhnya kering.

CHEONSA side end

JOONG KI side

Aku langsung bangun dari tempatku berbaring tersenyum sendiri memperhatikan selimut yang ku kenakan kemudian mulai tertawa terbahak-bahak.

“Yaa… berhenti menertawaiku dan cepat cuci mukamu” teriaknya dari luar kamar tak bisa menghentikanku untuk tidak menertawainya.

***

Aku sudah mandi dan mengganti pakaianku dengan pakaian yang sudah disiapkannhya diatas tempat tidur tadi. Aku tidak tau ini baju siapa, mungkin saja ini baju milik oppanya Kyuhyun. Saat aku keluar dari kamar kudapati ia tengah menikmati sarapan paginya bersama Kyuhyun, Siwon dan Nana sepupunya.

“Ooh, untung baju itu muat untukmu hyung” seru Kyuhyun saat melihatku.

“Good morning all” sapaku kepada semua yang ada dimeja makan dan duduk disebelah Cheonsa yang langsung meneguk jusnya dengan wajah gugup.

“Bagaimana tidurmu semalam? Kau tidak ditendang keluar ternyata oleh agashi galak ini” tanya Siwon menyindir Cheonsa yang langsung melemparnya dengan buah jeruk beruntung aku bisa cepat menahan tangannya.

“Tuan putri… kau tidak boleh melempar-lempar makanan seperti itu, itu tidak baik cantik” kataku dengan jarak wajah yang amat sangat dekat membuatnya sukses membulatkan mata dan menggambarkan semburat kemerahan dipipinya.

JOONG KI side end

DONGHAE side

Semalaman aku kesulitan memejamkan mata, aku benar-benar tak tidur sedikitpun padahal hari ini jadwalku sangat padat. Kilasan kejadian semalam bersama Cheonsa terus saja terngiang memenuhi ruang di kepalaku.

Seandainya semalam Joong Ki tidak datang diantara kami, mungkin itu merupakan kesempatan terbaikku untuk menyampaikan semua kebenaran yang terus saja mereka tutup-tutupi darinya. Aku sadar jika aku tetap nekad menceritakan semuanya pada Cheonsa akan memberikan dampak yang buruk bagi wanitaku itu.

Tapi jika semuanya terus ditutup-tutupi seperti ini dan memberikan ingatan palsu padanya bukankah itu akan menyakitinya jika ingatannya sudah pulih nanti. Bukankah Cheonsa akan jauh lebih terluka lagi setelahnya.

Mereka sama sekali tidak menyadari bukan hanya Cheonsa yang akan terluka, tapi aku, bahkan Joong Ki pun akan terluka kelak jika semua kebenaran yang mereka tutupi terkuak.

Ingin rasanaya kularikan Cheonsa kesuatu tempat tanpa ada seorangpun yang mengetahui keberadaan kami tapi itu hanya tindakan bodoh untuk seorang pengecut. Meskipun yang kuhadapi saat ini begitu menyakitkan, setidaknya aku tetap menunjukkan bahwa aku Lee Donghae yang kuat dan bertanggung jawab bukannya Lee Donghae yang cengeng yang selalu bersikap kekanak-kanakan seperti anggapan kebanyakan orang.

***

“Hyung aku berangkat dulu” pamitku pada kedua hyungku yang masih duduk santai didepan televisi menyaksikan acara infotaimen tak penting yang selalu berhasil menyita perhatian mereka Heechul dan Kangin hyung.

“Hemm ne” jawab keduanya kompak tanpa mengalihkan pandangannya dari layar datar itu, ingin rasanya kucabut kabel yang terhubung kealiran listrik tapi kuurungkan niatku karena itu akan berahir dengan serangan bertubi-tubi dari keduanya untukku.

“Hyung… hati-hati dijalan” seru Ryeowook dari dapur.

“Nee…” jawabku singkat sambil mengganti sandal rumahku dengan sepatu putihku pagi ini dan segera berhambur keluar.

CKLEEKK~~

“Anyeong Hae-ya…” sapa Joong Ki yang diikuti dengan senyum lemah dari Cheonsa untukku yang kebetulan berpapasan didepan pintu dengan keduanya.

“Ooh… anyeong” balasku.

***

Berada dilift yang sama dengan mereka tak satupun dari kami membuka suara suasana didalam lift benar-benar hening. Aku berdiri tepat dibelakang mereka yang berdiri didepan pintu lift. Rasanya panas melihat tangan mungil itu, tangan yang bias bergelayut manja padaku kini tengah bertautan dengan namja lain. Beruntung aku bisa menahan keinginanku untuk langsung merebutnya dan membawanya kembali kepelukanku saat ini juga.

TIIING~~

Suara lift berhenti dan terbuka dilantai dasar.

“Kami duluan ya Hae-ya, sampai jumpa lagi” pamit Joong Ki sopan kepadaku dan Cheonsa, sedikitpun ia tak menatapku.

Aku hanya tersenyum getir menyaksikannya berlalu dengan tangan yang masih terus bertautan erat dengan tangan Joong Ki.

“Jika aku memintamu untuk tidak pergi, apa kau akan tetap berada disisiku?” gumamku perlahan melihat punggungnya yang sudah menghilang dari pandanganku, mataku mulai buram dan tanpa terasa cairan bening itu menguar kepermukaan dan berhasil lolos melintasi pipiku.

DONGHAE side end

CHEONSA side

Jika aku bisa memilih, mungkin aku akan jauh lebih nyaman jika harus menautkan jemariku ditangannya, ditangan Lee Donghae. Dadaku benar-benar sesak harus terus bersikap dingin seperti ini kepadanya. Maafkan aku, aku bersikap seperti ini hanya agar aku tak keluar dari batas yang seharusnya kutempati. Aku tidak ingin melukai perasaan Joong Ki oppa terlebih lagi perasaanmu. Biarkan aku yang terluka, asalkan kalian tidak ikut terluka karena kebodohanku, kebodohan karena aku tak bisa menetapkan hatiku.

CHEONSA side end

 

 

 

– TBC –

Categories: Fanfiction | Tag: , , , | 2 Komentar

Never Turned Away Part_2


page

_____________________________________________________________

Cast: Lee Donghae, Han Cheonsa, Song Joong Ki

Other Cast: Member Super Junior, Han Nana, Song Hyura, Son Eun Seo, Cho family

Genre: Romance, Sad, Family, Frienship, Comedy

_____________________________________________________________

Apartement Lantai 11

 

Dia (Lee Donghae) menggenggam tanganku dengan begitu eratnya bahkan perlakuannya mampu membuat kedua mataku tak berhenti memandangi tangan kami yang saling bertautan dan punggungnya secara bergantian.

Mungkin jika bisa ku ibaratkan saat ini hatiku seolah kembali seperti seorang yeoja dengan usia belia yang baru pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta dengan segala perbuatannya, kami berniat kembali kekamar kami masing-masing sekarang untuk beristirahat. Habisnya jika terlalu berlama diluar rasanya aku bisa mati muda karena Hypothermia.

“Auww, appo oppa” sungutku kesal sambil mengusap keningku yang terasa sedikit ngilu karena Donghae oppa berhenti mendadak membuatku berhasil menabrak punggungnya yang terbilang kekar itu.

“Yaa, kau kemana saja. Aku menunggumu sejak tadi disini. Dan… siapa dia?” suara dengan nada menginterupsi seorang yeoja yang membuatku penasaran dan berusaha mengintip dari balik punggung Donghae oppa.

Untuk kali keduanya ini wajah yeoja itu dengan serta merta mampu membuatku terkejut setengah mati, kulihat hal yang sama juga terjadi padanya.

“Ooh, an… anyeong haseyo Han Cheonsa agashi, bangapseumnida…” sapanya sambil tersenyum dan sedikit membungkuk kepadaku.

Belum sempat kubalas sapaannya Donghae oppa langsung melepaskan tautan tangan kami dan bergegas menghampirinya Son Eun Seo. Yeoja itu kelihatan begitu terkejut dengan reaksi Donghae oppa yang menghampirinya yang masih berdiri tepat didepan pintu dorm oppadeul SuJu, tampak jelas mimik ketakutan diwajahnya.

“Yaak, kenapa kau masih berani-beraninya menampakkan wajahmu dihadapanku setelah apa yang kau lakukan padaku, menghancurkan segala yang ada padaku? Melakukan tuduhan yang menyakiti orang-orang terdekatku, orang-orang yang sangat berarti dihidupku” bentak Donghae oppa yang diahiri pukulannya pada pintu dorm dilantai 11.

BRAAAAKK~~

Pukulannya yang cukup keras itu mampu membuat yeoja itu ketakutan bahkan akupun sedikit terlonjak merasa takut karena baru kali ini aku melihatnya benar-benar marah seperti itu.

Aku tak berani mendekat barang selangkah saja, kulihat yeoja itu mencari sesuatu dari dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop putih yang berisikan seperti sebuah surat didalamnya. Dengan mata yang berkaca-kaca dan tangan yang gemetaran karena takut dia berusaha menunjukkan isi surat itu pada Donghae oppa yang langsung diterimanya dengan kasar.

“Apa ini eoh???” tanya nya kesal sambil menunjukkan amplop putih itu kedepan wajah Eun Seo.

“Itu… itu surat keterangan dokter… Kau tau… aku… aku HAMIL, aku sedang mengandung anakmu LEE DONGHAE…!!!”.

Kakiku terasa lemas sekarang, aku mulai kehilangan tulang penyanggaku saat ini, bagai tersambar petir kata-kata yeoja itu benar-benar berhasil memporak porandakan perasaanku yang baru saja tenang. Air mataku kembali lolos, aku hampir saja terjatuh hingga sepasang tangan kokoh menahan beban tubuhku yang hampir saja terperosok.

“Op… oppa” kataku sambil terisak ternyata namja yang sudah cukup lama ku kenal, Song Joong Ki temanku dia seorang aktor yang pernah menjadi lawan mainku disebuah drama korea yang sejak saat itu membuat kami jadi semakin dekat satu sama lain.

Donghae oppa yang sadar akan reaksiku sontak berbalik menghampiriku yang sudah kehilangan kekuatan meski hanya untuk berdiri. Aku langsung menepis tangannya yang berusaha membantuku berdiri.

“Jangan menyentuhku… jauhkan tanganmu dariku sekarang juga… jika sudah seperti ini… bagaimana aku harus bersikap terhadapmu eoh? bagaimana aku… bisa bertahan disisimu sepeti permintaanmu sebelumnya jika semenyakitkan seperti ini kenyataan yang harus kuterima? Pergilah… mungkin benar kita memang tak ditakdirkan bersama, jadi pergilah!” hanya itu yang bisa kuucapkan rasanya terlalu pahit dan sulit sekali untuk ku keluar dari mulut ini.

“Cheonsa-ya…” katanya lagi berusaha kembali membantuku dan sekali lagi kutepis dengan kasar seraya berusaha bangkit dengan bantuan Joong Ki oppa yang masih menatap kami bingung.

“Kumohon pergi… PERGIIIIIIIIII…!!!” bentakku dengan sisa kekuatan yang masih ada.

Yang dapat kulakukan saat ini hanyalah mulai berlari sekuat tenagaku menjauh menuju lift, aku sadar satu hal sama sekali dia (Lee Donghae)  tak bergerak dan berusaha mengejarku  justru malah Joong Ki oppa yang berusaha mengejarku namun terlambat dengan segera aku menutup pintu lift yang terbuka disaat yang tepat.

Pintu lift terbuka dilantai dasar tak sampai lima menit, tanpa pikir panjang aku langsung mencoba berlari keluar dan menjauh dari bangunan apartement ini sekarang juga. Kudengar suara Joong Ki oppa yang berhasil menyusulku melalui tangga darurat dipintu keluar aku sempat berpapasan dengan Kyuhyun oppa, dan beberapa teman segrupnya.

Yesung, Ryeowook, Sungmin dan Henry oppa yang melihatku langsung berlari mengejarku memanggil namaku  tapi tak ku indahkan panggilan mereka aku terus berusaha menjauh dan malah berusaha menyeberangi jalanan untuk menghindari mereka yang berusaha menghentikanku.

Kulirik sekilas lampu lalu lintas masih hijau lalu kuputuskan untuk berlari keseberang jalan namun sayang sebuah mobil melintas bertepatan saat aku menyeberang. Aku sama sekali tidak bisa menghindar.

Yang terakhir ku dengar hanya teriakan mereka yang tak jelas dan cahaya yang menyilaukan dihadapanku kemudian sebuah benda besar yang menghantam tubuhku dengan sangat kuat.

SEOUL HOSPITAL
JOONG KI side

Sejak kejadian malam itu, kurang lebih dua pekan sudah ia belum juga berkeinginan untuk membuka matanya. Padahal rencananya aku akan mengajaknya pergi ketempat yang pasti akan membuatnya senang karena aku sudah lama tak menyapanya tapi kejadian itu menggagalkan semuanya.

Dan kini aku hanya bisa menatapinya yang masih terlelap dengan berbagai macam peralatan yang biasa ia gunakan untuk merawat pasien-pasiennya.

“Kau selalu bercerita bagaimana kau merawat pasien-pasienmu dengan alat-alat ini, tapi sekarang malah kau yang harus mengenakannya…” gumamku yang kuyakini dia tak mungkin mendengarnya.

“Mau sampai kapan kau tertidur eoh? Kau itu bukanlah putri tidur seperti di dongeng, kau itu yeoja evil yang selalu berteriak, menari, menyanyi, berlarian kesana kemari mengganggu semua orang yang ada sekitarmu…” lanjutku sambil mempererat genggamanku ditangannya yang terbebas dari infus.

“…kau tau aku begitu merindukanmu, merindukan keceriaanmu, maka dari itu bangunlah, buka matamu… aku berjanji akan membuatmu kembali ceria asalkan kau mau membuka matamu dan juga… hatimu untukku…” kali ini dengan suara lebih lirih diahir kalimatku, kukecup tangannya yang kugenggam tadi seolah putri tidur dihadapanku ini akan terbangun dari tidurnya jika kulakukan hal ini.

Kudengar suara pintu terbuka aku langsung berdiri dan sedikit membungkuk “Aah, anyeong ahjumma” ucapku sopan kepada wanita paruh baya, eomma dari yeoja yang terbaring tak sadarkan diri ini.

“Kau masih disini rupanya, apa kau tidak punya jadwal hari ini?” jawabnya ramah sembari tersenyum kepadaku.

“Ye ahjumma, kebetulan aku sedang tidak ada jadwal jadi kuputuskan untuk menemaninya, jawabku sembari membalas senyumnya.

Cho ahjumma duduk ditepi ranjangmu kemudian mengusap lembut tanganmu aku masih berdiri diposisi tadi, “Tunggu sebentar chagiya, eomma akan menyiapkan air hangat untuk membasuh tubuhmu ya” ucapnya.

“Hemm kalau begitu… sebaiknya aku keluar dulu ahjumma mencari minum”, pamitku sopan karena aku tahu ini kegiatan rutin eommamu untuk merawatmu.

“Aah nde, kau belum makankan, makanlah bekal yang kubawa tadi, aku sengaja membuatnya untukmu yang sudah menemani putriku yang manja ini” jawabnya sembari menunjuk bekal makanan yang tergeletak dimeja.

“Nde gamsahamnida ahjumma” kataku yang kemudian mengambil bekal yang dibawa Cho ahjumma lalu berjalan keluar ruangan.

Kudapati seorang namja yang kukenal tengah berdiri disamping pintu ruangan tak jauh dari kamar rawat Cheonsa sepertinya hendak pergi menjauh.

“Lee Donghae” gumamku memperhatikan punggungnya yang berjalan gontai dan terus menghilang dari pandanganku.

Sejam setelah aku berhasil menghabiskan bekal buatan Cho ahjumma aku berniat masuk kembali keruangan sepertinya Cho ahjumma sudah selesai tepat saat akan masuk Cho Kyuhyun datang bersama kakak dan appanya aku tersenyum dan sedikit membungkuk kepada mereka.

“Kau masih disini ternyata?” tanya yeoja berambut cokelat yang dikuncir ekor kuda itu padaku dan kujawab dengan anggukan kemudian kami semua masuk kedalam bersamaan.

“Yeobo-ya bagaimana keadaannya?” tanya lelaki paruh baya appa dan kepala keluarga Cho itu kepada istrinya sembari mendekatinya yang masih duduk ditepi ranjang sambil mengusap perlahan wajah si putri tidur itu dengan penuh kasih. Yang ditanya hanya menghela nafas panjang yang lemah.

JOONG KI side end

KYUHYUN side

“Hey nona pemarah… mau sampai kapan kau tertidur seperti ini eoh? Apa kau tak rindu bertengkar denganku, menggangguku, merengek padaku, dan menjahiliku, Han Evil Princess ku, kau tak merindukan couplemu ini…?” sapaku pada dongsaeng kesayanganku yang masih terus memejamkan matanya.

Kuusap keningnya lembut merapihkan poninya yang tampak sedikit berantakan. Kalau ia dalam keadaan sadar saat ini ia pasti sudah meracau tak karuan karena ia akan menganggap aku mengacaukan penampilannya, aku tersenyum sendiri mengingat tingkah lucunya.

Kuraih tangannya yang halus dan kudekap dengan erat kuperhatikan tangan mungilnya  yang terlihat putih pucat. Tangan ini adalah tangan yang tak pernah bisa berhenti menggangguku, jemarinya yang lentik selalu ia tarikan diatas tuts pianoku dengan asal, menimbulkan suara bising yang mengganggu telingaku. Tapi sekarang hanya terkulai lemas tak berdaya. Tu… tunggu dulu, mataku sedikit terbelalak kaget saat kulihat jemarinya yang mulai bergerak, telapak tangannya membalas genggamanku.

Ia mulai membuka matanya perlahan membuat aku, appa, eomma, nonna dan Joong Ki hyung terkejut dan berusaha mendekatinya yang masih terbaring lemah.

Joong Ki hyung bergegas lari keluar ruangan sepertinya hendak memanggil dokter dan benar saja dugaanku karena tak berapa lama ia kembali bersama dokter dan seorang perawat yang ku kenal, Hyura asisten Cheonsa dirumah sakit ini.

Mereka mulai terlihat sibuk memeriksa keadaan dongsaengku yang mulai sadarkan diri kami tidak diperkenankan mendekat kami semua hanya dapat menunggu diluar ruangan, kami menunggu dengan risau. Bahkan beberapa kali appa harus menyuruhku untuk duduk diam seperti yang lainnya karena aku terus saja mondar-mandir tak jelas.

Tak lama kemudian Hyura keluar dengan wajah sedih, matanya berkaca-kaca ia menghampiri kami “Ahjussi, ahjumma, uisanim sepertinya…” katanya perlahan membuatku penasaran dan berusaha mendekat kearahnya, “…sepertinya dia kehilangan ingatannya, uisanim mengalami Amnesia…” lanjutnya bersamaan dengan mengalirnya cairan bening dari pelupuk matanya.

Aku yang begitu terkejut langsung menarik lengan Hyura agar mengahadap kearahku dan memastikan ucapannya barusan, “Yaak, apa maksudmu eoh??? Ini semua bohongkan…???” eomma dan nonnaku semakin khawatir dan terlihat appaku yang mulai berusaha menenangkan mereka. Hyura hanya mengangguk membenarkan apa yang ia katakan barusan.

Dokter yang kemudian keluar tak lama dari itu langsung mengajak appa dan eomma untuk membicarakan keadaan Cheonsa diruangannya. Sedangkan aku , nonna dan Joong Ki hyung langsung bergegas masuk untuk memastikan keadaan Cheonsa disusul Hyura yang masih belum berhenti menangis.

Aku dan Joong Ki hyung berusaha mendekati Cheonsa yang berbaring menyamping memunggungi kami sedangkan Ahra nonna berdiri agak jauh dan berusaha menenangkan Hyura.

“Cheonsa-ya” panggilku ragu kemudian perlahan ia mulai membalikkan tubuhnya dan berusaha duduk dengan susah payah sambil memegangi luka dikepalanya yang tertempeli plester juga perban yang melilit kepalanya, aku dan Joong Ki hyung berusaha membantunya tapi ekspresinya terlihat aneh ia merasa ketakutan juga berusaha menghindar seolah kami orang asing dihidupnya.

“Ka… kalian, kalian siapa?” tanyanya ragu aku dan Joong Ki hyung saling melihat satu sama lain bingung harus menjawab apa.

“Kau tak ingat siapa kami?” tanya Joong Ki hyung yang berusaha tersenyum padahal aku tahu dia juga pasti merasa sangat khawatir dengan keadaan Cheonsa saat ini.

“Nde??? A… aniya aku sama sekali tak mengenal siapa kalian” pernyataannya begitu menohok direlung hatiku, membuat mataku berkaca-kaca. Kenapa dia jadi seperti ini.

KYUHYUN side end

JOONG KI side

Kuperhatikan ia yang sekarang tengah tertidur pulas setelah beberapa pemeriksaan yang berlangsung cukup lama hari ini guna memastikan kondisinya tadi, kugenggam erat tangannya yang tampak pucat dan terasa dingin itu, rasanya tak ingin kulepaskan barang sedetikpun.

Melihatnya tadi, menjerit histeris menahan rasa sakit sambil memukuli kepalanya saat semua orang diruangan ini berusaha mengingatkan beberapa kenangan terhadapnya membuat hatiku terasa sakit dan teriris tapi aku tetap berusaha sekuat tenaga untuk tetap terlihat tenang dihadapannya. Dia benar-benar tak mengingat apapun bahkan dirinya sendiripun tak ia ingat.

Tapi setidaknya aku merasa sedikit lega karena dia sudah terbangun dari tidur panjangnya dua pekan ini. Saat ini hanya ada aku yang menemaninya, eomma dan eonninya sudah pulang karena harus membereskan beberapa perlengkapannya dan beristirahat sebelum kembali lagi kerumah sakit guna menemaninya. Sedangkan appa dan oppanya harus mengurus pekerjaannya yang sempat mereka tinggalkan untuk menemaninya.

Aku tak menyangkal sedikitpun bahwa hari ini terasa cukup melelahkan bagiku yang terus menjagamu, sampai-sampai aku mulai merebahkan kepalaku yang terasa sedikit berat dipinggiran tempat tidurnya masih sambil menggenggam tangannya erat takut kalau-kalau dia akan melarikan diri dariku.

Aku mulai membuka mata entah sudah berapa lama aku tertidur kemudian betapa terkejutnya aku ketika tempat tidur dihadapanku sudah kosong.

“Eodiya… aissh” kataku sambil mengacak rambutku sebal kemudian aku berlari keluar berteriak kesana kemari, bertanya pada siapapun yang melintas, membuat semua orang terheran-heran dengan kelakuanku. Bagaimana tidak orang-orang yang mengenaliku sontak akan riuh jika melihatku dalam keadaan seperti ini.

Tapi aku sama sekali tak memedulikannya yang terpenting sekarang ini aku harus sesegera mungkin menemukan Cheonsa. Aku terus berlari keluar rumah sakit hingga berada ditaman dan langkahku terhenti ketika kulihat sosok seorang yeoja yang tampak sedang duduk sendiri di salah satu bangku taman diluar rumah sakit besar ini. Aku mencoba melangkahkan kedua kakiku mendekatinya dan sudah kupastikan itu memang benar orang yang kucari Han Cheonsa.

Kuperhatikan ia dari belakang bahunya sedikit bergetar, tampaknya  kedinginan bagaimana tidak dia hanya mengenakan pakaian rumah sakit dan menggunakan sandal ruangan yang begitu tipis. Kulepaskan jaket yang ku kenakan dan kusampirkan ke tubuhnya dari belakang kemudian duduk disebelahnya ia terkejut dengan perlakuanku dan tak berhenti memandangku dengan wajah bingungnya.

“Kenapa kau keluar tidak memberitahuku, aku itu mengkhawatirkanmu… kupikir kau melarikan diri tadi?” tanyaku sambil tersenyum padanya.

“Ooh, mana mungkin aku melarikan diri. Bisa-bisa aku terdampar disuatu tempat karena tak tau arah nanti. Lagi pula kau… tadi kelihatannya sangat lelah jadi aku tidak tega membangunkanmu” jawabnya pelan.

Kucondongkan sedikit wajahku mendekat kewajahnya kuperhatikan wajahnya dengan seksama dia terlihat salah tingkah dan itu terlihat sangat lucu juga menggemaskan.

“Wae… waeyo?” tanyanya gugup.

“Sudah berapa lama kau diluar eoh? Wajahmu sampai pucat seperti itu, kau kedinginankan?” tanyaku lagi.

“Mo… molla, aku… bosan berada dikamar terus jadi… aku butuh udara segar. Memangnya sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?” balasnya.

Sepertinya sifat aslinya tidak ikut hilang dan sudah mulai keluar  banyak bertanya membuat aku semakin tersenyum dan dia menunjukkan wajah bingungnya lagi.

“Sebaiknya kita masuk sekarang, kau tahukan betapa dinginnya disini apa lagi aku tidak mengenakan jaket” kataku seraya menunjuk jaket yang kukenakan padanya.

Ia menatap jaket yang  dikenakannya dan kemeja yang ku kenakan bergantian yang sukses membuatnya bangkit dari duduk. Ia mulai berjalan mendahuluiku untuk kembali masuk kekamarnya tapi tiba-tiba ia jatuh terduduk direrumputan yang ada ditaman ini membuatku buru-buru menghampirinya.

“Kau kenapa?” tanyaku khawatir.

“Aakh, kakiku terasa keram… mungkin karena kedinginan tadi” jawabnya sambil meringis kesakitan memegangi pergelangan kakinya.

Reflex kutarik tangan kanannya dan langsung kusampirkan kebahu kiriku dan kuangkat beban tubuhnya kugendong dia ala bridal. Kulihat dia sedikit terkejut dengan tindakanku kemudian dia menutupi wajahnya dengan tangan kirinya.

“Yaak, tu… turunkan aku, semua orang sedang memperhatikan kita aku malu tahu!!!” perintahnya padaku tapi sayangnya tak kuindahkan kulihat kesekitar kami memang benar orang-orang sedang memperhatikan kami bahkan ada beberapa yang berusaha mengambil gambar kami.

Peduli apa dengan mereka biar saja dunia tahu, toh semuanya tidak akan berpengaruh terhadapku mungkin saja managerku yang akan kalang kabut karena perbuatanku. hahaa

Sesampai dikamar rawat kuturunkan ia ditempat tidurnya, kuperhatikan wajahnya yang memerah sepertinya ia benar-benar malu setengah mati gara-gara tadi. Aku hanya bisa tersenyum geli melihat tingkahnya.

“Apa kakimu masih terasa sakit?” tanyaku dia hanya menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu aku keluar sebentar ya membeli minum?” lanjutku berbalik menuju pintu keluar.

“A… agashi” panggilnya membuatku langsung menoleh kearahnya.
“Kalau aku boleh tau… si… siapa namamu?” tanyanya sedikit ragu.

“Ooh, Joong Ki, Song Joong Ki imnida…” jawabku tersenyum “Kau biasanya memanggilku dengan sebutan oppa, Joong Ki oppa” lanjutku dan dia langsung mengerutkan keningnya keheranan.
“Yak’ ekspresi macam apa itu, kau memang memanggilku dengan cara seperti itu” jawabku sedikit agak ngambek.

“Jinja, kalau begitu apa kau oppaku sungguhan??? apa hubunganmu denganku…???” tanyanya dengan penuh semangat membuatku bingung harus menjawab apa.

“Yaak, aku ini oppamu bukan dia…” teriak Cho Kyuhyun yang entah sejak kapan masuknya.
“…namja yang tidak lebih tampan dariku ini… dia ini.. NAMJACHINGUMU” lanjutnya cuek sambil menuding kerahku dengan sedikit penekanan diahir kalimatnya.

“MWOOO…???” jeritku dan Cheonsa bersamaan setelah mendengar pernyataan dari namja evil yang berhasil membuat kami berdua benar-benar kaget.

Apa maunya bocah setan ini bisa-bisanya dia memberikan pernyataan gila seperti itu. Dia hanya tersenyum puas mendapati aku dan Cheonsa yang masih kebingungan juga salah tingkah.

Ahirnya aku berhasil keluar untuk mengalihkan suasana tidak enak yang ditimbulkan bocah setan itu. Tak lama kulihat ia menghampiriku yang tengah asik menikmati kopi yang baru kupesan di kafetaria ini.

JOONG KI side end

KYUHYUN side

Kuhampiri Joong Ki hyung yang tengah duduk santai sendiri sembari menikmati minumannya yang masih mengepul. Kulihat ekspresinya yang terlihat gugup melihat kedatanganku.

“Ternyata kau disini hyung?” tanyaku cuek sembari duduk dihadapannya dan dijawab dengan anggukan olehnya.

“Kau mau kopi?” tawarnya berusaha bersikap sewajarnya.

“Boleh juga” jawabku singkat dan dia langsung memanggil pelayanan kemudian langsung memesankan pesananku.

“Apa yang kau lakukan tadi hah?” tanyanya tiba-tiba.

“Yang mana?” tanyaku meledek.

“Ya… yang tadi itu… kenapa kau bilang aku itu… aku namjachingu dongsaengmu… eoh?” tanyanya salah tingkah.

Ingin sekali rasanya aku tertawa lepas melihat wajahnya yang sok polos itu.

“Kau pikir aku tak tahu… kalau selama ini kau menyukai dongsaengku hah?” kusudutkan saja dia dengan pertanyaanku agar mau mengaku. Tapi yang kudapati darinya malah wajahnya yang semakin salah tingkah, bukankah biasanya ia akan selalu bersikap sok cool, haha.

“Hyung…” panggilku sekarang dengan wajah serius.
“…aku tahu selama ini bagaimana perasaanmu pada dongsaengku, bahkan eomma, eonni dan appaku sekalipun menyadari bahwa kau memiliki perasaan padanya…” matanya langsung mendelik mendengar pengakuanku.
“…siapa orang yang tidak akan sadar jika sering melihat perlakuanmu padanya seperti itu, sayangnya dongsaengku memang bukan orang yang peka…” lanjutku berusaha membenahi posisi dudukku dan menyambut pesananku yang sudah datang.

“Hyung, kau sendiri sudah tahukan apa yang terjadi padanya sebelum kecelakaan yang ia alami…?” dia mengangguk paham akan arah pembicaraanku.
“Aku benar-benar menyayanginya hyung, aku selalu merasa sakit jika melihatnya terluka, kupikir sebaiknya… selama ingatannya belum kembali… kenapa tak kau gunakan saja kesempatan ini agar ia bisa membalas perasaanmu… siapa tahu dengan begitu di benar-benar bisa melupakan masa lalunya bersama seseorang yang sebenarnya tak layak memilikinya itu dan mungkin saja ini pertanda bahwa sebenarnya Cheonsa memang sudah ditakdirkan untuk berjodoh denganmu?”.

“Tapi… bagaimana jika ingatannya kembali nanti, dia mungkin akan sangat kecewa dan membenciku setelah apa yang kulakukan padanya… membohonginya mana sanggup aku melakukannya Kyu” jawabnya cepat.

Aku berpikir sejenak, memang ada benarnya juga jika ingatannya kembali bisa jadi ia akan sangat marah dan membenci Joong Ki hyung tapi… “Asalkan kau mampu memberinya kenangan indah dan mampu membuatnya mencintai dirimu sepertinya semua itu akan baik-baik saja hyung” kataku berusaha meyakinkannya.

Dan mulai menikmati kopi yang tadi dipesankan Joong Ki hyung yang sekarang tengah sibuk dengan pikirannya untuk mempertimbangkan usulanku barusan.

KYUHYUN side end

CHEONSA Side

Dikamar rawat, seorang wanita paruh baya tengah menyuapi putrinya yang sedang dirawat. Makanan rumah sakit memang tidak enak hanya bubur dan beberapa menu yang rasa sebenarnya bisa dimasukkan kedalam kategori hambar.

“Eom… eomma, sudah cukup” kataku menolak suapan buburku untuk yang kesekian kalinya.

“Tapi kau baru memakannya sedikit chagi, sedikit lagi ya biar kau bisa cepat sembuh” bujuk eommaku namun sayangnya aku memang sudah tak bernafsu lagi.
“Arra… kalau begitu sekarang kau minum obatmu chagi” lanjut eomma yang mulai menyodorkan beberapa butir obat dengan bentuk dan warna yang berbeda-beda beserta segelas air untuk membantuku menelan butir-butir obat tersebut.

KREEEEKK~~

“Aah, kalian sudah kembali rupanya” sapa eomma kepada kedua orang namja yang baru masuk.
“Tadi dokter sudah memberikan hasil pemeriksaan Cheonsa, dan dokter juga mengatakan bahwa Cheonsa sudah diperbolehkan pulang sekarang. Kyuhyun-ah, sebaiknya kau temani eomma sekarang mengurus administrasi Cheonsa agar ia bisa cepat dibawa pulang” lanjut eomma yang langsung menyeret oppaku keluar ruangan.

“Apa benar… kau sudah diperbolehkan pulang oleh dokter?” tanya seorang namja tampan yang tengah tersenyum manis kepadaku.
“Nde” jawabku singkat dengan kikuknya.
***
Oemma dan oppa sudah pulang lebih dulu ternyata, mereka meninggalkanku dirumah sakit. Mungkin mereka memang sengaja membiarkanku agar bisa pulang kerumah diantarkan oleh Joong Ki oppa. Selama diperjalan aku hanya diam, sesekali aku memjawab singkat pertanyaan-pertanyaan darinya kemudian kembali membisu menyaksikan para pejalan kaki dan beberapa kendaraan yang berlalu lalang meramaikan suasana kota yang seperti tak pernah redup. Sesekali aku harus menahan malu saat tanpa sengaja bertemu mata dengannya yang juga sedang memperhatikaku kemudian tersenyum manis dan berhasil membuatku jadi salah tingkah.
***
Kami sudah sampai didepan sebuah rumah yang cukup besar yang kuketahui adalah rumah keluarga Cho keluargaku. Aku memandang asing terhadap bangunan itu dari dalam mobil.

“Tunggu, biar aku yang bukakan pintunya untukmu” cegahnya menahan tanganku yang hendak membuka pintu mobilnya. Dengan cepat ia turun dan membukakan pintu mobil untukku.

“Silahkan turun tuan putri” katanya mempersilahkanku turun dengan aksen layaknya seorang pengawal pribadi dari sebuah kerajaan.

Yah, meskipun dia lebih cocok menjadi seorang pangeran tampan setidaknya perlakuannya cukup membuatku terkekeh geli.
Ia mengantarkanku hingga kedepan pintu besar dengan cat putih yang melengkapi warna putih gading yang mendominasi cat tembok bangun yang tebilang cukup besar ini.

“Masuklah” perintahnya padaku sambil tersenyum.

“Kau… tidak ikut masuk… bersamaku???” tanyaku ragu.

“Aniya, aku masih ada keperluan yang harus segera kuselesaikan” balasnya.
“Jadi sebaiknya kau cepat masuk, karena diluar udaranya amat sangat dingin bisa-bisa kau masuk angin nanti jika terus berlama-lama disini” lanjutnya mempersilahkan aku masuk kedalam.

“Baiklah, kalau begitu… hati-hati dijalan dan terimakasih karena sudah berkenan mengantarkanku sampai kerumah dengan selamat” kataku yang dibalas dengan anggukan dan senyumannya yang tak kunjung pudar sedari tadi.

“Hemm, tunggu sebentar” katanya tiba-tiba membuatku kembali berbalik menghadapnya dan…

CHU~~

Joong Ki oppa mengecup pipi kiriku kilat. Membuatku kehilangan kesadaran, sepertinya rohku terlepas dari raganya untuk saat ini.

“Aah, kalau begitu sampai jumpa besok… istirahatlah dengan baik… jangan lupa makan dengan teratur… masuklah diluar dingin” ujarnya kaku sambil terus mengusap tengkuknya dengan rona merah menghiasi wajah tampannya.

Tanpa pikir panjang aku langsung saja menerobos masuk kedalam rumah dengan perasaan yang tak karuan akibat perlakuan singkatnya barusan.

“Omo… apa yang terjadi denganku?” gumamku tak habis pikir bersandar dibalik pintu sambil memegangi dadaku yang terasa ada deburan ombak didalamnya.

CHEONSA side end

– TBC –

Categories: Fanfiction | Tag: , , , , , , , | 3 Komentar

Blog di WordPress.com.

S P I C Z Y

Wlcome to my Alter Ego...

Elfishy Siwonnie World

This Blog is dedicate to My Beloved Boys, Donghae & Siwon

My World Fanfic

Just My Fanfiction!!

Aprilia SapphireBlue World's

FICTION WORLD WITH MY IMAGINATION....

Sweet Caramel

My Sweety

Choniegyu Fan Fiction

Dedicate To Our Evil Magnae "Our Gyuhyun"

KPDK Fanfiction

Just For Fanfiction

The Story About Love

Love don’t cost a thing; except a lot of tears, a broken heart, and wasted years.

SpeciAll Sapphire Blue

All About Super Junior -SpeciAll-

My Room

Tempat kami berbagi imaginasi melalui fanfiction

FFindo

FanFic For Friends

Voldemort's Porch

Spoiled rich and a total bitch.

VJ Heru

Penulis humor yang kurang pamor.

Dazzlesme

Let it flow with your talent

Catatan Kika

Sebuah Catatan Kecil Dari Orang Yang Ingin Besar

== HaeLien ==

Planet for Lee Donghae the Alien

elf501

My World is Korean Pop

Superjunior Fanfiction 2010

All about fanfictions with Super Junior as the main characters!

Korean Chingu

Like Korea Love Indonesia ^^